Mohon tunggu...
firmandaeva
firmandaeva Mohon Tunggu... -

bukan siapa-siapa\r\nhttp://mencerahkan.wordpress.com\r\nFB: http://www.facebook.com/firmandaeva.uye\r\nTwitter: https://twitter.com/firmandaeva

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Menikmati Ketidakjelasan

21 Mei 2014   23:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   22:16 80
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_337494" align="aligncenter" width="560" caption="dok. pribadi"][/caption]

Jarum jam menunjukkan pukul 9 waktu DIY. Sarapan pagi belum selesai, tiba2 sms masuk dari pak ketum UYE (formatur, krn masih akan dilantik). Isi smsnya, "cepat kawan-kawan acara pelantikan mau di mulai". Saya membalas dengan singkat, okesip, otw". Pak ketum mulai panik karena panitia dan peserta palantikan UYE belum hadir semua, sedangkan pemateri diskusi sudah hadir. Mungkin masih melintas dibenak pak ketum, "kalau sampai saya tidak segara dilantik, kecelakaan sejarah ini namanya".

Ruang teatrikal UYE mulai ramai, acara pun dimulai oleh MC. Pembacaan ayat suci Alqur'an dikumandangkan qori' (produk lokal). Suasana jadi hening, seakan-akan larut dalam lantunan ayat suci Alqur'an, mungkin menghayati kandungan maknanya yang beegitu dalam dan menyentuh. Tapi bisa juga pura-pura menghayati agar kelihatan serius gitu. Acara lanjut menyanyikan lagu Indonesia Raya dengan hikmat dan Hymne. Ruangan teatrikal bergemuruh, seperti dentuman Gunung Merapi yang belakangan sering batuk-batuk. Ternyata, nyanyi bareng-bareng, tua dan muda melebur itu asyik lhooo, bisa menyatukan kembali semangat yang tercecer.

Setelah acara pelantikan, dilanjutkan diskusi, sharing saling bertukar pengalaman. Dalam diskusi ini menarik, karena pematerinya juga orang yang berpengelaman, pernah keliling ke benua Amerika, Eropa, Asia dan mantan aktivis. Jadi maklum kalau suasana cukup cair dan bersahabat. Pesan yang berisi dari pemateri diskusinya terkait kebebasan berekspresi dan melahirkan ide-ide segar yang lahir dari forum diskusi terbatas (lingkaran kecil).

Ruang-ruang bebas sangat diperlukan bagi anak muda dan seorang aktivis. Karena disitulah ia bisa mengekspresikan diri dan berkarya. Jiwa anak muda tentu berbeda dengan orang tua. Anak muda, aktivis memiliki idealisme dan semangat yang berkobar-kobar. Cita-citanya setinggi langit, ambisanya untuk mencapai sesuatu cukup kuat. Itulah modal dasar seorang pemuda dan aktivis. Menurut penuls, Landasan semangat, cita-cita dan idealisme saja tidak cukup, butuh ditopang kekuaan intelektual agar produk pemikirannya lebih berisi.

Anak muda dan aktivis kadang gaya hidup dan yang dilakukannya tidak jelas. Baginya, yang penting target yang hendak dicapai terlaksana. Tidak matang dalam memikirkan konsekwensi yang mesti ditanggung. Tapi itulah anak muda, ide-idenya liar dan kadang susah diterima. Menurut penulis, biarkan anak muda menikmati kebebasan dan mengekspresikan diri, toh mereka masih dalam pencarian identitas diri yang belum jelas kemana arahnya.

Berbeda dengan orang tua, biasanya lebih berpikir taktis dengan hitung-hitangan yang lebih matang dalam mencapai sesuatu. Kadang ketika sesuatu itu telah diperoleh, ia akan berusaha mempertahankannya sekuat tenaga, karena sudah merasa nyaman dan mapan. Hal ini biasanya orang tua lupa dan tak memikirkan regenerasi dan memberi kesempatan kepada pemuda.

Generasi tua dan anak muda harus mampi bersinergi. Yang tua memberikan anak muda tampil mengekspresikan diri, dan anak muda bisa belajar kepada generasi tua yang sudah banyak memakan pahit-manisnya kehidupan. Walapun begitu, bukan berarti anak muda menelan mentah-mentah apa yang dikatan generasi tua. Pemuda harus berani kritis dan berdialektika.

Alhasil, pemuda harus berani berpikir kritis, merdekan dan kreatif. Tak ada gunanya menelan mentah-mentah memuja masa lalu tanpa sikap kritis. Masa lalu adalah sejarah kehidupan, kita bisa belajar kebijaksanaan hidup. Karena sejarah adlaha inspirasi.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun