Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Inovasi Artikel Utama

Upaya Melestarikan Hiu Berjalan, Satwa Endemik dari Halmahera

31 Desember 2016   16:34 Diperbarui: 31 Desember 2016   17:52 324
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Abdul Khalish alias Slash (foto: istimewa)

Belakangan ini, amat langka inisiatif yang mencerminkan spirit pengalokasian sumber daya Pemerintah Daerah untuk mengkaji potensi dan isu lingkungan pesisir dan laut setempat. 

Faktanya, riset lebih banyak dikendalikan dan ditangani oleh Pemerintah Pusat atau universitas ketimbang level di bawahnya padahal mereka punya banyak periset handal. Jikapun ada, lebih banyak bersifat repetitif dan tak menghasilkan rekomendasi kuat dan ditindaklanjuti.

Oleh sebab itu, rasanya menyenangkan jika mendengar kabar atau inisiatif dari daerah yang berkaitan dengan penelitian sumber daya alam yang memungkinkan tenaga peneliti di organisasi perangkat daerah dan anggaran riset berbasis APBD seperti yang dilakukan oleh Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tidore Kepulauan ini. Mereka meriset sebaran dan populasi jenis unik seperti hiu berjalan (walking fish), satu dari sembilan jenis langka di dunia.

***

Informasi tentang riset hiu berjalan ini datang dari Abdul Khalish A. Samaun melalui Whatsapp ke sayaSlashbegitu saya memanggilnya, mengirimkan hasil penelitiannya tentang hiu, tentang Walking Shark atau hiu berjalan yang selama ini kerap menjadi target eksploitasi. Spesies cantik dan menawan ini adalah obyek rekreasi bawah laut namun juga kerap menjadi hasil pancing nelayan, ditangkap dan kemudian diabaikan.

Abdul Khalish alias Slash (foto: istimewa)
Abdul Khalish alias Slash (foto: istimewa)
“Semoga ada kesempatan dibaca,” begitu pesannya atas kajian yang dilaksanakan antara bulan Oktober hingga Desember 2016 tersebut.

Slash baru saja menyelesaikan sebuah studi keberadaan hiu unik tersebut di sekitar perairan Kota Tidore, Maluku Utara. Bersama rekan-rekannya yang lain seperti Ma’ruf Azis, Helmy Harsani, Suleman Abd. Radjak dan Iksan Dukomalamo, mereka menghasilkan sebuah laporan tentang jenis langka tersebut. Saya tertarik untuk menuliskan dan membagikannya agar bisa mendongkrak kepedulian kita pada spesies langka nan eksotik ini. Slash dan timnya bekerja untuk Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tidore Kepulauan.

“Metode yang tempuh dengan pengamatan lapangan, penentuannya berdasarkan informasi awal keberadaan spesies ini,” kata Slash. Menurutnya, ada 12 stasiun pengamatan, yaitu di Dermaga Goto, Tugulufa, Dermaga Fery Dowora, Akesahu, Soadara, Seli, Gurabati, Tongolo, Toloa, Mareku, Ome dan Cobo. Titik-titik ini merupakan bagian dari wilayah administrasi Kota Tidore Kepulauan, kota yang mempunyai luasan administratif dan ekologi seluas 685 km2.

 “Kami mengambil data dengan menyelam pada kedalaman 2-15 meter pada malam hari sebab spesies ini dikenal sebagai hewan malam, nokturnal” begitu katanya. Hiu berjalan adalah ikan laut dangkal. Menurut Slash, plot pengamatan seluas 50 x 100 m, batas plot hanya berupa batas imajiner berdasarkan jumlah kayuhan fins.

Hiu berjalan yang ditemukan di Pelabuhan Trikora Goto Tidore (foto: istimewa)
Hiu berjalan yang ditemukan di Pelabuhan Trikora Goto Tidore (foto: istimewa)
Hiu berjalan di Tidore

Hiu berjalan dalam bahas Latin disebut sebagai Hemiscyllum halmahera. Adalah spesies endemik Pulau Tidore dan Halmahera. Beberapa nama lokal Tidore disematkan pada jenis hiu berjalan ini, seperti gurango futa, gurango hoga, gurango buta.

“Orang Ternate menyebutnya gurango futa,” katanya.

“Disebut demikian sebab ikan hiu ini selalu ada di dasar perairan. Seperti menempel,” terang Slash. Bagi Slash, jenis ini merupakan hiu yang pasif, tak bergerak bahkan saat orang berjalan di sekitarnya. Karenanya kerap terinjak tanpa disengaja.

Hiu berjalan telah lama dikenal oleh warga Tidore namun nanti dalam tahun 2013 spesies ini diperkenalkan secara luas oleh para ahli sebagaimana dikutip dari Journal of Ichtyology. Jurnal ini adalah salah satu wahana mengupas pernak-pernik ikan dunia termasuk ikan hiu berjalan yang dibahas pada edisi Juli 2013 (Kompas , 29/08/2013).

Peneliti Mark Erdmann dari Conservation International beberapa waktu lalu menyebutkan bahwa salah satu pembeda ikan hiu berjalan dengan spesies hiu lainnya adalah pada corak dan pola warnanya. Terdapat sepasang bintik di bawah kepala dan ada bintik-bintik lainnya namun lebih kecil di bagian perut dan ekor. Hingga kini, hanya ada sembilan spesies hiu berjalan yang ada di dunia. Enam dari sembilan spesies tersebut ada di Indonesia, tiga lainnya ada di Papua Nugini dan Australia.

Satu yang ditemukan  di Indonesia adalah spesies Hemiscyllum halmahera di perairan sekitar Tidore atau Halmahera. Sejarah penemuan jenis ini bermula ketika seorang penyelam asal Inggris bernama Graham Abbot dalam tahun 2007. Graham mengambil gambar walking shark di perairan selatan Halmahera dan mengirimkan fotonya kepada Conservation Internasional (CI) untuk mengkonfirmasikan spesies tersebut. Spesies yang kemudian disebut berbeda dengan spesies lainnya. Jenis ini merupakan endemik khas Tidore atau Halmahera.

“Sebagai spesies endemik, kami punya kepentingan untuk meneliti dan mengamati distribusinya. Perlu diantisipasi untuk menghindari kepunahan,” kata Slash. Menurut Slash diperlukan identifikasi, pendokumentasian lokasi sebaran hiu berjalan ini termasuk menyiapkan alternatif untuk kepentingan konservasi dan pengelolaannya.

“Sasarannya adalah menjadi bahan untuk kegiatan pengelolaan, agar menjadi perhatian bersama untuk konservasinya. Harapan kami agar dapat ditetapkan sebagai salah satu spesies yang dilindungi undang‐undang,” kata Slash yang juga alumni Kelautan Universitas Hasanuddin ini.

Dalam laporan tertulisnya, Kepala Dinas Kelautan dan Perikanan Kota Tidore Kepulauan Hamid Abd. Latif, S.Pi mengatakan bahwa hasil riset ini membuktikan bahwa laut dan pesisir Kota Tidore Kepulauan memiliki keanekaragaman hayati yang tinggi, salah satunya adalah keberadaan hiu berjalan (walking shark).

“Hewan laut yang selama ini dikenal sebagai gurango buta‐buta oleh masyarakat Tidore tak disangka merupakan salah satu dari sembilan jenis hiu berjalan yang ada di dunia. Oleh sebab itu, anugerah ini harus dijaga dan dilestarikan,” tulisnya.

Mengukur fisik hiu berjalan di Tanjung Seli, Tidore (foto: istimewa)
Mengukur fisik hiu berjalan di Tanjung Seli, Tidore (foto: istimewa)
Hasil survey

Hasil survey tim Slash menemukan bahwa dari 12 titik lokasi pengamatan, terdapat sebanyak 10 titik ditemukan hiu berjalan. “Kesepuluh lokasi tersebut adalah di Dermaga Trikora Goto, pantai Tugulufa, Dermaga Feri Dowora, Tanjung Seli, Periran Soadara, Akesahu, Tanjung Tongolo, Tanjung Mareku, Ome dan Jou Boki Toloa,” kata Slash. Di Guhilao Gurabati dan Tanjung Cobo tidak ditemukan adanya hiu berjalan.

Survey ini menunjukkan bahwa rentang kedalaman ditemukannya hiu berjalan ini pada kedalaman 2 hingga 3 meter. Baik pada kondisi pasang maupun surut. Hiu berjalan ditemukan bersembunyi di dalam lubang yang sulit dijangkau.

“Meski demikian, hiu ini dapat berpindah ke laut yang lebih dalam bahkan hingga kedalaman 15 meter seperti pada perairan Tanjung Seli,” papar Slash. Slash menambahkan bahwa dari 10 stasiun pengamatan sebanyak 6 stasiun ditemukan 1 ekor walking shark, masing‐masing di Dermaga Trikora Goto, Tugulufa, Dermaga Fery Cobodoe, Akesahu, Ome dan Jou Boki Toloa. Sementara yang di Tanjung Seli, Soadara dan Tanjung Tongolo ditemukan sebanyak 2 ekor.

“Yang terbanyak yakni 3 ekor di Tanjung Mareku,” tambah Slash.

Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa warga mengakui ada beberapa titik yang menjadi lokasi acap dijumpai hiu berjalan yaitu di Dermaga Kesultanan Tidore, Trans Gamtufkange, Tanjung Wama, dan Pulau Woda. Rata‐rata hiu khas Halmahera yang dijumpai berukuran di bawah 1 meter, kecuali yang ditemukan di Dermaga Fery Cobodoe, Tanjung Mareku dan Tanjung Tongolo memiliki panjang lebih dari 1 meter. Dan yang terkecil ditemukan di perairan Toloa Jou Boki.

“Khususnya yang ditemukan di Tanjung Mareku, bentuk tubuh walking shark terlihat lebih gemuk di bagian perutnya. Diduga hewan tersebut sedang hamil. Perilakunya juga berbeda dengan yang ditemukan di tempat‐tempat lain. Hewan ini terlihat lebih pemalu dan bersembunyi jika terkena cahaya lampu senter," sebut Slash.

Ancaman kepunahan hiu berjalan seperti H halmahera ini terutama akibat kegiatan memancing yang dilakukan terutama pada malam hari, di daerah terumbu karang. Meski tidak dikonsumsi, ikan hiu ini kerap ditangkap namun dibuang kembali ke laut. Beberapa nelayan juga mengambil siripnya untuk dicampur dengan sirip hiu lainnya, diperjual belikan.

“Oleh sebab itu, berdasarkan hasil survey ini maka direkomendasikan untuk segera dibuatkan Peraturan Daerah serta mengusulkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menetapkan hiu berjalan jenis Hemiscyllium halmahera sebagai salah satu jenis hewan yang dilindungi,” kata Slash.

Hal kedua, masih menurut Slash, adalah melakukan sosiasliasi kepada masyarakat agar tidak menangkap dan membunuh walking shark agar terjaga keberlanjutan hidupnya. “Selain itu, perlu dilakukan penelitian biologi atau ekologi lanjutan mengingat minimnya referensi mengenai hiu endemik khas Tidore-Halmahera ini,” pungkas Slash.

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun