“Saran kami BPOPKDT berkontribusi pula pada upaya mendorong penyiapan infrastruktur dan terjangkau seperti di Tomok itu,” katanya.
Terkait ketiga paparan universitas, James mengatakan bahwa secara domestik, berdasarkan populasi dulu, masyarakat di sekitar Danau Toba, banyak yang tinggal di luar. Ada satu kerinduan untuk mengajak mereka kembali, perlu dikemas event daerah dan dikemas untuk mengajak mereka kembali. BOPDKT bisa berperan untuk itu.
Selain itu, James juga menyampaikan agar ke depan, program bisa menyasar agribisinis, ini berkaitan dengan kapasitas ekonomi warga setempat sebab mereka tidak mau jadi penonton saja. “Harus ada pemberdayaan ekonomi lokal,” katanya.
Osmar Silalahi, asisten II Tapanuli Utara menambahkan. “Mau dibawa ke mana pariwisata Danau Toba? Pariwisata atau menjadikan Danau Toba kolam ikan? atau peternakan? Ini harus jelas. Mohon betul-betul dapat kita awasi dengan budget tersebut, ada nggak tumbuh pohon untuk penghijauan? Ihwal kolam ikan di danau Toba ini menjadi polemik sejak lama dan sampai sekarang masih perlu diselesaikan dengan win-win solutions.
“Lima tahun terakhir, tidak ada pembangunan terkait infrastruktur Danau Toba, kurang lebih 23 tahun, outo-ringroad kawasan Danau Toba, entah ada sekilo atau tidak. Kami dari Tapanuli Utara mengajak semua pihak untuk memperbaiki akses jalan di Danau Toba,” katanya.
“Terkait Desa Wisata, sudah banyak penyuluhan, bimbingan dan arahan, mohon ada action, tidak harus sosialisasi, kalau sering bisa bosan. Untuk dana yang telah disiapkan, harusnya itu bisa dimanfaatkan untuk infrastruktur dan kami bisa terlibat untuk pemanfaatannya,” tutupnya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H