Belum lama ini aku mendapati sebuah kejadian yang tidak mengenakan. Yap, momen menilai seseorang apalagi saat lebaran jadi meninggi ya dari orang lain. Tulisan ini juga aku share di blog milik aku dan bisa diakses di sini.
Dulu aku berpikir bahwa menilai seseorang itu seperti budaya yang sudah melekat pada manusia. Seolah itu hal biasa yang memang patut dibiasakan.
Tapi, semakin lama semakin aneh saja. Penilaian yang seharusnya bisa membuat kita lebih baik, justru semakin membuat kesal hingga overthinking. Jadi betulkah kebiasaan itu untuk terus dibudayakan?
Kita tidak bisa membiasakan hal yang sudah biasa padahal belum tentu benar. Yang benarlah yang harusnya dibiasakan. Dan sekarang aku sedang berusaha dan belajar menerapkannya dikehidupanku sendiri.
Menilai seseorang itu seringkali menyakitkan. Selebihnya mengesalkan hingga ingin membenamkan kepala di air saja.
Akibatnya, sadar atau tidak aku juga jadi terpengaruh. Aku kerap menilai seseorang walaupun hanya dari dalam hati. Ini yang harus aku perbaiki.
Maka dari itu, mulai melatih diriku sendiri. Pertama, mengontrol pikiran dan lisan agar tidak mudah menjudge orang lain hanya dari luar tanpa tahu dalamnya seperti apa. Kedua, memahami bahwa setiap orang itu berbeda dan memiliki keunikannya sendiri. Ketiga,menilai seseorang itu salah. Bagaimana rasanya jika hal tersebut terjadi denganku? Mungkin seperti itu
Semua Orang Itu Unik
Berbicara mengenai keunikan, aku jadi ingat seseorang pernah berbicara seperti ini.Â
Baca juga: Beda Tipe Menanam Ibu dengan Bapak"Kalau kita melihat seseorang yang tidak punya hidung pasti kita langsung merasa aneh. Kenapa? Karena tidak biasa." Kurang lebih seperti itu
Sebenarnya ini karena perkara antara biasa dan tidak biasa. Melihat seseorang yang tidak biasa atau normal, kita langsung dengan mudahnya menjudge orang lain. Terlebih kita menilai dengan standar hidup kita yang berbeda.
Kita menilai seolah kitalah yang normal. Jadi, jika ada yang tidak biasa ya kurang bisa diterima. Adalagi kasus jika sudah terlalu normal, kita ingin lebih unggul dengan mengunggulkan diri sendiri. Jatuhnya seperti tinggi diri ya atau sombong.
Contohnya, ada seorang A yang sukses membangun sebuah usaha dari nol. Dia berjuang sendiri dan rela mengorbankan waktu main dan tidurnya agar bisa sukses. Terdengar klasik dan biasa kan? Ya memang, coba deh jangan menganggap diri sendiri itu paling beda. Padahal hal tersebut juga sudah ada sebelumnya.
Merasa paling beda atau bahkan menganggap aneh hal yang bukan standar kita adalah satu faktor kenapa kita sering menilai orang lain secara sembarangan.
Akibatnya jadi suka menilai seseorang menurut standar diri kita sendiri. Padahal belum tentu standar kamu cocok dengan orang lain.
Membiasakan Kontrol Diri
Kontrol diri memang sangat perlu diterapkan dalam kehidupan. Selain membuat diri kita jadi lebih mawas diri dari penilaian orang, mengontrol diri sendiri juga memberikan dampak bahwa dinilai seseorang secara sembarang memang tidak enak.
Jadinya, daripada terlalu memusingkan pikiran orang lain terhadap diri kita yang mana tidak bisa dikendalikan. Lebih baik mengendalikan isi pikiran dan hati agar tidak mudah menilai orang lain hanya dari luar.
Segitu dulu tulisanku, apabila dirasa bermanfaat bisa share atau boleh juga komen di bawah barangkali ada insight baru. Thank you!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H