Sebagai pengantar sekaligus informasi awal bagi tim Joint Support Mission (JSM) IFAD atas CCDP, Kadis memaparkan latar belakang dan capaian proyek sejak tahun 2013.
“Kegiatan CCDP tak lepas dari adanya sebaran potensi sumberdaya di Lombar seperti, perikanan air tawar, payau sampai air laut. Ini juga sesuai Perda Tataruang no. 11/2011. Lombar ada 10 kecamatan dimana ada 5 di pesisir dan 5 non-pesisir,” katanya. “Di tahun pertama, ada desa Sekotong Barat, Candimanik, Buwun Mas, Taman Ayu dan Lembar Selatan. Di tahun 2013 ada 9 desa. Kita akan mengunjungi beberapa desa tersebut yang telah berhasil dikembangkan,” katanya antusias.
“Buwun Mas merupakan salah satu lokasi andalan buddidaya rumput laut, sejalan dengan kebijakan nasional bahwa Lombar merupakan salah satu andalan budidaya nasional. Aktivitas budidaya terus berjalan dan telah meningkatan pendapatan warga. Kenapa Lembar Selatan yang didukung CCDP sebab desa ini mempunyai kawasan mangrove yang bisa jadi destinasi wisata,” paparnya. Menurut Subandi, selain CCDP, di lokasi ini ada pula dukungan Kedutaan Besar Amerikan dan China.
“Adanya penambahan dan tracking dan rumah apung adalah bagian dari mutliplier effect kegiatan CCDP,” katanya. Subandi menambahkan, khusus untuk pendampingan CCDP di Desa Lembar Selatan, pembangunan kawasan pesisir sebagai destinasi wisata telah menarik minat ekonomi dengana adanya ibu-ibu yang berjual-jualan, ada lahan parkir, ada pula sampan yang bisa disewa bagi yang mau berwisata mangrove.
“Di Desa Taman Ayu, ada kolaborasi CCDP dan progam APBD. Dari APBD kita integrasikan wisata kuliner, rumah pertemuan, lokasi pemancingan. Ini akan menjadi lokasi ekonomi baru. CCDP menyiapkan tidak kurang 20 juta sementara APBD 30 juta. Pokoknya, usaha pemancingan menggelliat dan pendapatan warga perlahan bertambah,” katanya.
“Di Desa Senteluk ada UKM Sasak Maiq, yang sekarang hasil produksinya sudah dijual keluar negeri. Di Senteluk, produk-produk olahan kelompok dampingan CCDP telah dipasarkan pula di sini. CCDP menyiapkan kendaraan roda 3 untuk kemudahan distribusi. Di desa ini, komitmen Pemerintah desa juga sangat tinggi dengan membangun pondok informasi sebagai wahana organisasi setempat membahas dan mengembangkan potensinya,” imbuhnya.
“Hingga kini jumlah kelompok yang telah terbentuk sejak 2013 adalah 32 kelompok, di tahun 2014 sebanyak 69, dan sebanyak 42 di tahun 2015 dan ada 75 di 2016. Kelompok-kelompok ini meliputi kelompok pengelola sumberdaya alam, budidaya, pengolah dan usaha peasamaran,” tambahnya. Subandi menyebutkan bahwa partisipasi perempuan juga relatif tinggi yaitu 21%. “Angka ini relatif tinggi mengingat karakter pesisir kita yang masih didominasi oleh kaum pria,” katanya.
“Bantuan CCDP ini telah dinikmati oleh 2.455 KK. Inilah penerima manfaat kita,” ucapnya. Menurut Subandi, kegiatan yang dilaksanakan tersebar dari bantuan infrastruktur, pembangunan pondok informasi, rabat jalan, petaludan, jalan nelayan, paving block, pondok nelayan, dermaga, pos pantau di pesisir, tambat labuh, sarana air bersih hingga septic tank. Di pertambakan kita dukung budidaya udang dan kita dukung fasilitanya,” paparnya. Di paparan ini terungkap pula insiatif tabungan dari kelompok penerima bantuan.
“Salah satu indikator keberhasilan CCDP adalah tabungan. Untuk tabungan ada tabungan tidak hidup dan tabungan hidup. Tabungan paling tinggi di Buwun Mas karena ada budidaya rumput laut. Di Lembar Selatan sudah ada tabungan hingga 28 juta. Di Batu Putih sekitar 500ribu, lokasi desanya jauh dari pusat kota namun mereka tetap menabung. Jika mereka tak menabung, mereka menabungnya dalam bentuk tabungan hidup, melalui ternak sapi dan kambing. Demikian pula untuk nelayan, dari punya 5 pis jaring menjadi 10 pis kemudian,” pungkasnya.