Suatu kali pada sore hari, ibu dan bapak pergi untuk kondangan teman mereka. Aku hanya manut saja disuruh jaga rumah dan tidak pergi ke mana-mana(memangnya aku akan pergi ke mana selain ke kamar?). Cukup lama mereka pergi hingga terdengar suara motor bapak di depan rumah, pertanda mereka pulang dari kondangan. Aku menyambut ibuku yang tangannya penuh dengan sesuatu. Lebih tepatnya untuk mencari tahu isi dari buah tangan yang diterima mereka. Lumayanlah dapat snack untuk cemilan disaat mulut sedang bosan.
Anehnya, saat sudah mendekat dengan wajah sumringahnya ibu menunjukan sebuah tanaman yang didapatnya dari teman. "Tadi mampir sebentar ke tempat temen, eh malah dikasih tanaman ini," sembari menunjukan beberapa tanaman yang beliau dapat.
Jikalau satu jenis tanaman, menurutku tidak masalah. Ini ada tiga jenis tanaman dan semuanya sangat bagus terawat. Salah satu diantaranya yaitu bunga janda bolong yang sempat viral belakangan. Aku hanya bergeleng keheranana. Ini pasti ibu dikasih satu tanaman, tapi karna ada banyak tanaman jadi dia minta lagi. Namun, ibu berdalih bahwa semua itu diberi oleh temannya. Diantaranya bahkan ada tanaman yang sudah besar.
Sudah menjadi kebiasaan ibu mengoleksi pot tanaman tapi tidak memakainya. Lalu berakhir di gudang dan berdebu. Setelah mendapatkan tanaman baru akhirnya ibu segera menanamnya di pot baru itu. Tentunya setelah pot tadi dibersihkan. Ibu meminta bapak untuk menyiapkan tanah untuk semua tanaman. Jadilah ibu berkreasi menanam bunga di pot. Setelah selesai jadilah empat pot bunga yang ibu tanam. Yang satu lagi ternyata bunganya besar dan banyak batangnya. Jadi oleh ibu dibagi dua tanaman tadi. Untuk ketiganya ditaruh belakang rumah dan satunya dimasukan ke dalam rumah. Kata ibu potnya bagus, jadi akan lebih bagus jika dipajang di rumah seperti temannya.
Setelah beberapa bulan bisa dilihat. Bahwa pot yang ada di dalam rumah tadi lebih kurus. Daunnya cepat busuk dan jarang ada daunnya. Tak seperti tanamannya yang sama namun ada di belakang rumah. Sangat subur dan juga segar. Satu diantaranya sudah kering mati karna oleh ibu jarang disiram. Satunya lagi sudah mendekati kelayuan.
Lalu ibu dapat tanaman lagi dari temannya. Ada yang berupa tanaman dan juga berupa bijian. Oleh ibu meminta bapak untuk menanamnya. Beberapa bulan bisa dilihat bahwa semua tanamannya tumbuh subur, bahkan ada yang sudah berbunga.
Siklus ini terus terjadi. Dari banyak tanaman, tanaman yang dirawat ibu hampir banyak yang mati sia-sia. Sedangkan tanaman yang dirawat oleh bapak kebanyakan tumbuh subur, atau paling tidak memang karena cuaca ekstrem terus menerus(hujan sepanjang hari misalnya). Aku yang selalu melihatnya juga sering heran, kenapa bisa begitu?
1. Ibu tak rutin merawatnya
Maksudnya, ibu terkadang tak menyiram tanaman ketika tanaman itu butuh disiram. Apalagi ketika musim kemarau dan tak hujan sama sekali. Tanaman banyak yang kering. Atau ada pula yang terlalu sering di siram hingga layu. Seharusnya diberi pupuk, oleh ibu hanya diberi doa. Yasudahlah, semoga doa mengantarkannya ke surga.
2. Bapak lebih paham mengenai tanaman
Bertahun-tahun bapak mencari sumber penghasilan salah satunya ya lewat sawah. Beliau merawat tanaman mulai dari padi hingga cabai dan hampir semuanya membuahkan hasil. Seharusnya ibu juga harus paham si, tapi bisa dilihat bahwa bapak lebih telaten dibanding ibu dalam mengurus tanaman entah yang bisa dimakan sampai yang hanya bisa dipandang.
3. Semua yang dirawat bapak selalu subur
Mungkin karna tangannya kah? Entahlah. Aku pernah menanam anggur dan ternyata pot tersebut ada juga biji pohon jeruk dan juga tomat yang ditanam bapak dengan sembarang. Dan akhirnya biji anggurku gak ada yang membuahkan hasil. Sedangkan biji yang ditanam bapak tumbuh subur semua.
Nah, itu hasil kesimpulanku. Tapi bapak juga gak sempurna juga. Tanaman pohon lemonku juga kurus padahal sudah dipindahkan bapak ke tanah yang lebih lapang. Sekarang ibu juga jarang menanam, jika ada tanaman baru atau biji-bijian pasti akan diberikan ke bapak untuk ditanam. Yuk, bagikan pengalamanmu dalam bertanam di kolom komentar!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H