Mohon tunggu...
firmandaeva
firmandaeva Mohon Tunggu... -

bukan siapa-siapa\r\nhttp://mencerahkan.wordpress.com\r\nFB: http://www.facebook.com/firmandaeva.uye\r\nTwitter: https://twitter.com/firmandaeva

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

CORETAN TENTANG "SANG IDOLA"

10 Maret 2011   16:16 Diperbarui: 26 Juni 2015   07:54 228
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
12997734161267475740

Kalau orang membawa pikiran-pikiran baru, akan ada selalu ada yang gak terima. Kita tidak boleh berhenti. dengan hanya tidak diterima lalu berhenti, ya sudah jangan berpikir. (KH. Abdurrahman Wahid)

Manusia adalah makhluk berpikir. Tuhan memberikannya akal sebagai pembeda dari makhluk yang lain. Dengan akalnya manusia ditunjuk sebagai khalifah (pengganti) di bumi. Ia diberi amanah untuk mengelola alam sesuai kemampuannya, karena Tuhan telah membekali setiap individu dengan ilmu pengetahuan. Tinggal manusia itu sendiri mau atau tidak menjalankan tugas-tugasnya dengan arif.

Dalam Kitab Suci, perintah terhadap manusia untuk berpikir banyak kita temui. Perintah ini tidak hanya untuk memikirkan-Nya semata. Tapi disisi lain kita harus berpikir tentang orang lain dan lingkungan sekitar. Pentingkah?

Peduli Terhadap Sesama

Saya disini akan menulis tentang pentingnya kita berpikir untuk peduli antar sesama. K.H Abdurahman Wahid atau lebih akrab dipanggil Gus Dur menjadi pilihan saya dalam tulisan ini karena beliau adalah salah satu tokoh dari sekian banyak tokoh Muslim yang sangat peduli terhadap sasama. Dan selalu memikirkan nasib masyarakat kecil terutama kaum minoritas yang diperlakuan tidak adil oleh penguasa.

Pembelaan Gus Dur terhadap kaum tertindas secara konsisten ia perjuangkan. Tidak hanya pada saat beliau menjadi Presiden RI ke-4, tapi jauh hari, bahkan sebelum menjadi ketua umum PBNU beliau sangat intens melawan ketidakadilan yang dilakukan penguasa terhadap rakyat kecil. Ini bukti yang telah dicatat sejarah, bahwa beliau tidak pernah lelah untuk memikirkan nasib masyarakat. Perjuangannya hingga akhir hayat tetap konsisten.

Inilah Gus Dur yang bisa kita temuai setiap saat. Kepeduliannya sungguh luar biasa terhadap rakyat. Dari kaum elit sampai lapisan bawah, bahkan beliau sangat dikagumi oleh Negara lain. Kontribusi pemikirannya terhadap perdamaian sudah tidak diragukan lagi. Beliau banyak terlibat melakukan perdamaian di berbagai tempat.

Pembelaan Gus Dur terhadap penyerangan Jama'ah Ahmadiyyah oleh keleompok tertentu adalah bentuk keberpihakannya kepada kaum minoritas. Untuk hal ini, beliau betul-betul bereaksi sangat keras terhadap penyerangan dan fatwa MUI melarang Ahmadiyyah.“Saya menyesalkan penyerangan itu. Kita kan punya UUD 45 yang menjamin dan melindungi warga negara untuk berkeyakinan.”Gus Dur menegaskan, “Fatwa gak punya kekuatan hukum. Pemerintah musti berdasarkan konstitusi.” Samapai tulisan ini dibuat, masih sering terjadi perlakuan yang menindas terhadap Jama'ah Ahmadiyyah di berbagai daerah. Negara pun absen melindungi warganya. Seharusnya negara melindungi setiap keyakinan warganya sebagaimana telah dijelaskan dalam konstitusi.

Masalah Keagamaan

Berbicara tentang pembaruan dalam Islam Indonesia, kita tidak bisa melupakan tokoh yang satu ini. Di era tahun 70-an adalah masa pergolakan pemikiran di tanah air. Gus Dur merupakan salah satu tokoh yang memiliki kontribusi pemikiran yang 'mencerahkan'. Pikiran-pikiran keagamaannya yang kontroversial di tentang oleh banyak pihak. Hal ini tak menyurutkannya untuk terus melakukan terobosan pemikiran agar keluar dari romantisme masa lalu yang membuat kita "asik tertidur" menikmati karya sarjana Muslim terdahulu. Terobosan Gus Dur ini banyak diikuti oleh generasi muda yang notabene santri jebolan pasantren salaf.

Gus Dur mengajak agar kita tidak terjebak pada 'legalitas formal' dalam melaksanakan ajaran Islam. Pemahaman terhadap nilai-nilai ajaran Islam yang universal sangat dibutuhkan agar kita tidah parsial dalam menjalankannya.

Pada suatu kesempatan Gus Dur pernah mengatakan "Al-Quran adalah kitab suci porno". Pernyataan ini dipelintir oleh segelintir kelompok untuk menyerang beliau. Tentu saja masyarakat yang tidak faham konteks perkataan beliau juga merespons negatif, termasuk dari kalangan nahdiyyin sendiri. Perkataan Gus Dur ini sebenarnya dalam konteks ibu yang sedang menyususi. Porno itu letaknya ada dalam persepsi seseorang. Kalau orang kepalanya ngeres, dia akan curiga bahwa Alquur'an itu kitab suci porno, karena ada ayat -tentang menyusui (Al-Baqarah: 233).

Inilah cara Gus Dur 'menggugah' kita untuk berpikir kreatif. Dengan menggulirkan peryataan penuh kontrovesi, di sisi lain mengajak kita untuk melihat kembali Kitab Suci sesuai konteks dimana kita berada. Jangan hanya mengkonsumsi produk sarjanq Muslim terdahulu tanpa menyesuaikan dengan konteks jaman kita.

Pemikiran kreatif dan mencerahkan sangat diperlukan. Jangan pernah takut untuk menggulirkan pikiran-pikran baru yang sesuai dengan konteks keindonesian. Penolakan dan ancaman oleh orang lain terhadap pemikiran baru sudah lumrah dalam dunia pemikiran Islam. Bahkan, taruhannya nyawa, sejarah sudah banyak mencatat kasus seperti ini.

Note: Tulisan sederhana ini ditulis waktu haul Gus Dur. Baru bisa di posting sekarang. Semoga manfaat…

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun