Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Belajar dari Tragedi Pulau Kambing, Ini Saran dari Instruktur Olahraga Selam Seluruh Indonesia Sulsel

4 Januari 2018   16:30 Diperbarui: 4 Januari 2018   19:50 4309
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemarin, Rabu, 3 Januari 2018, pukul 13.30 WITA, seorang wisatawan bernama Hugo (30) dilaporkan tewas dan ditemukan di sekitar Pulau Kambing, Bira, Sulawes Selatan. Pulau eksotis yang dikenal dikelilingi arus kuat. Beberapa tahun lalu, seorang turis Jepang juga dilaporkan raib di titik ini.

Hugo dilaporkan hilang sejak pukul 09.15 WITA di sekitar pulau saat dipandu oleh operator selam lokal. Mereka melakukan penyelaman di kedalaman 20 meter. Tiga orang rekannya termasuk pemandu diving terkena arus bawah yang sangat kuat yang mengakibatkan mereka terpisah. Demikian informasi yang disampaikan oleh instruktur selama B2 Persatuan Olahraga Selam Seluruh Indonesia (POSSI) Sulawesi Selatan, Muhsin Situju.

Kabar ini menjadi pesan kuat bagi penikmat wisata kelautan atau wisata bahari untuk tetap berhati-hati ketika melakukan penyelaman. Pasalnya, hal yang sama, atau sekitar 13 hari sebelumnya, di selatan jauh Bira, tepatnya di Labuan Bajo, Nusa Tenggara Barat, seorang turis Belgia juga ditemukan tewas setelah penyelaman (20/12).

Instruktur selam POSSI Sulawesi Selatan, Muhsin Situju yang dihubungi mengatakan bahwa perairan Pulau Kambing memang ekstrem dan membutuhkan kecakapan khusus untuk bisa menjajalnya.

"Saya punya pengalaman membawa wisatawan di Pulau Kambing dan sempat mengalami hal serupa. Ada penyelam yang terseret hingga ratusan meter. Untung kami punya dua perahu. Jadi perahu sudah siap di titik arah arus atau tujuan akhir kami kalau dibutuhkan mendadak," kata instruktur B2 POSSI Sulawesi Selatan.

"Saran saya, operator harus punya dua perahu. Satu di dermaga antar jemput, satu di titik penanda, biasanya dipasang pelampung "sosis". Sosis ini penting untuk mengantisipasi arus yang datang tiba-tiba dan menyeret penyelam," katanya.

Muhsin yang berpengalaman menyelam di hampir semua titik favorit selama Nusantara ini sejak tahun 1990 mengatakan bahwa penikmat wisata bahari terutama bawah air harus memahami karakter perairan di mana dia berwisata.

"Pulau-pulau seperti di sekitar Makassar (Spermonde) mungkin tak seekstrem di Pulau Selayar atau di antara Bira dan Selayar sebab merupakan pertemuan arus oleh sebab itu harus bisa mengukur diri. Saran saya kalau tidak punya sertifikat khusus jangan paksakan untuk menyelam dalam dan jauh apalagi kalau memang rawan," kata jebolan Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas angkatan 1988 ini.

"Ini ibarat sirkuit bagi pembalap, kita harus tahu sirkuit atau medan biar bisa meminimalkan risiko. Seperti kasus Simoncelli itu," imbuhnya.

Hal lain yang perlu dipahami juga adalah, saat terseret dan penyelam kelabakan biasanya lupa untuk melakukan decompression stop sebelum naik ke perahu karena terburu-burunya.

"Ini prosedur yang harus dilewati penyelam, jadi kalau terkena musibah, atau katakanlah terseret, prosedur itu harus tetap dilewati, jangan buru-buru naik ke perahu," sarannya.

"Yang terjadi di Pulau Kambing bisa terjadi kepada siapa saja kalau kita tidak hati-hati karena lokasi tersebut terkadang arusnya tiba-tiba dan bisa menyeret para penyelam jauh dari lokasi. Saya punya pengalaman di lokasi tersebut, tamu saya terbawa lebih dari 300 meter. Kejadian orang Jepang berapa tahun silam yang terbawa arus sampai korban tidak ditemukan padahal mereka dive master dan ada instruktur lho," pungkas lulusan pertama Ilmu dan Teknologi Kelautan Unhas ini.

Muchsin (tengah) bersama Ketua POSSI Sulsel, Angel Jobs (foto: M. Syakir)
Muchsin (tengah) bersama Ketua POSSI Sulsel, Angel Jobs (foto: M. Syakir)
Ada apa di Pulau Kambing?
Pulau Sulawesi memang memikat. Lekuk eksotisme pulaunya serta kekayaan ekosistem terumbu karangnya merupakan modal pariwisata bahari daerah. Wakatobi, Togean, Bunaken, Taka Bonerate adalah contoh surga wisatanya. Juga Bira!

Di dekat Bira, di situlah terdapat Pulau Kambing. Masuk wilayah Desa Bira, Kecamatan Bontobahari, Kabupaten Bulukumba. Letaknya di sekitar 120 kilometer sebelah selatan Kota Makassar. Menuju Desa Bira tidaklah sulit, kita bisa menggunakan transportasi umum ataupun pribadi. Dari Kota Makassar, bisa naik bus dari terminal Malengkeri tujuan Makasar - Bulukumba (Bira).

Perjalanan dari Makassar menuju Bira memakan waktu kurang lebih 5-6 jam.

Apa yang membuat banyak penyelam tertarik ke Pulau Kambing?

Pulau ini adalah magnit penyelaman di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Di pulau ini, terdapat spot yang menantang, namanya Shark Point. Dia adalah titik favorit bagi divers. Bagi yang suka sunset atau sunrise, Pulau Kambing juga bisa menjadi titik hunting.

Spot diving di Pulau Kambing (sumber: Bira Divers)
Spot diving di Pulau Kambing (sumber: Bira Divers)
Di kolong air Pulau Kambing, kita akan bersua hiu seperti whitetip, blacktips, threser shark, dan lainnya. Sangat mudah didapatkan di bagian selatan dan utara Pulau Kambing. Mereka bermain di kedalaman 20 hingga 30 meter. Bertemu langsung dengan hiu yang terkenal sebagai hewan pembunuh di berbagai film layar lebar, memberikan sensasi tersendiri, bukan?

Selain bertemu dengan hiu, menyelam di Pulau Kambing Anda juga dapat menyaksikan beberapa biota luat seperti penyu, manta, serta ratusan jenis ikan berwarna-warni. Bahkan pada bulan September sampai Oktober bisa bertemu dengan ikan mola-mola yang berukuran raksasa raksasa, namun tidak berbahaya atau jinak.

Usai menikmati keindahan bawah laut Pulau Kambing, Anda bisa bersantai di pasir putih nan halus Tanjung Bira sambil menunggu sunset.

Anda pun harus berhati-hati saat bertemu dengan hiu. Sebab, sewaktu-waktu mereka langsung menyerang apabila merasa terganggu. Penyelam tidak boleh panik, mengeluarkan suara keras, melakukan gerakan yang mendadak, dan mengeluarkan darah.

Tantangan lain yang Anda dapatkan saat menyelam di Pulau Kambing yakni perairan dengan arus yang kuat. Arus di Pulau Kambing terkadang mendorong penyelam sampai berkilo-kilo dari pantai. Selain itu, anda tidak akan mendapatkan dasar laut. Hanya ada dinding-dinding yang ditumbuhi berbagai jenis terumbu karang dengan warna beragam.

Jika tetap berminat untuk menyelam di sana, karena memang pesonanya yang luar biasa dan agar tidak menghadapi risiko penyelaman yang bisa berakibat fatal, coba ikuti saran Pak Muhsin. Okay?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun