“Bukan hanya itu, kita juga kembangkan potensi sumber daya pesisir mendukung inisiatif warga merehablitasi mangrove dan menyiapkan infrastruktur dermaga,” katanya.
“Pak Abu ini merupakan aktor penting yang membangun infrastruktur bersama anggotanya,” ungkapnya saat mendampingi tim South South and Triangular Cooperation (SSTC) IFAD yang datang dari Brazil dan Roma pada 18 Juli 2016. Menurut Rahman, peran Abu dan anggota kelompoknya sangat nyata dalam merealisasikan berdirinya dermaga ini dalam tahun 2015. Penerima manfaatnya juga jelas, warga dan nelayan di Untia.
“Bapak lihat sendiri, saat surut nelayan masih harus mendorong perahunya ke laut, dengan adanya dermaga ini tentu sangat membantu. Kita setuju untuk menambah panjang dermaga dengan memanfaatkan dana PMO Kementerian Kelautan dan Perikanan melalui skema CCDP-IFAD,” terangnya. Apa yang diucapkan oleh Rahman ini juga diamati oleh tetamu dari luar negeri tersebut.
***
Abu Tase’, pria usia 60an tahun ini tersenyum bersama tiga perempuan belia ponakannya di atas dermaga yang dibangunnya bersama tujuh warga lainnya yaitu, Irsan, Hendriadi, Thamrin, Daeng Nai, Rala Daeng Mile, Sainuddin dan Samsuddin.
Abu adalah ketua kelompok Cendana Putra, kelompok infastruktur yang diberi mandat merencanakan dan melaksanakan pembangunan infrastruktur tahun anggaran 2015. Pekerjaan pembanguan dermaga mini bantuan KKP ini volumenya 100 m2 x 2 m2.
“Nilainya bantuan langsung ke kami sebesar Rp 163.165.000,” kata Abu sembari menunjukkan prasasti pendirian bangunan tersebut.
“Nah ini yang menarik, model kerja sama antara masyarakat Untia dan pemerintah ini bisa mengurangi kebocoran dana sebab warga sendiri yang merencanakan dan melaksanakan, bayangkanlah kalau ini dikerjakan kontraktor,” ujar Kadis Rahman disertai gelak.
Sementara itu, meski mengaku bukan nelayan, Abu sangat terbantu dengan dermaga ini, memudahkan usahanya termasuk berkunjung ke Lae-Lae, silaturahmi dengan keluarganya di sana.
“Saat dermaga ini belum ada, kami ke kota lewat jalan tol, lama sekali, harus naik perahu di Kayu Bangkoa kalau mau ke Lae-Lae, sekarang lebih mudah,” ungkap suami Asiah, orang tua dari Nasrullah, Ansar, Irnawati dan Irsan. Hanya Irsan yang belum menikah 20 tahun.