Mohon tunggu...
Daffa Ikhwanul Aulia
Daffa Ikhwanul Aulia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Sebelas Maret

Mahasiswa Matematika Universitas Sebelas Maret yang menyukai seni dan budaya.

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jangan Takut pada Suara Gamelan dan Tembang Jawa!

12 Mei 2024   13:26 Diperbarui: 12 Mei 2024   13:29 1023
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gamelan merupakan musik ansambel tradisional yang sudah ditetapkan  menjadi salah satu warisan kebudayaan menurut UNESCO. Dalam sejarahnya, gamelan dan tembang-tembang macapat digunakan oleh walisongo sebagai salah satu sarana dalam penyebaran Islam di Jawa. Seiring berkembangnya zaman, musik gamelan dan tembang-tembang Jawa sudah banyak yang dikolaborasikan dengan musik modern. Sekarang ini, musik gamelan masih sering ditemukan di beberapa tempat dan digunakan untuk pertunjukan seni (wayang kulit, seni karawitan, dan seni tari), upacara adat, dan ritual keagamaan tertentu.

Dari dulu sampai sekarang, banyak orang yang takut ketika mendengar alunan suara gamelan. Banyak pula yang menganggap tembang Jawa yang diiringi musik gamelan sebagai sarana memanggil hantu. Hal tersebut bisa terjadi bukan tanpa alasan. Salah satu penyebabnya, peran media lah yang bisa membuat orang-orang ini takut saat mendengar tembang Jawa serta alunan suara gamelan. Banyaknya film-film bergenre horor yang menggunakan suara gamelan dan tembang-tembang macapat sebagai backsound dan soundtrack, sehingga menggiring perasaan penonton ke arah magis ketika mendengarnya. Salah satu contohnya adalah tembang “Lingsir Wengi” yang digunakan dalam film Kuntilanak (2006) untuk memanggil setan, setelah menonton film tersebut beberapa orang berpersepsi bahwa semua tembang Jawa itu dapat memanggil setan. 

Banyak seniman, khususnya seniman karawitan yang prihatin terhadap reaksi takut masyarakat terhadap tembang Jawa dan musik gamelan. Hal yang mereka geluti dengan senang hati malah dianggap menakutkan oleh sebagian orang. Padahal mereka menciptakan tembang juga bukan suatu hal yang mudah. Para seniman harus melakukan riset untuk membuat lirik dan olah kreatif agar tembang yang diciptakan enak untuk didendangkan dan didengarkan.

Dalam konteks yang lebih khusus, tembang menjadi jembatan manusia Jawa menelisik narasi asal muasal tentang dirinya. Lewat balutan teks lirik yang sarat makna, tembang tidak sekadar persoalan nyanyian, tapi distribusi kekayaan intelektual dari satu generasi ke generasi selanjutnya. Tapi di hari ini, kita justru menempatkan tembang dalam satu wacana yang cenderung banal. Tembang tidak lebih sebagai sarana pemanggil arwah, hantu, dan sejenisnya.

Ketika mendengarkan tembang yang diiringi alunan musik gamelan Jawa, yang ada di benak saya adalah musik ini indah dan nyaman sekali. Berbeda dengan musik pop, jaz, dan sebagainya, nada-nada yang dihasilkan oleh ansambel musik dengan tangga nada pentatonis ini bisa membuat rileks dan menenangkan pikiran dengan membayangkan masa kecil dengan suasana pedesaan yang asri. Tak hanya itu, saat bermain gamelan saya merasa semua beban pikiran akan hilang saat itu juga bahkan bisa sampai lupa waktu saking asyiknya. Memainkan alat musik gamelan ini memang penuh keseruan karena butuh kerja sama tim yang baik, bermain tempo, serta peka terhadap suara. Beberapa tembang yang sering saya dengarkan memiliki makna yang dalam yang jauh dari kata horor, seperti contohnya ladrang “Santi Mulya” yang diciptakan oleh maestro karawitan Ki Narto Sabdo yang bercerita tentang doa kemuliaan dan cara mencapai tujuan luhur bangsa. 

Stereotip mistis terhadap musik gamelan Jawa memberikan dampak negatif terhadap perkembangan dan kelestariannya. Contohnya, pementasan seni karawitan, wayang kulit atau pementasan lain yang mengandung bunyian suara gamelan yang cenderung tidak banyak penonton. Selain itu, tak banyak pula orang dari generasi sekarang yang mau belajar gamelan, padahal alat musik ini sudah menjadi salah satu warisan kebudayaan oleh UNESCO. Sehingga kebudayaan ini sangat perlu diwariskan untuk generasi yang akan datang, kalau bukan generasi kita siapa lagi yang akan mewarisi kebudayaan ini.

Oleh karena itu, agar warisan budaya ini tetap lestari perlu dukungan dari beberapa pihak. Dari kita sendiri, tanamkan dalam pikiran kita bahwa musik gamelan bukan sesuatu yang menakutkan dan bukan pula sebagai alat pemanggil hantu. Selanjutnya, peran media utamanya media perfilman yang harus mengurangi menggunakan tembang Jawa dalam scene horor, banyak opsi lain yang bisa digunakan selain menggunakan tembang Jawa. Tunjukkan bahwa musik gamelan itu suatu hal yang menarik agar para generasi penerus bangsa mau dan ada keinginan untuk belajar memainkan alat musik gamelan. Jangan sampai warisan budaya bangsa kita ini direbut bangsa lain karena kelalaian kita dalam melestarikannya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun