Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Gadget Artikel Utama

Menilik Bacaan Kita di Internet

2 Mei 2020   13:26 Diperbarui: 3 Mei 2020   03:04 402
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebab, tidak semua orang suka baca buku, tapi sangat banyak orang suka baca berbagai informasi di internet. Jadi saya kira dampak internet boleh jadi lebih kuat memengaruhi pemikiran orang-orang zaman sekarang. Karena itulah saya sangat tertarik dengan apa saja yang dibaca seseorang di internet.

Bagi saya, internet telah banyak mengubah pemikiran seseorang. Ditambah lagi, satu bacaan yang panjang dan "berkualitas" di internet bisa dibantah saat itu juga oleh komentar netizen.

Hal ini ada plus minus-nya karena berargumen lewat komentar seringkali tidak lengkap. Kritikan atau pembantahan lewat komentar jadi tidak seimbang argumentasinya dibandingkan orang yang telah menuliskan pemikirannya lewat sebuah tulisan yang panjang.

Tapi disisi lain, komentar di internet bisa jadi latihan berpikir kritis, meskipun yang saya lihat lebih banyak debat kusirnya.

Hal yang saya tunggu-tunggu ketika ada satu tulisan yang menarik, saya tidak pernah lepas untuk membaca respon netizen maha cerdas di kolom komentar. Ada komentar yang bisa saya terima dan masuk akal. Namun ada juga yang hanya sampah saja.

Ketika saya sadar bahwa pilihan bacaan di internet sangat memengaruhi pemikiran saya. Maka, saya selalu berusaha mencari bacaan yang sehat. Bacaan sehat itu seperti apa?

Bacaan yang memberi saya insight baru yang tentunya akurat dan bisa di pertanggung jawabkan. Hoaks dan tulisan menyinggung SARA bukan bacaan yang direkomendasikan.

Dan yang jauh lebih penting dari itu adalah saya berusaha agar tidak terkekang oleh filter bubble (gelembung bias). Sehingga cara pandang saya dalam melihat satu persoalan bisa lebih objektif.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun