Dua hari yang lalu, Jumat (19/07) saya baru saja menghadiri Kompasiana Kampus yang berkolaborasi dengan Bank Indonesia. Acara ini mengusung tema 'UMKM Go Digital'. Tema yang sangat related untuk kota Tasikmalaya yang kental dengan berbagai kulinernya.
Acara ini dihadari oleh beberapa pembicara, diantaranya Kepala Unit Advisor Keuangan BI Tasikmalaya Yusi Yuliana, Tim Departement Komunikasi Bank Indonesia Pusat Yudi Yuhardinata serta selaku Product and Community Superintendet Kompasiana Kevinalegion.
Sebagian besar mahasiswa yang hadir memang yang berasal dari Fakultas Ekonomi. Tapi tidak sedikit juga yang dari fakultas lain. Seperti saya, meski jurusannya tidak berkaitan dengan ekonomi sama sekali, saya rasa penting bagi saya khususnya semua mahasiswa, terlepas apapun jurusannya, untuk mendapat pengetahuan baru tentang pemasaran di dunia digital.
Terlebih lagi, ada beberapa mahasiswa yang sudah terjun langsung menjadi seorang pengusaha, walaupun usahanya masih kecil-kecilan. Bahkan ada satu mahasiswi yang mengaku sudah cukup lama merintis usaha makanan seblak.
Namun usaha itu hanya dipasarkan kepada segelintir teman-temannya di kampus serta sedikit melakukan promosi di WhatsApp dan sosial media miliknya. Dia mengaku belum menerapkan peran digital secara maksimal dengan menjual produknya di e-commerce.
Selain itu, kuliner yang beraneka ragam membuat orang-orang akan mudah menemukan rumah makan, terutama berkhas sunda yang berjajar di banyak tempat. Di kota Tasikmalaya pun terdapat pesta kuliner yang selalu ramai pengunjung. Mulai dari yang diadakan tiap weekend seperti Kuliner Mambo, Pataruman Culinary Night sampai acara tahunan seperti Tasik Oktober Festival.
Meskipun potensi kulinernya tinggi, Tasikmalaya masih belum sepenuhnya melek digital sehingga masih kalah dengan daerah-daerah lainnya. Kehadiran Bank Indonesia dan Kompasiana bagi saya memberi wawasan baru tentang bagaimana memperluas pasar agar kuliner disini bisa diketahui banyak orang.
Banyak pengalaman berharga yang bisa saya dapatkan dari acara ini. Dengan dihadiri oleh beberapa pembicara dari pihak BI yang memaparkan secara runut, sejarah serta peran Bank indonesia yang tidak cuma melaksanakan tugas utamanya yaitu menjaga stabilitas moneter, namun ikut mendorong UMKM untuk megembangkan produknya lebih luas. Salah satunya dengan mengenalkan peran internet sebagai sarana promosi efektif dan efisien.
Sedangkan UMKM yang mengandalkan modal yang relatif kecil merasa tidak bisa bersaing. Kebanyakan juga, UMKM terlalu fokus pada produksi sampai lupa untuk berpromosi. Mereka hanya mengandalkan promosi yang terjadi secara alamiah yakni dari mulut ke mulut saja.
Kalau produknya enak, bisa jadi laku. Ini sudah jadi potensi, tapi untuk mengembangkannya lebih besar, perlu sarana promosi yang menjangkau lebih luas. Ibarat kata, orang-orang di seluruh nusantara harus tahu kalau di kota kecil seperti Tasikmalaya ini ada berbagai macam jajanan yang nikmat, tak kalah dengan jajanan impor.
Nah, dengan penerapan promosi lewat platform digital, UMKM diharapkan bisa semakin besar dan mereka  bisa menjual produknya dengan skala besar, bukan saja untuk di dalam negeri, tetapi bisa di impor keluar hingga dapat bersaing di pasar global.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H