Mohon tunggu...
Diaz Daffa Abiyu
Diaz Daffa Abiyu Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Halo perkenalkan nama saya Diaz Daffa Abiyu. Saya mahasiswa Universitas Jember prodi Ilmu Hubungan Internasional angkatan 2021.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Peran Bank Indonesia dalam Menjaga Stabilitas Ekonomi di Tengah Ketidakpastian Global

5 April 2023   08:24 Diperbarui: 5 April 2023   08:27 173
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dunia perekonomian internasional sedang tidak baik-baik saja. Saat ini dunia perekonomian internasional sedang dihantui dengan inflasi dan resesi. Inflasi dan resesi merupakan ancaman dalam dunia perekonomian. Definisi dari inflasi sendiri adalah kenaikan harga produk dalam jangka waktu tertentu secara menyeluruh dan terus menerus. Sedangkan definisi dari resesi adalah kondisi dimana ekonomi negara sedang mengalami penurunan atau memburuk. Kondisi ekonomi suatu negara menurun atau memburuk dapat dilihat dari menurunnya Produk Domestik Bruto (PDB) secara signifikan dalam 2 kuartal atau lebih secara berturut-turut. Inflasi dan resesi merupakan musuh dari dunia perekonomian. Saat ini dunia perekonomian internasional sedang dihantui dengan kedua ancaman tersebut.

Secara umum, terdapat beberapa hal penyebab terjadinya inflasi. Yang pertama adalah biaya produksi meningkat. Negara yang ekonominya sedang berkembang akan rentan terkena inflasi akibat adanya kenaikan biaya produksi. Yang kedua adalah tingginya permintaan. Kenaikan permintaan produk akan mengakibatkan kenaikan harga. Hal tersebut terjadi karena stok produk tidak memenuhi permintaan pasar. Yang ketiga adalah kenaikan peredaran uang di masyarakat. Apabila peredaran uang di masyarakat tinggi, daya beli produk juga akan naik. Kenaikan daya beli tersebut juga akan mengakibatkan kenaikan harga produk. Apabila kenaikan produk tersebut tidak terkendalikan akan mengakibatkan inflasi. Inflasi juga berhubungan langsung dengan resesi. Apabila inflasi sudah berlebihan, maka dapat mengakibatkan resesi. Selain inflasi, perubahan kegiatan ekonomi secara mendadak juga dapat mengakibatkan resesi. Salah satu contohnya adalah pada masa pandemic COVID-19. Sebagian besar negara merasakan dampak secara langsung dengan adanya pandemi.

Tahun-tahun sebelumnya ekonomi dunia sedang dihadapkan dengan ancaman inflasi dan resesi. Mulai dari tahun 2019, akibat adanya pandemi. Hingga saat ini terdapat beberapa kejadian yang menyebabkan inflasi dan resesi. Terdapat berbagai penyebab kenapa ekonomi dunia dihadapkan dengan kedua ancaman tersebut. Salah satu kejadian yang dianggap menjadi salah satu penyebab inflasi dan resesi pada tahun 2022 adalah invasi Rusia di Ukraina. Jannet Yellen, Menteri Keuangan Amerika Serikat mengatakan bahwa invasi Rusia di Ukraina sangat mempengaruhi perekonomian global. Kekhawatiran timbulnya resesi muncul akibat perang tersebut terjadi. Pada pidatonya di Dewan Atlantik, Janet Yellen menyatakan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina mengakibatkan lonjakan harga makanan dan bahan bakar di seluruh dunia. Sebelumnya kenaikan harga disebabkan oleh pandemi COVID-19, namun saat ini diperparah oleh adanya perang antara Rusia dan Ukraina.

