Memasuki bulan Ramadhan kita harus menyambutnya secara sukacita dalam bulan yang berkah ini. Bahkan social media pun menjadi alat untuk mengusik kebosanan atas ibadah puasa yang kita jalani. Salah satunya memanfaatkan hal yang viral seperti kuliner (es kepal milo, donat indomie), fashion (tutorial hijab), hingga lumayan bermanfaat buat ngabuburit misalnya nyalurin hobi, atau lebih baiknya buat cari pahala.
Tapi menurutku social media justru banyak mudaratnya dan saya pun sebelumnya sudah merasa jenuh, sekarang hoax ada dimana-mana akibat terjadinya perpecahan ras, suku, dan budaya yang sengaja dimainkan oleh elite politik dari sudah membuat resah masyarakat atas prestasi memperkuat ego sendiri.
Bahkan sampai ada hoax yang berbau keagamaan katanya untuk menegakan kebenaran selanjutnya tidak mendukung suatu aksi berarti bukan islam, bahkan pada peristiwa teroris baru-baru ini membuat Indonesia bisa dibilang tidak aman lagi, justru dianggap hanya pengalihan masalah terhadap pemerintah Indonesia saat ini. Saya juga sangat menyayangkan bahwa peristiwa yang dialami Palestina sebagai sumber terjadinya teroris diseluruh dunia.
Dalam berkomentar pun sama saja dianggap mudarat asalkan seperti itu bersifat negatif. Instagram pada dewasa ini sekarang banyak buzzer juga berperan menyampaikan suatu kabar namun hanya megutip beberapa berita pada media konvensional saja. Akun gossip pun paling digencar oleh netizen terutama kaum ibu-ibu.
Sayangnya pada bulan puasa ini perbuatan ghibah masih dilakukan, hanya komentar dan menyebarkannya sama saja membatalkan pahala puasa kita, apalagi menghujat wanita biasa disebut dengan istilah jaman now pelakor sama juga ghibah, selama bulan suci ini saran buat admin gossiper jangan buka dulu di Instagram biar tidak ada korban gossip dimana pahala terbuang sia-sia gara-gara sebuah berita pelakor.
Generasi jaman now juga harus direhabilitasi selama bulan puasa kayak artis-artis yang ketangkap narkoba. Biasanya buat ngabuburit anak jaman now suka main tiktok nggak jelas, sejujurnya saya tidak suka main begituan sama saja mempercepat revolusi generasi alay, saya sebagai generasi jaman now merasa eneg main gituan saya pun jarang posting ini itu, saya pakai sosmed cuma buat lihat berbagai postingan sekaligus dengerin musik dari youtube. Memang saya mengikuti update tentang hal yang viral tapi tidal melaksanakannya, saya mengikuti sosmed hanya untuk melihat postingan .
Generasi sekarang ini sensasi lebih dibutuhkan daripada prestasi, anak jaman now memang suka melakukan hal nekat seperti selfie terlarang, main tiktokan, sekalian curhat yang harusnya dirahasiain sampai curhat tentang wibunya. Anak jaman now kalo yang cowok (saya tidak termasuk) menyukai hal-hal yang berbau game dan anime, kalo cewek senangnya korea-koreaan yang diributin opa-opa idolanya, lebih parah anak micin sukanya ikut-ikutan sinetron sama ftv dramanya kayak terungkapnya misteri tabrakan tiang listrik. Indonesia bahkan kekurangan pemuda harapan bangsa jikalau generasi sensasi ada dimana-mana, tak sesuai dengan janji Bung Karno " berikan aku 1000 pemuda untuk bangsa".
Sejujurnya saya mau kembali pada anak jaman old, dimana merasa awam terhadap sosmed, selalu to the point dalam bahasa Jawanya nggak neko-neko, tidak suka membuka rahasia pribadi, terutama dalam urusan music saya lebih suka lagu pop era 90 sampai 2000-an seperti lagu Dewa dari Ari Lasso sampai Once, untungnya ada aplikasi music jadi saya tak perlu download, music jaman old ternyata lebih ngangenin daripada lagu jaman now, komposernya hati-hati dalam membuat lagunya dan tidak asal hits dipasaran.
Untuk menu buka puasanya saya lebih suka teh manis dan kolak pisang ubi sebagai tradisi buka puasa di Indonesia sejak jaman nenek moyang kita daripada es kepal dari negeri upin ipin yang gak jelas apa viralnya.
Saran saya untuk kaum intoleran terutama bagi yang garis keras agar sadar terhadap kemajemukan Indonesia dan mengingatkan kembali bahwa menyebarkan hoax hanya alasan mengkritik tapi dibilang menegakan kebenaran sama saja dosanya dengan ghibah dan adu domba.
Allah berfirman,
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن جَآءَكُمْ فَاسِقُُ بِنَبَإٍ فَتَبَيَّنُوا أَن تُصِيبُوا قَوْمًا بِجَهَالَةٍ فَتُصْبِحُوا عَلَى مَافَعَلْتُمْ نَادِمِينَ
“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti, agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu”. [Al Hujurat : 6].
- Hadist al-Ifki (Berita Bohong). Misalnya diketemukan dalam QS. Al-Nur (24) ayat 11-12, sebagai berikut:
إِنَّ الَّذِينَ جَاءُوا بِالْإِفْكِ عُصْبَةٌ مِنْكُمْ لَا تَحْسَبُوهُ شَرًّا لَكُمْ بَلْ هُوَ خَيْرٌ…….(11) ……. وَقَالُوا هَذَا إِفْكٌ مُبِينٌ .
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang membawa berita bohong itu adalah dari golongan kamu juga. Janganlah kamu kira bahwa berita bohong itu buruk bagi kamu bahkan ia adalah baik bagi kamu. Dan (mengapa tidak) berkata: “Ini adalah suatu berita bohong yang nyata.”
- “Faahisyah” (Berita Keji), sesuatu yang teramat keji, bahkan, terbilang dosa besar. Misalnya diketemukan dalam QS. Al-Nur (24) ayat 19 :
إِنَّ الَّذِينَ يُحِبُّونَ أَنْ تَشِيعَ الْفَاحِشَةُ فِي الَّذِينَ آمَنُوا لَهُمْ عَذَابٌ أَلِيمٌ فِي الدُّنْيَا وَالْآخِرَةِ وَاللَّهُ يَعْلَمُ وَأَنْتُمْ لَا تَعْلَمُونَ [النور/19:24 ،]
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang yang ingin agar (berita) perbuatan yang amat keji itu tersiar di kalangan orang-orang yang beriman, bagi mereka azab yang pedih di dunia dan di akhirat. Dan Allah mengetahui, sedang, kamu tidak mengetahui.”
- Qaul al-Zuur (Perkataan Dusta). Misalnya Firman Allah SWT dalam QS. Al-Hajj (22) ayat 30, di mana dalam ayat ini Allah menggandengkan dua larangan; ………
…….فَاجْتَنِبُوا الرِّجْسَ مِنَ الْأَوْثَانِ وَاجْتَنِبُوا قَوْلَ الزُّورِ (30) [الحج/30]
Artinya: “…..maka jauhilah olehmu (penyembahan) berhala-berhala yang najis itu dan jauhilah perkataan dusta.”
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H