Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Posisi Sulawesi Selatan dalam Gagasan Poros Maritim ala Jokowi-JK

25 Februari 2017   10:46 Diperbarui: 27 Februari 2017   02:01 2234
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sulawesi Selatan memboyong kekayaan historis pemanfaatan ruang laut dan daratan untuk kepentingan politik, ekonomi hingga kebudayaan. Catatan-catatan sejarah tentang tanah di selatan Sulawesi, keragaman suku dan budaya, entitas sosial yang mewujud kerajaan-kerajaan otonom di pesisir, menunjukkan betapa kawasan ini adalah juga simpul pertumbuhan kebudayaan sekaligus daya tarik bagi pihak lain dalam dimensi yang luas, kepentingan ekonomi, politik, kekuasaan hingga kebudayaan.

Salah satu otorita menarik itu adalah Kerajaan Gowa-Tallo di abad ke 17. Sebelum dan setelah jatuhnya Kerajaan Gowa di tahun 1669, Pelabuhan Makassar di Gowa adalah titik temu lalu lintas strategis pengelana dan penjelajah bumi.Kapal-kapal ekspedisi seperti Wallacea, pelaut dari Eropa hingga armada Jung dari Tiongkok dilaporkan menjadikan pantai Makassar di Sulawesi Selatan sebagai ruaya usaha, tempat transit sekaligus tempat loadinglogistik sebelum ke destinasi akhir di timur atau ke barat.

Pelabuhan Makassar adalah bukti timeline sejarah yang merupakan poros berdenyutnya kehidupan maritim sejak nun lampau. Catatan-catatan tentang relasi bisnis antara Makassar dan Singapura, dengan Eropa dengan Australia telah menggeliat sejak abad 17. Puncaknya di abad ke 18 dimana tarik menarik kepentingan kutub-kutub kekuasaan perdagangan dan hegemoni menjadikan Makassar sebagai episentrumnya.

Di pesisir Makassar, nun lampau, terdapat tata kelola maritim yang demokratis di Gowa-Tallo hingga menggoda datangnya atase-atase perdagangan Eropa di Pelabuhan Makassar di abad ke-17 dan 18. Ada bukti persinggungan dan pertautan ekonomis, sosiologis dan politis di situ, ada pembauran keilmuan dan transfer kapasitas di situ. Keberadaaan Karaeng Pattingngalloang yang cerdas dan peduli pendidikan adalah pengecualian atas kabar miris setelah lumpuhnya Gowa karena kekalahan telak Sultan Hasanuddin oleh Belanda yang disokong Arung Palakka.

Pelabuhan Makassar adalah simpul pelayaran dari Laut Banda ke tanah Jawa, ke barat. Merupakan titik perlintasan pengiriman kemenyan, barus, damar, kayu cendana, cengkeh, hingga teripang ke Tiongkok. Merupakan spot strategis di kancah relasi bisnis internasional.

Catatan-catatan dari Tome Pires dan Eredia tentang geliat di Asia Tenggara menyebutkan Makassar sebagai salah satu simpul penting itu sejak abda ke 16. Tuan Dalrymple dan Forrest yang tersohor, pengelana dan peneliti, menyebutkan antara abad 16 hingga 18  geliat ekonomi juga terpolarisasi dari sini. Tahun 1800, Makassar (atau Gowa-Tallo) menjadi domain kontrol Belanda yang memainkan VOC sebagai dirijennya. Cerita-cerita tentang sepak terjang Belanda di Makassar ini juga ditemukan di dalam karya novel Joseph Conrad dan Sommerset Maughn (Macknight, 2017).

Dalam bukunya The Voyage To Marege (2017), peneliti Asutralia C.C Macknight, menyebut bahwa meski telah diluluhlantakkan perannya sebagai bandar otonom sebelum tahun 1700-an, Belanda giat membangun bandar dan kota, mematikan pengaruh Raja Gowa-Tallo di pesisir barat laut Sulawesi Selatan (Makassar), membangun ikon Benteng Panynyua atau Fort Rotterdam dan Societet de Harmonie adalah dua hal yang membuktikan daya pikat bangsa lain di Makassar.

Saat itu, pelabuhan Makassar tetap memegang fungsi penting sebab alasan letak strategisnya itu, di sana berlangsung setidaknya tiga aspek atau dimensi denyut kehidupan yang mencirikan titik strategis ini.

Pertama, menurut Macknight, Pelabuhan Makassar adalah pintu masuk barang-barang dari luar neger (impor) yang dibutuhkan oleh Belanda sekaligus warga Gowa dan sekitarnya. Yang kedua, menjadi simpul pendistribusian barang-barang impor tersebut dan pada saat yang sama juga ada unit usaha yang mengumpulkan produk-produk atau hasil bumi dan lautan di Sulawesi. Yang ketiga, dinamika di pesisir, terutama di sekitar pelabuhan Makassar itu sendiri sebagai geliat maritim. Dengan kata lain, Pelabuhan Makassar tetap merupakan pelabuhan penting meski penguasaannya telah bergeser dari Gowa-Tallo ke Kompeni Belanda.

Sulsel dan Dimensi Poros Maritim

Pemerintah Jokowi-JK memandang bahwa Indonesia memiliki potensi besar sebagai poros maritim dunia. Poros maritim adalah gagasan strategis untuk menjamin konektivitas antar pulau, pengembangan industri perkapalan dan perikanan, perbaikan transportasi laut serta fokus pada keamanan maritim. Beberapa dimensinya adalah upaya penegakan kedaulatan wilayah laut NKRI, revitalisasi sektor-sektor ekonomi kelautan, penguatan dan pengembangan konektivitas maritim, rehabilitasi kerusakan lingkungan dan konservasi biodiversity, serta peningkatan kualitas dan kuantitas SDM kelautan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun