Mohon tunggu...
Ramadhan Daffa Satria
Ramadhan Daffa Satria Mohon Tunggu... Penulis - Mahasiswa

berfikir kreatif dan terus dinamis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Islam Meluruskan Kesetaraan, Kritik Feminisme

7 Maret 2023   01:10 Diperbarui: 7 Maret 2023   01:22 140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Mari kita awali dialek ini dengan sudut pandang monolog (Perempuan). 

Ada dua relasi besar dalam diri seorang perempuan, yaitu relasi terhadap keperempuanan dan relasi terhadap lingkungannya. Memang pada realitanya pembahasan wanita banyak meninjau dari aspek luarnya, terkhusus dengan lingkungan dimana ia hadir. Belum lagi pemahaman kita yang dominan dibentuk oleh lingkungan. 

Sebenarnya tidak ada yang berbeda ketika Islam memandang antara laki-laki dan perempuan dari aspek keperempuanan. Maksudnya, jika ditinjau dari aspek penciptaannya, tidak ada perbedaan antara laki-laki dan perempuan. Hakikat laki laki dan perempuan dalam Islam itu kembali pada dimensi ruh, buka raga. Adapun perbedaan yang terlihat itu terletak pada tubuh bukan roh. 

Begitu pula ketika ditinjau dari aspek hukum syariat, ada syariat yang mengatur dimensi ruh, ada pula yang mengatur dimensi tubuh. Pembahasan mengenai fiqih laki-laki dan fiqih perempuan pun sebenarnya tidak terkait dengan hakikat ruh, tetapi terkait dengan dimensi tubuh. Jadi, pada intinya istilah laki laki dan perempuan itu hanya berkaitan dengan dimensi tubuh, bukan ruh. 

Islam tidak memandang gender, bagaimana bisa? 

Hakikat manusia bukan terletak pada dimensi tubuhnya, namun berkaitan dengan dimensi ruh. Ruh sebagaimana yang Allah ciptakan sejak zaman Azali, tidak ada ruh berjenis kelamin laki laki atau perempuan. Sebagaimana makhluk ciptaan lainnya yakni malaikat, tidak ada malaikat laki-laki ataupun malaikat perempuan, karena hakikat malaikat adalah ruh. Oleh karena itu, antara laki-laki dan perempuan tidak ada perbedaan, jika ada perbedaan itu terdapat pada dimensi tubuh. 

Perbedaan fikih antara laki-laki dan perempuan itu sebenarnya terletak pada tubuh dan persamaan antara kedua disatukan dalam dimensi ruh. Inilah yang membedakan antara pandangan islam dengan pandangan dan paham lainnya. Banyak gerakan yang mengilhami kesetaraan dan keluar dari koridor Sebenarnya, berlebihan dan mengkaburkan. Maka jauh dari itu Islam sudah menjelaskan secara detail hal tentang kesetaraan. 

Perjuangan feminisme sebagai gerakan sosial mempunyai tujuan kesetaraan gender. Gender menjadi alat analisis yang penting untuk melihat posisi dalam struktur sosial di masyarakat. Gender dalam hal ini mencakup ekspresi, identitas dan peran. Mengapa analisis gender dalam gerakan sosial feminis begitu penting? Karena identifikasi gender berguna untuk menentukan peran di masyarakat. Peran-peran ini ada membentuk struktur untuk melanggengkan kekuasaan.

Perlu dukungan maksimal dalam menggelorakan gerakan ini. Dimana egaliter adalah tujuan guna keseimbangan dan persamaan. Islam sama sekali tidak melarang jika perempuan berperan aktif menjadi pemimpin.  Dalam Al-Qur'an Surah An-Naml ayat: 23 dijelaskan tentang kepemimpinan Ratu Balqis yang memimpin kerajaan Saba' (Yaman) pada masa Nabi Sulaiman AS yang merupakan salah satu contoh bahwa Islam tidak melarang perempuan untuk mengambil peran menjadi seorang pemimpin dalam sebuah komunitas publik. 

Fakta lapangan berbicara, keseimbangan dan kesetaraan yang menjadi tujuan mereka melahirkan kebebasan, liberal tidak karuan dan hak harus diberikan sebagai prioritas di atas kebaikan. Dengan kata lain, setiap individu diberikan kebebasan untuk memilih yang terbaik bagi dirinya selama tidak merampas hak orang lain.

Berbahaya!!
Sangat berbahaya "jika" kebebasan menjadi prioritas, ketidak aturan akan menimbulkan kesewenang-wenangan atas dasar subjektif. 

Islam menegaskan sekali lagi hakikat laki-laki dan perempuan adalah sama. Salah satu keagungan yang dimiliki oleh seorang perempuan adlah rahim, kata rahim adalah salah satu "Asma" Nama ilahi yang memiliki arti penyayang. Aspek keindahan "jamaliyah" Ini lebih dominan dalam diri perempuan. Bagaimana seorang ibu hamil selama sembilan bulan mampu menahan derita dengan penuh kasih dan sayang. 

Kasih sayang dari kata "rahim" Biasanya digunakan dalam tradisi umat islam pada kata "silaturahmi" Dengan makna memanjakan kasih sayang Tuhan. Jika disatukam antara anak yang lahir dari rahim ibu dan memperpanjang kasih sayang Tuhan, maka didapat Arti bahwa anak yang lahir dari seorang ibu merupakan bagian dari memanjangkan kasih sayang Tuhan. 

Mari kita baca seksama Firman Allah SWT :
"Hai sekalian manusia, bertakwalah kepada Tuhamu yang menciptakan mu dari jiwa yang satu" Akar kata nafs "jiwa" Menjadi hakikat inti dari manusia, antara laki-laki dan perempuan merupakan satu dan berasal dari hakikat yang satu "Nafs". Begitupun antara adam dan hawa, mereka diciptakan dari jiwa yang satu. Jika hawa diciptakan dari tulang rusuk adam, itu bukan esensi dari manusia, karena berkaitan dengan tubuh. 

Adam dan hawa diciptakan dari jiwa yang satu, itulah sebabnya pertemuan adam dan hawa adalah pertempuran yang menentramkan hati dan menenangkan jiwa. Inilah mengapa pertemuan keduanya Allah abadikan dengan nama " Mawaddah". Maka seharusnya pertemuan laki-laki dan perempuan itu berdasarkan ketentraman hati dan ketenangan jiwa, bukan hawa nafsu. 

Al-Quran meneguhkan Egalitarian
Sunna, ijma qiyas dan ulama menguatkan
Namun mengapa masih banyak condong kepaham yang salah? 

#Opini

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun