Pada sisi lain, Cerpen Cinta tak Pernah Salah mengajarkan kita sebagai pembaca bahwa siapapun jodoh kita kelak ataupun saat ini, merupakan yang terbaik yang telah diberikan oleh Tuhan meskipun seringkali terdapat perselisihan dan perbedaan pendapat antara kedua pihak. Amanat yang diberikan penulis, disesuaikan dengan keadaan akhir-akhir ini, yaitu banyaknya perceraian akibat hubungan suami istri yang berliku-liku karena egoisnya masing-masing pihak dalam menghadapi masalah.
SUDUT PANDANG
Sudut pandang yang digunakan dalam kedua karya sastra ini adalah sudut pandang orang ketiga serba tahu. Hal ini ditunjukkan dengan tidak adanya penggunaan kata ganti orang pertama baik dalam hikayat maupun dalam cerpen ini (kecuali dialog antar tokoh). Dengan kata lain, pengarang selalu menggunakan kata ganti orang ketiga dalam memposisikan tokoh dalam sudut pandangnya dalam keseluruhan cerita. Hal ini diperjelas oleh cuplikan “Pada suatu hari Khojan Maimun tertarik akan perniagaan di laut, lalu minta izinlah dia kepada istrinya...” pada Hikayat Bayan Budiman, dan cuplikan “Sedang Farhan, jujur ia sebenarnya tak suka dengan suasana seperti ini. Tapi...” dalam Cerpen Cinta tak Pernah Salah. Selain itu, pada kedua penggalan cerita tersebut, ditunjukkan pula posisi pengarang sebagai pihak yang serba tahu karena mengerti suasana hati serta apa yang dipikirkan dan dirasakan tokoh.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H