Ancaman inflasi dan resesi akibat dari adanya perang antara Rusia dan Ukraina juga dirasakan di Indonesia. I Gede Ngurah Swajaya, Direktur Jenderal Amerika dan Eropa Kementerian Luar Negeri mengatakan bahwa perang antara Rusia dan Ukraina dapat mengancam masyarakat Indonesia terutama petani. I Gede Ngurah Swajaya berkata "ada satu hal yang sangat mengancam rakyat Indonesia, khususnya terkait ketahanan pangan, yaitu Sebagian besar supply untuk produksi pupuk Indonesia berasal dari Belarusia dan Rusia". Beliau juga mengatakan bahwa kegiatan impor pupuk masih bisa dilakukan meskipun perang sedang berlangsung. Namun terdapat kendala pada jalur logistik akibat adanya perang. Kenaikan harga pangan seperti kedelai, tepung terigu, dan gandum impor juga dirasakan di Indonesia. Selain harga pangan, harga minyak mentah juga melonjak secara drastis. Meskipun begitu, Indonesia juga dapat meraih keuntungan akibat adanya perang antara Rusia dan Ukraina. David Sumual, Kepala Ekonom Bank Central Asia (BCA) mengatakan bahwa kenaikan harga komoditas akibat adanya perang dapat menguntungkan Indonesia. Seperti yang kita tahu Indonesia merupakan negara penghasil komoditas seperti batu bara, minyak sawit mentah, hingga nikel. Harga dari komoditas-komoditas tersebut naik akibat adanya perang. Namun hal tersebut juga menjadi pisau bermata dua bagi Indonesia. Apabila kenaikan harga terus berlangsung, Indonesia akan terkena dampak yang besar.

Menghadapi masalah tersebut, Indonesia tentunya segera mengambil beberapa tindakan atau kebijakan. Bank Indonesia (BI) juga berperan dalam hal ini. Salah satu keputusan yang diambil oleh Bank Indonesia adalah untuk mempertahankan suku bunga acuan. Perry Warjiyo, Gubernur Bank Indonesia mengatakan "Keputusan ini sejalan dengan perlunya menjaga stabilitas nilai tukar dan terkendalinya inflasi, serta upaya untuk tetap mendorong pertumbuhan ekonomi, di tengah tekanan eksternal yang meningkat". Selain mempertahankan suku Bungan acuan, Bank Indonesia juga menerapkan beberapa kebijakan untuk menjaga stabilitas dan pemulihan ekonomi di tengah ketidakpastian global yang diakibatkan oleh adanya perang Rusia dan Ukraina. Destry Damayanti, Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia menyampaikan bahwa Kemeterian Keuangan dan Bank Indonesia harus menyeimbangkan stabilitas serta mendukung pertumbuhan ekonomi di tengan ketidakpastian global. Terdapat 3 kebijakan bauran yang dioptimalkan oleh Bank Indonesia. Kebijakan yang pertama adalah kebijakan moneter yang mengedepankan stabilitas sekaligus mendukung pemulihan ekonomi. Kebijakan yang kedua adalah kebijakan makroprudensial. Kebijakan makroprudensial adalah kebijakan yang ditetapkan oleh Bank Indonesia untuk mencegah resiko sistemik, mendukung fungsi intermediasi yang seimbang dan berkualitas, peningkatan efisiensi sistem dan akses keuangan untuk menjaga Stabilitas Sistem Keuangan. Kebijakan tersebut ditujukan untuk mendorong ekonomi hijau. Kebijakan yang ketiga adalah kebijakan sistem pembayaran. Sistem pembayaran tersebut memiliki tujuan untuk mempercepat pembayaran digital.

Referensi:

bi.go.id. (2020). Inflasi. https://www.bi.go.id/id/fungsi-utama/moneter/inflasi/default.aspx

fiskal.kemenkeu.go.id. (2019). Resesi. https://fiskal.kemenkeu.go.id/fiskalpedia/2022/11/10/19-resesi

Herdi Alif Al Hikam. (2022). Dampak Ngeri Perang Rusia-Ukraina untuk Dunia: Inflasi dan Kelaparan!. https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-6032806/dampak-ngeri-perang-rusia-ukraina-untuk-dunia-inflasi-dan-kelaparan

lp2m.uma.ac.id. (2022). Resesi Ekonomi -- Apa itu, Penyebab dan Dampaknya. https://lp2m.uma.ac.id/2022/11/21/resesi-ekonomi-apa-itu-penyebab-dan-dampaknya/#:~:text=Hal%20pertama%20yang%20menjadi%20penyebab,akibat%20pandemi%20yang%20melanda%20dunia

Maesaroh. (2022). Ini Bukti Nyata Indonesia Jadi 'Tumbal' Perang Rusia-Ukraina. https://www.cnbcindonesia.com/news/20220603140525-4-344146/ini-bukti-nyata-indonesia-jadi-tumbal-perang-rusia-ukraina#:~:text=Jakarta%2C%20CNBC%20Indonesia%20%2D%20Perang%20Rusia,pupuk%2C%20hingga%20hilangnya%20potensi%20ekspor

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun