Gagasan Susi pada optimalisasi bisnis perikanan dengan memanfaatkan keuntungan geografi merupakan hal menarik sebab bisa memangkas rantai inefisiensi. Beberapa jalur disebutkannya seperti Sulawesi Utara ke Filipina (Davao) atau ke Jepang. Demikian pula seperti Marore ke Pasifik atau ke Australia.
“Oleh sebab itu, yang saya perlukan dari kawan-kawan ISKINDO adalah membuat telaah, pendekatan yang lebih membumi, lebih realistik dan bisa dijangkau oleh kapasitas kita, saya merevitalisasi perikanan tangkap kita meskipun banyak pihak yang masih mempertanyakan termasuk anggota DPR, sekalipun.
***
Berdasarkan uraian di atas, saya menduga daya kritis sekaligus sindiran Menteri Susi pada program pembangunan selama ini termasuk penggunaan diksi “pemberdayaan masyarakat” sebagai “inappropriate” karena selama ini kita terlalu banyak menghabiskan sumberdaya, waktu dan ruang dengan menggunakan jargon yang tidak bisa diukur. Hanya menjadi mainan para elite untuk mengelabui rakyat atas nama pembangunan.
Program-program besar seperti PNPM meski telah menghabiskan dana milliaran hingga trilliunan namun kualitas hidup masyarakat di pesisir belum sepenuhnya membaik. Belum lagi sarana prasarana yang dibangun namun tak fungsional seperti balai pertemuan, MCK, dermaga dan lain sebagainya.
Pembangunan kelautan dan perikanan memang membutuhkan pendekatan baru sebab pada ruang dan waktu perubahan dan tantangan telah semakin massif dan berat, hanya pribadi dan organisasi yang tangguh yang bisa menjawabnya.
Apa yang disampaikan ibu Menteri Susi di atas banyak benarnya, namun tak semuanya bisa diterima sebagai 100% tepat. Maksudnya, perlu kesabaran dan penyesuaian kapasitas tersedia dari pusat hingga ke kampung-kampung, dari Sabang sampai Merauke, dari yang realistik dan bisa dilaksanaan, termasuk memahami situasi yang dihadapi para pihak seperti unit kerja KKP, DKP Provinsi, Kab/Kota yang mungkin saja sulit beranjak dan butuh waktu dan proses.
Anggota dan pengurus ISKINDO mungkin bisa mengakselerasi proses itu sebagaimana harapan Susi.
Apapun itu, rasa skeptis saya mulai terjawab, ada harapan baru terkuak di sana.
Jakarta, 7 Desember 2015