Orang-orang zaman sekarang sangat sibuk. Setidaknya itu yang sering saya lihat di tempat umum. Sibuk dalam arti kurang punya waktu untuk menikmati "kebersamaan" dengan dirinya sendiri.
Ketika ada sedikit waktu luang, mereka memilih untuk fokus pada layar smartphone, buka media sosial dan menyumbat telinganya dengan earphone. Sedikit orang yang memilih meluangkan waktunya untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.
Kenapa hal ini buat saya penting? Sebab saya menyadari satu hal: menikmati keheningan atau pun kebisingan di sekitar kita adalah pengalaman yang berharga tapi tidak banyak orang melakukannya.
Sebab kita terlalu sibuk menerima informasi dari berbagai media sehingga tidak ada waktu sebentar saja untuk diam.
Ketika sedang berada dalam perjalanan menuju suatu tempat, entah dengan jalan kaki atau naik kendaraan, saya berusaha agar tidak sering membuka smartphone.
Sesekali saya memgecek smartphone kalau memang ada chat yang harus segera dibalas, melihat notifikasi penting yang muncul atau menulis outline tulisan. Selain tiga hal itu, saya memilih tidak membuka smartphone saya.
Sedikit demi sedikit, saya berusaha membuang kebiasaan membuka media sosial saat di perjalanan, juga mendengarkan musik di kendaraan.
Saya berusaha membiasakan diri untuk menikmati keramaian, keadaan kota, pemandangan sekitar dan melihat kendaraan yang lalu lalang daripada sibuk dengan smartphone.
Bagi saya itu sebuah kebiasaan yang jarang dinikmati banyak orang. Mungkin hal itu dianggap tidak asik dan kadang bikin setres. Tapi bagi saya kebiasaan itu merupakan sesuatu yang menyenangkan.
Kenapa? Karena membiasakan diri untuk diam dan tidak melakukan apa-apa selama di perjalanan membuat pikiran saya lebih rileks.
Dalam diam, pikiran saya biasa mengawang kemana-mana. Kemudian saya akan mengingat banyak hal. Mengingat hal baik yang terjadi hari ini sekaligus mengingat hal buruk yang kemudian saya renungkan.
Selain itu, pikiran saya akan teringat pada tugas atau pekerjaan yang belum saya selesaikan. Hal itu bukan jadi beban pikiran, tapi terkadang bisa memecahkan masalah.
Misalnya, selama ini saya selalu punya target menulis setiap hari. Hal itu cukup membuat saya lumayan setres.
Terkadang setiap bangun pagi, salah satu yang saya pikirkan adalah "Hari ini mau nulis apa ya?" Dan pertanyaan itu tidak terjawab sampai saya bangun dan sholat shubuh.
Jawaban atas pertanyaan itu baru terjawab ketika saya lebih banyak meluangkan waktu untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.
Bukan sekedar diam, tapi berpikir untuk mencari ide. Dan kebiasaan diam itu paling nikmat dilakukan saat dalam perjalanan. Dari situ saya mendapat banyak ide-ide untuk menulis sesuatu.
Ide-ide menulis itu yang jarang saya dapatkan seandainya saya hanya sibuk scroll instagram atau media sosial lainnya.
Bagi sebagian orang, membuka media sosial mungkin bisa mendapat ide atau inspirasi. Tapi bagi saya, diam dan tidak melakukan apa-apa juga bisa jadi sumber inspirasi luar biasa.
Sebetulnya, sudah lama saya melakukan kebiasaan ini. Tapi karena satu dan lain hal, saya sering kehilangan waktu untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.
Itu karena saya selalu tergoda untuk membuka medsos, melihat update video baru di youtube atau tergoda mendengarkan lagu baru dari musisi favorit saya. Kebiasaan itu tidak salah.
Tapi akan lebih baik jika saya menguranginya atau paling tidak menyeimbangkannya. Misalnya sehari mendengarkan musik, seharinya lagi mencoba meluangkan waktu untuk diam dan tidak melakukan apa-apa.
Saya menyadari hal ini ketika Ernest Prakasa yang mengatakan kalau ide-ide menulisnya, selalu datang ketika diam atau melamun saja. Itu yang kemudian saya sadari.
Memang kebanyakan ide itu muncul ketika kita membiarkan otak kita diam sejenak dan menikmati apapun yang ada di sekitar kita.
Saya rasa semua orang harus mencoba memulai kebiasaan ini. Sebab selama ini pikiran kita sudah bising dengan informasi dan segudang notifikasi dari smartphone.
Jadi mencoba mengistirahatkan pikiran dengan hanya diam dan tidak melakukan apa-apa bisa jadi kebiasaan positif yang dapat dilakukan semua orang.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H