Konferensi Asia-Afrika adalah suatu acara bersejarah yang pertama kali diadakan pada tahun 1955 di Bandung, Indonesia. Konferensi tersebut, juga dikenal sebagai Konferensi Asia-Afrika Bandung, dihadiri oleh perwakilan dari 29 negara Asia dan Afrika yang baru merdeka.
Pada tahun 1954, pertemuan informal yang diadakan oleh Perdana Menteri Ceylon (sekarang Sri Lanka) menjadi titik awal gagasan Konferensi Asia-Afrika. Selanjutnya, pada Konferensi Kolombo, Presiden Indonesia, Soekarno, meminta Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyuarakan gagasan tersebut dan mengusulkan penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang lebih luas. Perkembangan usulan tersebut menjadi berkembang sebagaimana diuraikan di bawah ini.
Pertama, pertemuan informal yang diadakan oleh Perdana Menteri Ceylon, dihadiri oleh pemimpin dari beberapa negara termasuk India, Indonesia, Burma, dan Pakistan, menjadi fondasi untuk pembahasan lebih lanjut mengenai kerja sama Asia-Afrika pada tahun 1954.
Kedua, usulan Presiden Indonesia Soekarno yang meminta Perdana Menteri Indonesia, Ali Sastroamidjojo, untuk menyampaikan gagasan mengenai Konferensi Asia-Afrika dalam Konferensi Colombo. Gagasan ini muncul sebagai hasil refleksi 30 tahun dan didorong oleh semangat solidaritas Asia Afrika.
Ketiga, Pemerintah Indonesia melakukan persiapan dengan mengadakan pertemuan di Wisma Tugu, Puncak, Jawa Barat, pada Maret 1954. Pertemuan ini dihadiri oleh perwakilan Indonesia di wilayah Asia, Afrika, dan Pasifik untuk membahas ide-ide yang akan dibawa ke Konferensi Kolombo.
Keempat, Pada April-Mei 1954, Konferensi Colombo membahas berbagai masalah, dan pada konferensi tersebut, Perdana Menteri Indonesia mengusulkan penyelenggaraan konferensi serupa untuk negara-negara Asia dan Afrika. Usulan ini mendapat dukungan dari seluruh anggota konferensi, meskipun beberapa masih meragukan.
Kelima, paragraf terakhir dari Komunike Terakhir Konferensi Colombo memberikan Indonesia kesempatan untuk mengeksplorasi kemungkinan penyelenggaraan Konferensi Asia-Afrika yang lebih luas.
Seluruh rangkaian peristiwa ini menciptakan landasan penting untuk Konferensi Asia-Afrika Bandung pada tahun 1955, yang menjadi titik puncak dalam upaya membangun solidaritas dan kerja sama antara negara-negara di Asia dan Afrika.
Sebelum Konferensi Asia-Afrika
Betapa pentingnya konferensi tersebut sehingga persiapan acara dipersiapkan dengan begitu masif. KAA pun membentuk Sekretariat Bersama, yang dibentuk oleh lima negara sponsor, termasuk Indonesia yang diwakili oleh Sekretaris Jenderal Kementerian Luar Negeri, Roeslan Abdulgani, yang juga menjabat sebagai Kepala Sekretariat.
Empat negara lainnya juga berkontribusi melalui perwakilan mereka di Jakarta:
- Burma (sekarang Myanmar), diwakili oleh Kuasa Usaha U Mya Sein.
- Ceylon (sekarang Sri Lanka), diwakili oleh Duta Besar M. Saravanamuttu.
- India, diwakili oleh Duta Besar BFHB Tyabji.
- Pakistan, diwakili oleh Duta Besar Choudri Khaliquzzaman.
Ini mencerminkan komitmen dan kolaborasi dari berbagai negara untuk menghasilkan keberhasilan Konferensi Asia-Afrika Bandung. Konferensi ini memainkan peran penting dalam mempromosikan solidaritas antara negara-negara Asia dan Afrika, serta memperkuat Gerakan Non Blok dalam kancah Geopolitik pada masa itu.