Mohon tunggu...
Damanhury Jab
Damanhury Jab Mohon Tunggu... Jurnalis - To say Is Easy, To Do is Difficult, To Understand Is Modifical

Wakil Ketua Penggiat Peduli Demokrasi Nasional serta Penggiat Literasi di Pelosok Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Potret Ketangguhan Wanita dalam Menjalankan Dua Peran

6 September 2024   23:02 Diperbarui: 12 September 2024   12:08 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Dalam masyarakat yang patriarkis, peran ayah dan ibu telah terstruktur secara konvensional. Ayah bertugas sebagai pencari nafkah, sementara ibu berperan dalam mengasuh dan merawat anak-anak. Namun, realitas kehidupan sering kali memaksa kita untuk melampaui batas-batas tradisional ini. 

Seorang wanita, yang takdirnya mungkin mengharuskannya untuk menjalani kedua peran tersebut, menunjukkan ketangguhan luar biasa dalam menghadapi kehidupan. Ia bukan hanya sekadar seorang ibu; ia juga berperan sebagai ayah, penopang keluarga yang kuat, dan sumber cinta tak berujung bagi anak-anaknya.

Dalam perspektif psikologi, perjalanan hidup wanita ini dapat dilihat sebagai contoh nyata dari resilience atau daya tahan psikologis. Daya tahan ini merujuk pada kemampuan seseorang untuk bangkit dari situasi sulit, trauma, atau tantangan hidup. 

Wanita ini mungkin telah menghadapi kehilangan, perceraian, atau situasi lain yang membuatnya harus mengarungi kehidupan sendirian. Namun, alih-alih menyerah pada tekanan, ia memilih untuk bangkit. Ia menjadi pilar utama keluarganya, menyadari bahwa anak-anaknya membutuhkan lebih dari sekadar kehadiran; mereka membutuhkan cinta, perhatian, dan keamanan.

Pendekatan psikologi juga mengakui bahwa menjalankan dua peran ini tidaklah mudah. Beban emosional yang ditanggung seorang ibu yang juga menjadi pencari nafkah bisa sangat besar. 

Namun, keberhasilan wanita ini dalam menghadapi tantangan tersebut sering kali berasal dari motivasi yang mendalam untuk memberikan yang terbaik bagi anak-anaknya. Motivasi inilah yang menjadi sumber energi dan kekuatan dalam menghadapi segala rintangan.

Dari sudut pandang sosiologi, wanita ini bisa dilihat sebagai agen perubahan sosial. Ia mendobrak stereotip gender yang selama ini mendominasi masyarakat. Dalam masyarakat yang cenderung menilai peran ayah sebagai pencari nafkah utama, wanita ini menunjukkan bahwa perempuan juga mampu menjalankan peran tersebut dengan sukses. Ia adalah simbol transformasi sosial, di mana peran gender menjadi lebih fleksibel dan tidak terbatas pada batas-batas tradisional.

Namun, tantangan sosial yang dihadapinya tidaklah sedikit. Ia mungkin harus berhadapan dengan stigma atau anggapan bahwa dirinya tidak cukup mampu karena harus mengerjakan dua peran sekaligus. 

Dalam banyak kasus, wanita yang menjalani dua peran ini kerap kali dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Namun, ketangguhan wanita ini justru menjadi bukti bahwa ia mampu melampaui ekspektasi dan meraih kesuksesan dalam peran ganda tersebut.

Wanita ini adalah inspirasi bagi kita semua. Ketangguhannya menunjukkan bahwa peran gender tradisional bisa dilewati ketika situasi menuntut, dan bahwa kekuatan seorang ibu tidak hanya terbatas pada hal-hal yang berkaitan dengan pengasuhan saja. Ia mampu menjadi penyedia, pelindung, dan penyayang sekaligus, tanpa kehilangan kelembutannya sebagai seorang ibu.

Dalam narasi ini, kita melihat bukan hanya kisah perjuangan seorang wanita, tetapi juga cerita tentang keberanian, ketangguhan, dan transformasi. Kehidupan sering kali menempatkan kita dalam situasi yang tidak kita pilih, tetapi bagaimana kita meresponsnya adalah apa yang benar-benar mendefinisikan kita. Wanita ini adalah contoh nyata bagaimana ketangguhan mental dan kekuatan cinta dapat mengatasi segala hambatan, bahkan dalam situasi yang paling sulit sekalipun.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun