Mohon tunggu...
Daffa Ardhan
Daffa Ardhan Mohon Tunggu... Freelancer - Cerita, ide dan referensi

Menulis dalam berbagai medium, bercerita dalam setiap kata-kata. Blog: http://daffaardhan.com

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Alasan Berlatih Menulis Setiap Hari

11 Februari 2020   10:16 Diperbarui: 11 Februari 2020   10:12 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Cerita menulis yang bagi saya menarik datang dari Aan Mansyur. Saya pernah membuat satu artikel khusus yang berkaitan dengan beliau. Judulnya "Waktunya Bangkit Setelah Merasa Sakit". Kalau tidak salah, saya pernah post artikel itu di Blog dan di #DstoryPages Instagram saya.

Pada intinya, artikel itu bercerita masa kecil Aan yang tidak menyenangkan, namun dari situlah ia terdorong mencintai dunia menulis sampai sekarang. Kata-kata paling saya ingat dari Aan adalah ketika ia di undang di acara BukaTalk.

Dia mengawali pembicaraannya dengan mengatakan, "Saya menulis justru untuk menghindari situasi seperti ini (public speaking-red)." dalam obrolan yang lebih khusus, Aan menyebut kalau dia tidak suka berbicara di depan orang banyak. Itu yang saya rasa cukup related dengan saya.

Saya menulis karena pikiran saya dipenuhi oleh ide-ide liar yang ingin saya bagikan pada orang banyak. Sayangnya, saya berusaha menghindari public speaking. Saya tidak suka berbicara di depan banyak orang. Lebih tepatnya tidak punya skill bicara yang baik. 

Jadi satu-satunya jalan agar saya bisa berbicara bahkan bercerita tentang hal-hal yang saya pikirkan—tentu saja tanpa harus bertatap muka dengan orang lain—adalah dengan menulis.

Mungkin bisa saja saya melatih kemampuan public speaking itu dengan mengikuti organisasi bahkan kelas public speaking. Namun karena satu dan lain hal saya memilih tetap menghindarinya saja. Saya rasa menulis adalah pilihan yang paling realistis. 

Sebab saya punya mimpi besar untuk mengikuti jejak penulis-penulis yang saya gemari. Saya ingin seperti mereka, menciptakan sebuah karya tulis yang tidak pernah lekang oleh waktu.

Untuk memulainya, saya melakukan banyak hal. Saya membaca banyak tips dan triks menulis yang ternyata tidak punya impact besar pada kemampuan menulis saya.

Saya baru sadar, tidak ada penulis sukses hanya dengan membaca panduan menulis saja. Yang jauh lebih penting itu praktek. Soal tips dan triks menulis, bagi saya hanya teori yang fungsinya sebagai pendorong, tapi tidak berpengaruh apa-apa jika saya jarang melatih kemampuan menulis ini.

Dalam perjalanan intens kurang lebih 3 tahun terakhir, saya mengalami masalah klasik yang tentu saja dialami oleh semua penulis pemula. Malas, merasa tidak punya waktu, dan tidak memiliki ide.

Dari yang saya alami, masalah-masalah itu bisa di atasi dengan keinginan untuk terus melawannya. Kalau malas, solusinya lawan rasa malas itu. Ya, sesederhana itu. Kalau tidak punya waktu, buatlah waktu khusus untuk menulis.

Misalnya luangkan waktu 10-30 menit sehari. Bisa dilakukan di pagi hari sebelum beraktivitas atau di malam hari sebelum tidur. Dua waktu itu yang sering saya lakukan.

Terakhir, kalau tidak punya ide, saya coba ciptakan ide itu sendiri. Sebab ide itu bisa datang dari mana saja. Masalah tidak punya ide ini yang bagi saya cukup krusial.

Mungkin yang jadi masalah, kita terlalu berpikir perfeksionis atau mencari ide yang bagi kita luar biasa sehingga itu mempersempit pilihan ide yang ada di kepala. Padahal, jika berpikir soal ide, saya berusaha mengambil ide-ide sederhana.Sekalipun ide itu terlihat kurang menarik, terkadang saya tetap menuliskannya.

Sebab dari pengalaman saya, ide yang bagi saya kurang menarik belum tentu pembaca merespon hal yang sama. Sampai saat ini saya heran, tulisan yang saya rasa idenya brilian kadang respon pembacanya biasa-biasa saja.

Namun sebaliknya, kadang pula tulisan yang berangkat dari ide yang kurang menarik, malah mendapat respon yang bagus dari pembaca. Akhirnya saya berkesimpulan bahwa yang bagus bagi saya, belum tentu bagus menurut pembaca. Begitu juga sebaliknya.

Saya pun memutuskan setiap kali saya membuat tulisan, saya tidak berpikir terlalu perfeksionis karena tulisan yang bagus itu terkadang ukurannya relatif. Jadi kalau mau nulis, ya menulis saja. Masalah bagus atau tidak serahkan semua itu pada pembaca. Biarkan pembaca yang jadi juri bagi tulisan kita. Yang bisa kita lakukan hanya memastikan kualitas tulisan itu tetap ada.

Masalah-masalah dalam menulis sudah dan terus saya hadapi hingga sekarang. Saya pun masih perlu banyak belajar. Yang terpenting bagi penulis pemula seperti saya adalah mendisiplinkan menulis setiap hari.

Setiap hari ini bukan berarti harus selalu ada satu artikel yang di posting. Namun selalu meluangkan waktu menulis setiap hari meski di tengah kesibukan. Selesai atau pun tidak satu artikel, yang terpenting konsistennya yang harus di jaga.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun