“Meski demikian, hiu ini dapat berpindah ke laut yang lebih dalam bahkan hingga kedalaman 15 meter seperti pada perairan Tanjung Seli,” papar Slash. Slash menambahkan bahwa dari 10 stasiun pengamatan sebanyak 6 stasiun ditemukan 1 ekor walking shark, masing‐masing di Dermaga Trikora Goto, Tugulufa, Dermaga Fery Cobodoe, Akesahu, Ome dan Jou Boki Toloa. Sementara yang di Tanjung Seli, Soadara dan Tanjung Tongolo ditemukan sebanyak 2 ekor.
“Yang terbanyak yakni 3 ekor di Tanjung Mareku,” tambah Slash.
Hasil studi ini juga menunjukkan bahwa warga mengakui ada beberapa titik yang menjadi lokasi acap dijumpai hiu berjalan yaitu di Dermaga Kesultanan Tidore, Trans Gamtufkange, Tanjung Wama, dan Pulau Woda. Rata‐rata hiu khas Halmahera yang dijumpai berukuran di bawah 1 meter, kecuali yang ditemukan di Dermaga Fery Cobodoe, Tanjung Mareku dan Tanjung Tongolo memiliki panjang lebih dari 1 meter. Dan yang terkecil ditemukan di perairan Toloa Jou Boki.
“Khususnya yang ditemukan di Tanjung Mareku, bentuk tubuh walking shark terlihat lebih gemuk di bagian perutnya. Diduga hewan tersebut sedang hamil. Perilakunya juga berbeda dengan yang ditemukan di tempat‐tempat lain. Hewan ini terlihat lebih pemalu dan bersembunyi jika terkena cahaya lampu senter," sebut Slash.
Ancaman kepunahan hiu berjalan seperti H halmahera ini terutama akibat kegiatan memancing yang dilakukan terutama pada malam hari, di daerah terumbu karang. Meski tidak dikonsumsi, ikan hiu ini kerap ditangkap namun dibuang kembali ke laut. Beberapa nelayan juga mengambil siripnya untuk dicampur dengan sirip hiu lainnya, diperjual belikan.
“Oleh sebab itu, berdasarkan hasil survey ini maka direkomendasikan untuk segera dibuatkan Peraturan Daerah serta mengusulkan kepada Kementerian Kelautan dan Perikanan untuk menetapkan hiu berjalan jenis Hemiscyllium halmahera sebagai salah satu jenis hewan yang dilindungi,” kata Slash.
Hal kedua, masih menurut Slash, adalah melakukan sosiasliasi kepada masyarakat agar tidak menangkap dan membunuh walking shark agar terjaga keberlanjutan hidupnya. “Selain itu, perlu dilakukan penelitian biologi atau ekologi lanjutan mengingat minimnya referensi mengenai hiu endemik khas Tidore-Halmahera ini,” pungkas Slash.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI