Mohon tunggu...
Fiksiana

Analisis Perbandingan Unsur-unsur Instrinsik Hikayat Bayan Budiman dan Cerpen Cinta Tak Pernah Salah

27 Februari 2016   16:04 Diperbarui: 27 Februari 2016   16:12 15160
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

Cerpen Cinta tak Pernah Salah oleh Huliyyatul Ashfiya

 

TEMA

Hikayat Bayan Budiman dan Cerpen Cinta tak Pernah Salah sama-sama bertemakan kehidupan suami istri. Tetapi, kedua karya sastra ini memiliki perbedaan yang terletak pada masalah yang diangkat dalam cerita. Pada Hikayat Bayan Budiman, diceritakan seorang suami yang hendak merantau dan memberikan pesan kepada istrinya, namun sang istri malah melanggar pesan yang telah disampaikan sang suami. Sedang pada Cerpen Cinta tak Pernah Salah, disebutkan seorang istri yang memiliki masalah dengan suaminya yang cemburu karena mengetahui masa lalu sang istri.

Selain itu, kedua kedua karya sastra ini juga memiliki perbedaan dalam segi budaya pada penceritaanya. Pada Hikayat Bayan Budiman, ditunjukkan hubungan suami istri yang sangat mengagungkan suami sebagai pemimpin keluarga, dan istri haruslah taat kepada sang suami bagaimanapun keadaannya. Sedang pada Cerpen Cinta tak Pernah Salah, sang istri diwujudkan sebagai seseorang yang memiliki andil yang sama besarnya dengan suami dalam kehidupan berumah tangga.

 

TOKOH DAN PENOKOHAN

Tokoh dan watak tokoh pada Hikayat Bayan Budiman

-Khojkan maimun (suami Bibi Zainab)

*Sayang dan penuh perhatian pada keluarga, “Sebelum dia pergi ,berpesanlah dia pada istrinya itu...”.

-Bibi Zainab (istri Khojkan maimun)

*Mudah terhasut, “Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka...”;

*Pemarah dan kasar, “Maka marahlah istri Khojan Maimun dan disentakkannya tiung itu dari sangkarnya...”.

-Bayan (burung peliharaan Khojkan maimun dan Bibi Zainab)

*Bijaksana, “Maka di berilah ia cerita-cerita hingga sampai 24 kisah dan 24 malam burung tersebut bercerita, hingga akhirnya lah Bibi Zainab pun insaf...”.           

Tokoh dan watak tokoh pada Cerpen Cinta tak Pernah Salah

-Vara (istri Farhan)

*Tertutup pada masalah pribadi, “Aku nggak papa kok. Kita pulang yuk!...”;

*Penurut, “Ia mungkin tak akan mau menikah secepat itu. Namun Ia merasa tak menyesal...”;

*Pemaaf, ““Yaudah maafin mas ya sayang.” Vara menghela nafas lalu mengangguk senyum...”.

-Farhan (suami Vara)

*Perhatian pada keluarga, “Ya abis, kamu harusnya mikir, kamu tuh udah punya suami. Harus jaga dong pergaulan kamu!..”;

*Mudah cemburu, “Seketika wajah suaminya tepat didepannya “Apa hubungan kamu dengan si Wildan?...”;

*Penyayang, “Rumah sakit? Kenapa dengan istriku? Ya Allah…. Maafkan aku.”;

*Bijaksana-tahu apa yang harus dilakukan-, “Farhan memberikan kejutan yang tertunda. Sebuah tiket traveling ke Singapore dan Malaysia selama seminggu. Begitu bahagianya Vara. semoga ini menjadi pelipur lara dari kegugurannya.”.

-Lyla (teman Vara)

*Peka terhadap perasaan seseorang, “Sepertinya Vara memang sedang memendam masalah. Ungkap hati Lyla...”;

*Perhatian kepada orang lain, “Ada masalah dengan suamimu? Cerita dong sama aku...”.

Dalam kedua karya sastra, tokoh utama protagonisnya adalah salah satu dari pasangan suami istri, sedang tokoh antagonisnya adalah salah satu yang lain (tokoh protagonis hikayat adalah suami, lalu tokoh antagonisnya adalah istri. Namun, pada cerpen, tokoh protagonisnya adalah istri, lalu tokoh antagonisnya adalah suami). Hal ini menunjukkan bahwa, masalah yang terjadi pada kedua karya sastra ini disebabkan karena gangguan hubungan internal suami istri, bukan gangguan dari tokoh lain di luar suami istri.

Pada hikayat dan cerpen, disebutkan pula tokoh tritagonis yang berperan sebaagai penengah petikaian antara suami istri yaitu Bayan dan Lyla. Namun, dalam hikayat, tokoh Bayan berperan sebagai tokoh penyelesai masalah. Sedang pada cerpen, tokoh Lyla berperan sebagai penengah permasalahan, namun tidak menyelesaikan masalah.

 

ALUR

Kedua karya sastra cenderung menggunakan alur maju yang menceritakan cerita secara kronologis. Dalam hikayat, alur yang digunakan sepenuhnya merupakan alur maju. Hal ini dapat ditunjukkan oleh penggunaan kata hatta (sesudah itu (KBBI)), lalu, dan maka. Kata-kata tersebut menghubungkan kalimat-kalimat yang terhubung secara kronologis. Namun, pada cerpen, meskipun cenderung menggunakan alur maju, terdapat dua cuplikan yang menceritakan kejadian masa lalu yaitu pada bagian “Teringat bagaimana pertengkaran pada sore dua hari yang lalu. Dimana kini ada kebekuan diantara pasangan muda itu...” dan pada bagian “Dan jika bukan karena permohonan yang amat teramat serius dari Ayahnya, sebelum Ayahnya meninggal 5 bulan yang lalu. Sebulan setelah pernikahanya...”.

Perbedaan juga terdapat pada tahap pengenalan masalah dan pengenalan tokoh. Dalam Hikayat Bayan Budiman, seluruh tokoh dikenalkan dan dijelaskan pada bagian awal cerita, kemudian dilanjutkan dengan pengenalan masalah. Sedang pada Cerpen Cinta tak Pernah Salah, masalah telah disebutkan di awal cerita dan tahap pengenalan tokoh dilakukan seiring berjalannya cerita menuju klimaks.

Selain itu, penyelesaian masalah pada hikayat Bayan Budiman disampaikan dengan sederhana, cepat, dan tanpa penjelasan lebih lanjut mengenai penyelesaian masalah yang dihadapi. Hal ini ditunjukkan oleh penggalan berikut “...hingga akhirnya lah Bibi Zainab pun insaf terhadap perbuatanya dan menunggu suaminya Khojan Maimum pulang dari rantauannya”. Sedang pada Cerpen Cinta tak Pernah salah, antiklimaks diceritakan dengan beberapa tahapan yang jelas dan tidak diselesaikan dengan cepat.

 

LATAR

Latar tempat pada penggalan Hikayat Bayan Budiman tidak disampaikan dengan jelas. Bahkan, pada penggalan hikayat tersebut, tidak disampaikan satupun lokasi dimana babak-babak dalam cerita itu berlangsung kecuali nama kerajaan dimana cerita itu berlangsung yaitu di Kerajaan Ajam.

Namun, latar tempat dalam Cerpen Cinta tak Pernah Salah kebanyakan disampaikan dengan jelas seperti Rumah Sakit (“Di RS. Fatmawati. Farhanpun segera...”), di tepi danau (“Di sebuah pinggiran danau Vara duduk...”), dan di Apartemen (“...tinggal bersamanya di apertemen yang selama...”). Selain itu, terdapat beberapa lokasi yang tidak disebutkan secara langsung. Meskipun demikian, lokasi terjadinya cerita dideskripsikan dengan jelas seperti pada bagian “Vara masih termanggu dibangkunya, padahal dosen mata kuliah Tarjamah III sudah terlewati sejak beberapa menit yang lalu...” yang menunjukkan bahwa pada saat itu, latar tempatnya adalah ruang kelas sebuah universitas.

Sama halnya dengan latar tempat, dalam hikayat tersebut, tidak dijelaskan secara pasti kapan waktu terjadinya cerita. Namun, pada cerpen, latar waktu disampaikan secara langsung seperti pada cuplikan “Hingga pagi, Vara mencoba...”.

Latar suasana dalam penggalan Hikayat Bayan Budiman disampaikan dengan kurang baik sehingga beberapa pembaca tidak terbawa suasana cerita. Meskipun demikian, konflik batin pembaca akan muncul karena sang istri yang mengkhianati sang suami yang tengah merantau yang ditunjukkan oleh penggalan “Hatta beberapa lama di tinggal suaminya, ada anak Raja Ajam berkuda lalu melihatnya rupa Bibi Zainab yang terlalu elok. Berkencanlah mereka...”. Sedang dalam Cerpen Cinta tak Pernah Salah, suasana dibangun dengan baik melalui dialog dan suasana hati tokoh. Suasana dalam cepen ini pada awalnya sedih karena penderitaan si istri oleh sang suami seperti pada cuplikan “Disebuah pinggiran danau Vara duduk menyendiri. Kurudung birunya terkibas angin yang berhembus, seperti daun-daun...”. Kemudian, pada akhir cerita, suasana berubah menjadi bahagia dan haru karena sang suami telah sadar dan meminta maaf pada sang istri.

 

AMANAT

Amanat pada Hikayat Bayan Budiman mengajarkan bahwa selayaknya sebagai seorang istri bersikap taat kepada amanah yang disampaikan suami, terlebih ketika si istri sedang tidak dalam pantauan sang suami. Hal ini sesuai dengan budaya bahwa seorang suami sebagai pemimpin keluarga haruslah dipatuhi ucapannya oleh istri.

Pada sisi lain, Cerpen Cinta tak Pernah Salah mengajarkan kita sebagai pembaca bahwa siapapun jodoh kita kelak ataupun saat ini, merupakan yang terbaik yang telah diberikan oleh Tuhan meskipun seringkali terdapat perselisihan dan perbedaan pendapat antara kedua pihak. Amanat yang diberikan penulis, disesuaikan dengan keadaan akhir-akhir ini, yaitu banyaknya perceraian akibat hubungan suami istri yang berliku-liku karena egoisnya masing-masing pihak dalam menghadapi masalah.

 

SUDUT PANDANG

Sudut pandang yang digunakan dalam kedua karya sastra ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya penggunaan kata ganti orang pertama baik dalam hikayat maupun dalam cerpen ini (kecuali dialog antar tokoh). Dengan kata lain, pengarang selalu menggunakan kata ganti orang ketiga dalam memposisikan tokoh dalam sudut pandangnya dalam keseluruhan cerita. Hal ini diperjelas oleh cuplikan “Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia kepada istrinya...” pada Hikayat Bayan Budiman, dan cuplikan “Sedang Farhan, jujur ia sebenarnya tak suka dengan suasana seperti ini. Tapi...” dalam Cerpen Cinta tak Pernah Salah. Selain itu, pada kedua penggalan cerita tersebut, ditunjukkan pula posisi pengarang sebagai pihak yang serba tahu karena mengerti suasana hati serta apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh.            

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun