Agama Islam adalah apa yang telah disyariatkan Allah dengan perantara Nabi-Nabi-Nya berupa perintah-perintah dan larangan-larangan serta petunjuk-petunjuk untuk kebaikan hamba-hamba-Nya di dunia dan akhirat. Oleh karena itu, dalam ibadah syaratnya adalah memiliki akal, sebab ia mampu membedakan segala sesuatu sehingga terkena hukum taklif dalam agama guna melaksanakan ibadah sebagai perintah dari Allah SWT.
Hal ini sejalan dengan Q.S. Adz-Zariyat ayat 56, "tidaklah Aku ciptakan jin dan manusia untuk beribadah kepada-Ku." Maka apapun bentuk ibadah yang kita lakukan semata-mata merupakan suatu bentuk penghambaan kita kepada-Nya.Â
Pertanyaannya: sudahkah kita memahami makna hakiki dari tujuan kita diciptakan kedunia ini, bagaimana tingkat ibadah kita atau justru sebaliknya kemudian kita abaikan sebagai makhluk-makhluk Allah yang selayaknya mengabdi kepada Allah SWT. Allah SWT sudah mengingatkan kepada kita dalam Q.S. Al-Hijr ayat 99, "sembahlah Allah sampai datang kematian menghampirimu." Maka tugas kita hanya satu, yakni ibadah. Apapun bentuknya dan apapun dimensinya, ibadah kepada Allah sampai Allah menginginkan kita pulang, sampai kita menyandang gelar alm, dan sampai masjid-masjid mengumandangkan innalillahi wa innailahi roji'un.
Tatkala meninggal maka manusia telah putus dari segala sesuatu, kecuali tiga perkara: sedekah, ilmu yang bermanfaat, dan anak yang saleh. Investasi jangka panjang tersebut hal semuanya tertuang dalam bentuk ibadah. Manusia yang bisa menyandang sebagai predikat terbaik di dunia dan di akhirat, yaitu adalah manusia yang senantiasa takut kepada Allah SWT dalam segala hal, bukan kepada makhluk. Dengan demikian, takut dapat dikategorikan sebagai bentuk takwa karena sudah termasuk bagian dari ketakwaan, yaitu menjalani perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.Â
Semua itu ia sadari dari rasa takutnya akan pengawasan 24 jam dari Allah SWT dari setiap gerakan demi gerakan yang ia lakukan pada tingkah lakunya. Oleh karena itu, jangan sampai kita tukarkan kebahagiaan sesaat dengan kesengsaraan abadi, seperti menikmati maksiat (minum-minuman keras yang sifatnya sesaat) Â dan akan diminta pertanggung jawaban di akhirat kelak sehingga kita akan menyesal selama-lamanya.Â
Ulama mengajarkan agar setiap aktivitas ibadah, diiringi sifat raja' (pengharapan), yakni sebuah pengharapan agar setiap ibadah kita Allah terima dan khauf (takut/khawatir), yakni jangan sampai tingkat ibadah kita tidak terima. Maka dari itu kenali potensi-potensi dari ibadah kita, misalkan ada seseorang yang salatnya rajin sedangkan sedekahnya tidak, dan lain sebagainya. Ada hal-hal yang dapat merusak ibadah kita, yakni sebagai berikut:
1. Salah niat, niat sangat berpengaruh dalam ibadah kita, setinggi-tingginya niat adalah persembahan untuk Allah inna sholati wa nusuki...
2. Males mencari illmu sehingga kita memiliki ilmu dimensi ibadah yang kita lakukan
3. Riya
4. Sum'ah/perkataan
5. Ujub