Selain itu, pikiran saya akan teringat pada tugas atau pekerjaan yang belum saya selesaikan. Hal itu bukan jadi beban pikiran, tapi terkadang bisa memecahkan masalah.
Misalnya, selama ini saya selalu punya target menulis setiap hari. Hal itu cukup membuat saya lumayan setres.
Terkadang setiap bangun pagi, salah satu yang saya pikirkan adalah "Hari ini mau nulis apa ya?" Dan pertanyaan itu tidak terjawab sampai saya bangun dan sholat shubuh.
Jawaban atas pertanyaan itu baru terjawab ketika saya lebih banyak meluangkan waktu untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.
Bukan sekedar diam, tapi berpikir untuk mencari ide. Dan kebiasaan diam itu paling nikmat dilakukan saat dalam perjalanan. Dari situ saya mendapat banyak ide-ide untuk menulis sesuatu.
Ide-ide menulis itu yang jarang saya dapatkan seandainya saya hanya sibuk scroll instagram atau media sosial lainnya.
Bagi sebagian orang, membuka media sosial mungkin bisa mendapat ide atau inspirasi. Tapi bagi saya, diam dan tidak melakukan apa-apa juga bisa jadi sumber inspirasi luar biasa.
Sebetulnya, sudah lama saya melakukan kebiasaan ini. Tapi karena satu dan lain hal, saya sering kehilangan waktu untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.
Itu karena saya selalu tergoda untuk membuka medsos, melihat update video baru di youtube atau tergoda mendengarkan lagu baru dari musisi favorit saya. Kebiasaan itu tidak salah.
Tapi akan lebih baik jika saya menguranginya atau paling tidak menyeimbangkannya. Misalnya sehari mendengarkan musik, seharinya lagi mencoba meluangkan waktu untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.
Saya menyadari hal ini ketika Ernest Prakasa yang mengatakan kalau ide-ide menulisnya, selalu datang ketika diam atau melamun saja. Itu yang kemudian saya sadari.