"Daff, kenapa hidupmu senang-senang aja
kayak enggak punya masalah?"
Jujur saja, itu pertanyaan paling bodoh yang pernah saya dengar dari seorang teman. Mereka tidak pernah berpikir bahwa setiap orang pasti punya masalah yang tidak mungkin diperlihatkan ke ranah publik.
Tidak sedikit dari kita yang menyimpulkan sesuatu terlalu dini hanya karena melihat seseorang dari bagian depannya saja. Misalnya hal ini banyak terjadi di media sosial.
Media sosial merupakan cerminan terburuk dari realitas kita sekarang. Media sosial membuat orang berpikir bahwa si A lebih bahagia dari si B hanya karena si A lebih sering buat instastory liburan.
Padahal sering atau tidaknya update liburan ke media sosial bukan patokan untuk menilai kebahagiaan seseorang. Media sosial membentuk persepsi orang dengan menampilkan yang baik-baiknya saja.
Sedangkan yang buruknya tidak terekspos sama sekali. Sekarang coba kamu pilih. Pilih upload video mesra bersama pasangan atau upload video pertengkaran kamu dengan pasanganmu ke media sosial? Tidak perlu di jawab pun semua orang akan mengambil pilihan pertama.
Media sosial sejak awal memang diciptakan untuk membentuk citra sesuai dengan keinginan pemiliknya. Kalau ingin terlihat bahagia terus, silahkan perbanyaklah update liburan, jalan-jalan, foto makanan enak atau kemesraan bersama orang-orang tercinta.
Kenyataannya, memang semudah itu kalau kita ingin disebut 'kok isi hidupnya cuma bahagia aja ya. Gak punya masalah apa gimana?'.
Dulu, saya pun pernah berpikir hal yang sangat bodoh seperti itu. Saya merasa, "kok hidup mereka lebih bahagia dari saya ya?"
Padahal saya tidak tahu dibalik layar kehidupannya seperti apa. Saya tidak tahu sekeras apa usaha orang lain untuk sampai di titik sekarang.