Hamparan yang dimaksudkan oleh Tasmani adalah sempa dan dan sekitar muara Sungai Comal, sungai yang hulunya dari Kecamatan Moga, Gunung Slamet, Kabupaten Pemalang dan Tegal. Menurut Tasmani, selain desanya, di Desa Blendung ada pula aktivitas konservasi Rhizophora dan cemara.
Apa yang disampaikan oleh Tasmani di atas, dibenarkan oleh warga bernama Dayono. Pria bersaudara 9 orang ini mengaku bahwa sejak beberapa tahun terakhir ini penanaman bakau jamak dilakukan. Banyak sekali kegiatan program konservasi namun dari sisi dampak belum memberikan dampaknya maksimal sementara tantangannya semakin berat dari tahun ke tahun.
Dayono mengaku saat dia masih belia kerap mengambil batang dan pohon mangrove untuk kayu bakar. “Saya mengambil kayu bakar lalu dijual ke warung-warung, untuk rumah-rumah warga juga,” ungkap pria kelahiran Kampung Ketapang yang pindah ke Mojo pada tahun 60-an. Menurut Dayono, selain diambil kayunya, pembabatan mangrove juga terjadi karena lahannya dibuat areal pertambakan terutama sejak masuknya udang windu pada tahun 80-an.
“Dulunya mangrove kami luas sekali, sekarang yang tambah luas justru tambak, saat ini ada 350 hektar tambak yang ada di Desa Mojo. Karena tambak itu pula saya kira abrasi datang dengan cepat pula,” kata Tasmani alumni SMK Tunas Karya, Comal.
Dia menyebut bahwa abrasi hebat terjadi sejak tahun 2000-an. Oleh sebab itu, bagi Tasmani dan kelompoknya, masa depan mangrove di Mojo atau di Pemalang secara umum, upaya mengatasi abrasi dan degradasi mangrove ini menjadi pilihan sekaligus kegiatan kelompok Bakau Lestari yang dipimpinnya.
“Kalau kami tak menanami mangrove segera, pematang tambak pasti akan ambruk. Kami tak bisa tebar bandeng atau udang lagi,” katanya.
Tasmani dengan fasih menyebut mitra-mitra program seperti program Rehab dari OISCA jepang sejak tahun 1999 hingga 2004, GNRHL 2003-2007, Kemenhut , KBR Kebun Bibit Rakyat, Dinhut Kabupaten dan DKP provinsi dan kabupaten, BLH Provinsi, BP Das Pemali Jeratun Semarang, KLH Kabupaten. Tasmani juga ingat lembaga non Pemerintah seperti LSM Sahabat Alam, komunitas mahasiswa dari Undip.
Menurut Tasmani, banyak hal yang bisa dilakukan jika mangrove bisa dilestarikan seperti pelindung dari ombak, lokasi wisata mangrove, sebagai kebun bibit rakyat (pembibitan bakau dan cemara laut), sebagai habitat kepiting bakau, untuk lokasi budidaya kepiting soka dan ruang edukasi bagi murid-murid sekolah tentang pentingnya pelestarian kawasan mangrove.
“Makanya ke depan ini, kita berharap semakin membaik pula kegiatan konservasi ini. Tidak asal tanam dan jumlah yang ditanam lebih banyak,” pungkas pria yang lahir di Desa Mojo pada 23 April 1980. Suami dari Annisa serta anak dari Septiani Avi Amika, 15 tahun dan Obby Firdy Ordan, 8 tahun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H