Mohon tunggu...
Fiksiana Artikel Utama

Letusan Gunung Kelud

13 Mei 2015   21:47 Diperbarui: 31 Agustus 2015   05:49 37
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

   Prabu Brawijaya mematung tak bersuara

   “Ayahanda, lakukan sesuatu! Kau adalah Raja Majapahit. Kau bisa melakukan apapun yang Kau mau. Kau punya segalanya.”

   Tidak banyak membuang waktu. Sang raja memerintahkan pengawalnya untuk menimbun galian Lembu Sura beserta Lembu Sura di dalamnya.  Tanpa berucap sepatah pun kata, mereka melaksanakan perintah rajanya. Gundukan tanah bekas galian Lembu Sura dimasukkan kembali oleh mereka. Lembu Sura yang terkejut, tidak bisa berbuat banyak. Ia hanya bisa meneriaki para pengawal Prabu Brawijaya untuk segera berhenti menimbun Lembu Sura. Posisinya yang telah jauh didalam, serta banyaknya pengawal yang melemparkan tanah beserta tumpukan batu ke arahnya, membuatnya dengan cepat terkubur di dalam tanah. Sekejap, tak sedikitpun bagian dari tubuhnya tampak dari permukaan tanah. Namun, suara Lembu Sura masih terdengar. Ia lalu mengucapkan sumpah serapah dari dalam tanah.

   “Yoh, mbesuk bakal pethuk piwalesku sing makaping-kaping yaiku Kediri bakal dadi kali, Blitar dadi latar, Tulungagung dadi kedung.”

   (“Hai, kelak akan kutimpakan pembalasanku yang berkali lipat kepada kalian. Akan Aku buat Kediri menjadi sungai, Blitar menjadi dataran, dan Tulungagung menjadi perairan dalam.”)

 

   Semenjak saat itulah Gunung Kelud memuntahkan lahar serta abunya yang berdampak ke daerah sekitar seperti Kediri, Blitar, dan Tulungagung.

 

   Nilai-nilai budi pekerti yang disampaikan cerita di atas mengajarkan kita untuk tidak menjadi manusia yang suka meremehkan orang lain, terlebih karena penampilan fisik orang tersebut. Kurangnya sesorang secara fisik, bukan berarti kekurangan untuk segalanya. Tuhan menciptakan manusia dalam porsi yang telah ditetapkannya. Akan selalu ada kelebihan yang menutup kekurangan. Lembu Sura yang berkepala lembu, justru menjadi satu-satunya orang yang mampu menyelesaikan sayembara.

   Selain itu, berpikirlah dengan matang ketika hendak mengambil sebuah keputusan. Tentukan terlebih dahulu, akankah lebih baik jika dipilih atau ditinggalkan. Prabu Brawijaya memutuskan untuk membunuh Lembu Sura agar ia tidak menikahi anaknya. Prabu Brawijaya memilih keputusan yang salah. Keputusan yang diambil tanpa berpikir sebelumnya. Keputusan yang kelak akan membawa diri, masyarakat, serta kerajaannya ke dalam kehancuran.

   Lalu, jauhilah perbuatan ingkar janji. Janji merupakan sebuah ikrar yang menyatakan persetujuan oleh dua pihak yang menyatakan kesanggupan untuk berbuat maupun tidak berbuat sesuatu. Mengikari sebuah janji mendatangkan sebuah musibah terhadap pengingkarnya. Ia dapat menurunkan kepercayaan orang terhadap segala tindakan yang dilakukan pengingkar janji . Prabu Brawijaya dan Putri Dyah Ayu telah melanggar janji mereka kepada Lembu Sura. Hal itu telah mendatangkan bencana bagi mereka dan masyarakat sekitar. Letusan Gunung Kelud memakan banyak korban jiwa, belum lagi kerugian moneter seperti sawah, ladang, peternakan, dan sebagainya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun