Mohon tunggu...
Andi Syahrir
Andi Syahrir Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Banjir Konawe Utara dan "The Late Warning System"

16 Juli 2016   20:15 Diperbarui: 18 Juli 2016   09:27 131
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Berikutnya, bicara efek samping. Yang buruk-buruknya. Soal efek keduanya. Perkebunan sawit dan tambang. Kawasan yang dulunya subur berlimpah air, beranjak menjadi lahan gersang penuh debu berwarna kemerahan. Suhu udara di lingkungan pemukiman yang dulunya sejuk berubah menjadi panas. Gerah.

Krisis air bersih muncul. Penyakit saluran pernafasan melanda. Bukan pengusaha atau para pejabat penderitanya. Padahal, merekalah yang menjadi aktor utama hadirnya investasi itu. Korbannya, rakyat kecil yang katanya akan disejahterakan itu.

Peningkatan suhu udara, air bersih yang mulai sulit diperoleh, hingga batuk dan flu berkepanjangan yang diderita masyarakat merupakan “the early warning system”. Suatu peringatan dini. Tapi sistem peringatan dini yang diciptakan alam sebagai bentuk respon atas kegiatan destruktif yang dilakukan manusia, masih diabaikan.

Lalu muncul “the late warning system”. Bentuknya berupa banjir. Kelak juga mungkin tanah longsor. Semoga tidak. Sebuah sistem peringatan yang menunjukkan manusia telah terlambat. Telat merespon alam. Banjir telah menggenangi tiga dari sepuluh kecamatan di Konawe Utara. Intensitasnya lebih parah dari sebelum-sebelumnya.

Delapan desa di Kecamatan Andowia terdampak sangat parah. Sebuah rumah dilaporkan hancur berantakan. Seorang anak kecil harus dirawat intensif karena sempat terseret banjir, yang datang tiba-tiba saat dinihari. Ketinggian air mendadak meningkat hingga mencapai dua meter di kawasan pemukiman.

Dan foto bupati yang baru terpilih, yang berpose menelepon di tengah-tengah banjir, banyak disebarkan orang. Publik terkagum-kagum atas respon cepatnya yang bersegera basah-basahan. Salut. Dan saya akan bertepuk tangan keras-keras, jika langkah berikutnya, ada perusahaan tambang dan perkebunan sawit nakal yang kena jewer olehnya. Dijewer dengan sangat keras. Sekeras banjir yang datang.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun