Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Ketika Susi Menggelitik Nelayan Kupang

23 Juni 2016   10:45 Diperbarui: 23 Juni 2016   15:39 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Para peserta di dialog bersama MKP (foto: Kamaruddin Azis)

“Orang-orang bilang, saya ini tukang nenggelamin kapal, bukan saya, tapi Polair, AL, PSDKP. Saya ingin orang sangat baik sekali. Masa’ ada orang secantik ini neggelamin kapal,” katanya disambuk gelak para hadirin. Bagi Susi, dia hanya menjalankan UU Perikanan, UU No. 45/2009 untuk pelaku pencurian ikan Indonesia.

“Lima belas tahun terakhir semua produk perikanan indonesia diambil keluar negeri, yang mempunyai kapal-kapal dan kita hanya bisa gigit jari, nelayan kita berkurang menjadi tinggal 800 ribu. Berarti berkurangnya jumlah nelayan di Indonesia adalah dampak ketika 115 perusahaan ekspor bangkrut karena raw material terbatas, kita kehilangan 15 miliar dolar bidang perikanan selama 10 tahun terakhir,” terang Susi.

Para peserta di dialog bersama MKP (foto: Kamaruddin Azis)
Para peserta di dialog bersama MKP (foto: Kamaruddin Azis)
Beberapa hal yang diungkap Susi terkait konsekuensi pengelolaan ikan yang tak beres adalah dampak pada gizi anak-anak, tantangan dan kesiapan ikut MEA, ikut G-20 yang mengharuskan kita untuk bersiap. “Kita tak mau kita hanya menjadi pekerja buruh kasar, atau level nya sangat murah, kita harus bisa bersaing,” katanya.

Terkait penegakan hukum yang dijalankan sejauh ini, Susi telah memanggil beberapa pihak termasuk duta besar negara lain dan memaparkan kebijakannya, seperti Dubes China, Vietnam, Filipina, Australia, Malaysia. “Semua setuju bahwa ini konsekuensi IUU Fishing, banyak negara, Afrika punya persoalan yang sama,” katanya. Menurut Susi sejak Satgas 115 terbentuk yang terdiri dari AL, Polri, Bakorkamla, Jampidsus, telah berhasil menenggelamkan 176 kapal asing.

Dengan tindakan itu, Susi menyebut adanya pertumbuhan untuk pertama kalinya dalam sejarah. “PDB (sektor kelautan dan perikanan) kita sebesar 8,96, padahal sektor seluruh nasional, hanya 5,04,” katanya.

Susi juga menyebut kemampuan daya beli nelayan sudah membaik.

“Kalau NTT belum naik, mungkin ada kerusakan lingkungan, mungkin masih ada kapal-kapal yang menangkap secara illegal. Di beberapa tempat produksi juga naik. Di Sabang dari 1 ton menjadi 20 ton, di Tahuna, Bitung juga luar biasa naiknya,” ungkap Susi.

“Saya mohon untuk mengatur dengan baik, saya mengerti di sini banyak udang tapi jangan pakai trawl, nanti bentar lagi habis,” pinta Susi. Menurut Susi berkaitan kegiatan ilegal ini, Pemerintah telah menugaskan Satgas 115.

“Selain itu, ada hal baik terkait perikanan dan kelautan, telah ada Perpes tanggal 18 Mei 2016, yang memasukkan perikanan tangkap ke dalam negative list untuk investasi asing di Indonesia, itu hasil yang paling hebat yang pernah terjadi di Indonesia, berarti asing sudah tidak bisa masuk di sektor perikanan tangkap.

“Jadi Gubernur, Bupati, semuanya, kalau ada pengusaha asing, mereka hanya bisa di pengolahan dan pembelian. Untuk tangkap ikan, itu urusan orang Indonesia. Yang abu-abu akan kita cek sumber uangnya dari mana. Pemerintah ini serius untuk menjaga masa depan bangsa, dengan menguasai resources, asing boleh untuk pengolahan, nangkap ikan tidak boleh,” tegasnya.

Menteri Susi berfoto bersama Maria Gorety Seda, tenaga pendamping lapangan CCDP-IFAD (foto: Kamaruddin Azis)
Menteri Susi berfoto bersama Maria Gorety Seda, tenaga pendamping lapangan CCDP-IFAD (foto: Kamaruddin Azis)
Suasana di pelabuhan Tenau (foto: Kamaruddin Azis)
Suasana di pelabuhan Tenau (foto: Kamaruddin Azis)
“Senang gak nih para nelayan (Kupang)? Tolong dijagalah, jangan dibom, jangan digaruk pakai trawl,” seru Susi. Susi menggoda. “Ini separoh ada yang diam, gak kompak, betul gak? Berhenti untuk bom dan potas, kalau nggak bisa akan dihentikan bantuannya,” kata Susi sembari melepas senyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun