pPolemik pembatasan penerimaan susu sapi oleh pabrik pengolahan susu di Jawa Timur perlu ditanggapi dengan serius. Situasi ini bukan hanya ancaman terhadap stabilitas ekonomi para peternak, tetapi juga mencerminkan masalah struktural dalam rantai pasokan dan regulasi industri susu di Indonesia.
Saat ini, sejumlah pabrik pengolahan susu mengklaim bahwa kerusakan mesin produksi menjadi alasan utama di balik pembatasan penerimaan susu. Dampaknya, hampir 100 ton susu sapi yang diproduksi oleh peternak dan pengusaha susu di Jawa Timur terancam tidak dapat terserap dan terpaksa dibuang.
Jika hal ini benar-benar terjadi, konsekuensinya akan sangat merugikan, baik secara ekonomi maupun sosial, mengingat banyak keluarga peternak yang sangat bergantung pada penghasilan dari hasil produksi susu.
Analisa Masalah: Kesenjangan Infrastruktur dan Kelembagaan
Secara struktural, masalah ini menunjukkan adanya kesenjangan infrastruktur dan kelembagaan dalam industri pengolahan susu di Indonesia. Pabrik-pabrik pengolahan susu, sebagai pemain utama dalam rantai pasokan susu, harusnya memiliki kapasitas yang cukup untuk menanggulangi masalah-masalah teknis seperti kerusakan mesin.
Jika sebuah pabrik mengalami gangguan produksi, seharusnya ada sistem mitigasi yang memungkinkan distribusi susu tetap berlangsung dengan mengalihkan ke pabrik lain yang masih berfungsi.
Namun, kenyataannya, banyak pabrik tidak memiliki fleksibilitas atau kapasitas cadangan untuk menangani lonjakan pasokan atau gangguan mesin secara efektif. Ini mengindikasikan kelemahan pada skala operasi dan infrastruktur.
Di sisi lain, para peternak tidak memiliki posisi tawar yang cukup kuat untuk menuntut perbaikan segera, dan akhirnya mereka terjebak dalam situasi yang merugikan.
Dampak Ekonomi dan Sosial
Secara ekonomi, jika susu tersebut benar-benar harus dibuang, kerugian yang dialami para peternak bisa mencapai miliaran rupiah. Ini belum termasuk dampak jangka panjang yang dapat memicu kejatuhan harga susu sapi di pasaran karena penawaran yang lebih besar daripada permintaan.
Peternak kecil, yang tidak memiliki kapasitas penyimpanan jangka panjang untuk susu segar, akan paling terpukul. Sementara itu, pengusaha besar mungkin masih bisa bertahan dengan diversifikasi produk atau pasar, namun akan tetap mengalami kerugian besar.