Waktu berganti, tahun-tahun pembebasan telah tiba dan Nusantara bernama Indonesia perlahan mulai membangun dirinya dari pulau-pulau, dari pinggiran. Mele percaya bahwa Indonesia selain pantas berjaya karena rempah juga sangat kaya akan pulau-pulau baik besar, kecil, berpenduduk maupun tak berpenduduk. Modal masa depan bangsa.
“Adalah urusan besar untuk mempertahankan keutuhan sebuah negara kepulauan, apalagi pemerataan pembangunan dan pengembangannya. Sejarah perjuangan kedaulatan NKRI telah tertoreh panjang, ancaman tetap ada. Sektor kelautan dan perikanan di pulau dan garis terdepan menjadi sangat penting dan tidak dapat lagi ditunda,” begitu pandangan Mele.
Menurut pembacaan Mele, Selaru, berposisi antara 8,010 – 8,340 Lintang Selatan dan 130,760 – 131,170 Bujur Timur. Batas wilayah Kecamatan Selaru antara lain Kecamatan Tanimbar Selatan di Utara, Laut Arafura di Selatan, Kab. Maluku Barat Daya di Barat, dan Laut Arafura di Timur. Luas wilayah Selaru keseluruhan adalah ± 4.334,16 km2, daratan ± 826,26 km2 (19,06%) dan luas lautan ± 3.507,90 km2 (80,94%). Selaru adalah pulau terluar Indonesia yang terletak di Laut Timor dan berbatasan Australia. Selaru adalah bagian wilayah Pemkab Kabupaten Maluku Tenggara Barat, provinsi Maluku. Persis di selatan Pulau Yamdena yang memboyong Saumlaki.
***
Di masa awal penempatan Mele sebagai fasilitator, dia setia mengindahkan harapan DFW untuk memperoleh data dan informasi awal dari masyarakat pulau, pemerintah daerah, pemerintah kecamatan, pemerintah desa dan pihak terkait lainnya. Bagi Mele, analisis isu pembangunan daerah terutama di PPKT harus dimulai dengan sehimpun data dan informasi faktual.
Mele pun menyusun peta fasilitasinya.
“Saya ingin membangun peta situasi sosial ekonomi budaya politik, kondisi umum dan spesifik Pulau Selaru,” tulisnya. Mele ingin memperoleh gambaran data terbaru mengenai profil pulau yang diperkuat oleh data primer, data sekunder, observasi, wawancara dan informasi faktual di lapangan sehingga dapat menyusun argumentasi tentang isu-isu pembangunan di Selaru, salah satu pilar Indonesia di perbatasn.
Mele ingin mendengar cerita para pihak, warga dan sesiapa yang ada di Selaru. Itu tips pertamanya.
Maka pada pagi tanggal 5 April 2015, dia pun tiba di Saumlaki bersama tim Pokja PSKPT Pusat, manajer lapangan program pengembangan sentra kelautan dan perikanan terpadu (PSKPT). Siangnya digeber dengan mengikuti pertemuan di kantor DKP dengan agenda inventarisasi penyebab dan permasalahan pembanguan di MTB. Pertemuan dengan pihak terkait di MTB tersebut meneguhkan harapan untuk memfasilitasi ekspor perikanan dari MTB, baik melalui udara seperti Saumlaki ke Darwin maupun via Surabaya, MBD, Saumlaki, Aru atau Merauke. Dalam pertemuan tersebut dibahas pula upaya menghidupkan Pangkalan Pendaratan Ikan (PPI) Ukurlaran dan Balai Benih Ikan (BBI) Wowonda. Air dan listrik akan segera disuplai.
Pasca pertemuan itu, Mele berangkat ke Pulau Selaru ditemani manajer lapangan PSKPT Saumlaki, Nasruddin pada 6 April 2016. Dengan menumpang speedboat, Mele bersama perwakilan DKP menuju Desa Adaut, pusat pemerintahan Kecamatan Selaru. Tujuannya memperoleh informasi awal tentang kondisi Selaru.
“Pulau atau Kecamatan Selaru memiliki potensi rumpu laut namun harga pasar sedang anjlok. Ada serangan hama yang belum dapat diantisipasi ataupun dihentikan. Namun pemusatan perhatian tahun 2016 tetap pada usaha budidaya rumput laut,” kata sang Camat.