'Realitas Bangsa di Bidang Karya Sosial Masyarakat dan Sosial Politik' menjadi judul kuliah Menteri Susi Pudjiastuti di Gedung Sasana Budaya Ganesha Institut Teknologi Bandung, Jumat (18/8).
Sungguh, bagi saya ini judul yang rada ribet, bermakna ganda, antara diksi 'realitas bangsa' dan hubungannya dengan 'mengapa perlu karya sosial dan politik, dan/atau, 'pengejawantahan karya sosial politik dan realitas yang dihadapi'.
Meski begitu, sebab yang mengusung dan mengundang Sang Menteri adalah ITB, maka tentulah ini pasti punya semangat tersendiri. Setahu saya, pada yang namanya 'dosen tamu', maka pengundanglah yang menawarkan tema. Selain di ITB, Susi juga menyambangi Kampus Unpad di Jatinangor setelah pelaksanaan salat Jumat.
Bagi Anda yang mengikuti dua kuliah tersebut rasanya bisa menjadi pintu masuk untuk lebih dalam memahami pokok-pokok pikiran Susi terkait urgensi dan alas kebijakan yang dipilihnya. Alas kebijakan yang meski telah mengail banyak simpati dan 'love signs' dari khalayak, toh masih banyak pihak dibuat berkerut keningnya bahkan antipati.
Di hadapan mahasiswa baru dan civitas akademika dua perguruan tenar di Tanah Pasundan inilah, tersaji ruang bagus untuk membaca konstruk berpikir dan dampak ikutan darinya.
Sebagai salah dua perguruan tinggi terbaik di Indonesia, saya membaca potensi hubungan mutualisme yang kuat antara ITB dan Unpad--- 'kawah candradimuka para change makers' di masa depan Indonesia dan leadershipSusi Pudjiastuti sebagai representasi tokoh nasional yang sejauh ini sukses mempertemukan dan membaurkan sehimpun pengalaman.
Susi oleh banyak kalangan dianggap sukses mendedah pengalaman dengan pisau bedah analisis yang tajam. Berani mendorong perubahan yang lebih fundamental bagi Indonesia, bagi dunia. Perolehan penghargaan dari berbagai lembaga internasional, Pemerintah asing hingga tokoh-tokoh berpengaruh dunia merupakan bukti penerimaan publik pada kompetensi dan kontribusinya.
Leonardo Di Caprio--sebagaimana ditampilkan di video sebelum Susi presentasi, menyebut Susi sebagai Menteri yang melakukan usaha memberantas kegiatan illegal (tak terlapor dan tak sesuai regulasi) selama ini.
"Ini adalah kepemimpinan yang berani dan inovatif, yang diperlukan di seluruh dunia," kata duta perdamaian, pemeran Jack Dawson di film Titanic itu di hadapan sidang PBB di New York pada 8 Juni 2017.
Leonardo hadir di ITB dan Unpad melalui video pendek sepak terjang Susi sebelum dan sesudah menjadi Menteri. Video yang diharapkan bisa memberikan gambaran tentang jalan hidup dan pemihakan Susi, pada laut, pada masa depan bangsa. Video yang berbicara tentang pentingnya landasan pikir untuk membangun pilar kedaulatan, keberlanjutan hingga jembatan kesejahteraan sebagaimana menjadi pilar KKP saat ini.
Pada beberapa bagian speech-nya, Susi menyebut nama Presiden Jokowi berulang-ulang, dan pilihan untuk menjadikan laut sebagai masa depan bangsa.
Paparan mengenai laut sebagai masa depan bangsa, sebagai cerminan Nawa Cita dan gagasan Poros Maritim (maritime axis) ini menurut Susi adalah hal fundamental bagi tidak kurang 8.000an akumulatif mahasiswa baru dan alumni ITB dan Unpad di hari itu.
Mereka terlihat antusias mendengarkan paparan terkait realitas bangsa dan karya sosial politik yang dikontribusikan oleh Susi Pudjiastuti terutama sejak menjadi Menteri Kelautan dan Perikanan.
Realitas yang disebutkan di di depan ribuan mahasiswa ITB tersebut meliputi potensi sumber daya kelautan dan perikanan yang telah lama dikangkangi asing, dieksploitasi karena lemahnya pengawasan dan penegakan hukum di lautan Nasional.
Susi mengingatkan potensi ancaman IUUF sebagai persoalan serius sebab berkaitan dengan jati diri bangsa, kedaulatan dan perlu diberantas sebelum mengelolanya dengan lestari dan menyejahterakan.
Ancaman yang tidak melekat ke dirinya sebagai Menteri tetapi merupakan ancaman bagi masa depan Indonesia jika tak dibereskan dengan sungguh-sungguh, committed dan terus menerus.
Data-data statistik kelautan dan potensi perikanan dipaparkan Susi dengan gamblang, tentang potensi perikanan yang membaik dari tahun ke tahun, konsumsi ikan, peluang investasi perikanan kelautan, kebijakan prioritas nelayan tangkap untuk Indonesia, mengapa melarang cantrang, neraca perdagangan hingga menjadi nomor 1 di Asean, hingga roadmap-nya menegakkan kedaulatan di lautan.
Integritas sebagai kunci
Sebelum mengakhiri kuliahnya, Susi mengatakan bahwa integritas merupakan hal yang fundamental dalam memperjuangkan apa yang diyakini benar dan mungkin dientengkan oleh orang karena ketidakmauan mereka menerima gagasan perubahan. Apa yang disebutnya sebagai reformasi di tubuh KKP, sebagai manifestasi hakikat perubahan, pada good governance yang tidak semua pihak senang.
Meski demikian, reformasi tersebut dibuktikan dengan apa yang disebutnya sebagai Susinisasi demi perbaikan layanan KKP dalam memudahkan urusan, memaksimalkan anggaran KKP hingga 80% untuk skateholder kelautan dan perikanan, larangan penggunaan kata 'bersayap' pada program yang berpotensi menimbulkan inefisiensi, hingga publikasi anggaran kegiatan di internet.
Bagi Susi, Susinisasi adalah pentingnya bekerja detil, memastikan harga satuan pada proyek atau kegiatan-kegiatan, menyusun SOP pada pelaksanaan program dan efisiensi untuk program-program pendukung.
Pada kuliah tersebut beberapa mahasiswa ikut memberi pertanyaan. Mereka menanyakan tren harga ikan, bentuk inovasi teknologi yang dibutuhkan ke depan hingga apa yang dianggap belum berhasil diraih oleh Susi sebagai Menteri.
Nun lampau, atau 10 tahunan sebelum jadi Menteri, dia kerap diundang Tanri Abeng, si manajer berjuluk 1 miliar asal Selayar, Sulawesi Selatan itu.
"Tanri Abeng itu tiap tahun panggil saya, beri kuliah di Telkom. Kenapa? Karena saya dianggap berpikir thinking out of the box. Saya satu dari lima yang menerima Ganesha Award ITB. Itu sebelum saya jadi Menteri bersama tiga menteri Fadel Muhammad, Muhammad Nuh dan Hatta Rajasa serta arsitek asal Belanda itu, " katanya dengan mata berbinar.
"Anak-anak itu (mahasiswa baru ITB dan Unpad) kelak akan masuk di birokrasi Pemerintah, di instansi, lembaga-lembaga, mereka akan bekerja. Makanya kita ingatkan semua pihak bahwa kalau pemerintah tidak berubah ke arah good governance, anak-anak ini bagaimana? Saya tekankan pentingnya integritas," katanya saat ditemui pada jalan pulang kembali ke Jakarta.
'Kalau anda pemimpin, tak apa orang bilang macam-macam. Selama itu pilihan yang diyakini benar, jalan saja," katanya lagi.
"Kepintaran, kita sudah punya. Semua orang punya. Apa saja kita bisa, tapi kalau tidak punya integritas, untuk apa?" tutupnya sebelum kami berpisah.
Tebet, 19/08
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H