Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Penyu yang Kian Terancam

27 Juli 2012   07:00 Diperbarui: 25 Juni 2015   02:34 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Penyu adalah hewan laut yang paling tak setia, mereka tak akan pernah kembali ke tempat dimana dia dilahirkan” (Anonim) “Ini gelang imitasi, bukan sungguhan. Suer” balas seorang teman saat saya sindir bahwa mengenakan gelang dari sisik penyu di tangan dapat mengurangi kadar cinta lingkungannya. Dia menampik, gelang itu dapat mengingatkan orang bahwa penyu sisik nyaris punah. “Agar semua waspada” kilahnya. Apapun alasannya, tren penggunaan bahan yang berasosiasi ke flora-fauna untuk perhiasan, kini makin jamak terlihat, termasuk penyu. Peringatan untuk kita semua. *** Lebih Dekat dengan Penyu Penyu diyakini ada sejak akhir zaman Jura (145 – 208 juta tahun yang lalu) atau seusia dengan Dinosaurus. Pada masa itu ada spesies yang disebut Archelon, panjang badan hingga enam meter dan telah berenang di laut purba layaknya penyu masa kini. Penyu tersebar di hampir semua perairan di seluruh dunia. Walau terlihat lamban di pantai namun penyu adalah perenang yang efektif, hal itu karena penyu mempunyai sepasang tungkai depan yang membuatnya lincah dalam air. Penyu bernapas dengan paru-paru, itulah mengapa sesekali dia naik ke permukaan. Penyu dapat bertelur dengan siklus yang beragam, dari 2 – 8 tahun sekali. Penyu jantan menghabiskan seluruh hidupnya di laut, hanya betina yang naik ke darat untuk bertelur. Mereka bertelur di pantai berpasir yang sepi dari usikan. Tak suka cahaya. Dari ratusan butir telur yang dikeluarkan oleh seekor penyu betina, paling banyak hanya belasan anak penyu (tukik) yang sukses sampai ke laut. Pada banyak kejadiaan mereka dimangsa oleh burung, tikus, ikan pemangsa hingga tangan usil manusia. Penyu dianggap hewan paling tidak setia ke tempat lahirnya, berkelana ke pulau jauh hingga bermil jauhnya. Bisa jadi mereka menetas di Papua, suatu ketika dia sudah ada di Pulau Hawaii. Tak kembali lagi. Dari berbagai rilis disebutkan bahwa penyu belimbing merupakan penyu yang terbesar dari yang pernah ada yaitu hingga 2,75 meter. Bandingkan dengan ukuran kura-kura Galapagos yang hanya mencapai 1.5 meter panjangnya walau beratnya hingga 250 kg.

Di dunia, saat ini hanya ada tujuh jenis penyu yang masih bertahan, yaitu penyu hijau, penyu sisik, penyu kempi, penyu lekang, penyu belimbing, penyu pipih, penyu tempayan. Semuanya dapat ditemui di Indonesia kecuali penyu Kempi. Penyu, terutama penyu hijau, adalah hewan pemakan tumbuhan yang sesekali memangsa beberapa hewan kecil.

Penyu yang Terancam Tahun 2009, Prof. IB Windia Adnyana ahli penyu dari Universitas Udayana Bali pernah menyatakan bahwa populasi penyu di Indonesia menurun 20 hingga 30 persen setiap tahunnya. Menurut guru besar tersebut, jumlah populasi penyu hijau (Chelonia Mydas) ditaksir mendekati angka 35 ribu ekor di seluruh Indonesia, sedangkan jumlah penyu sisik (Eretmochelys imbricata) separuh dari jumlah populasi penyu hijau. Tahun ini populasi penyu di Indonesia diperkirakan telah berkurang hingga 50%. Di beberapa titik seperti Kepulauan Derawan yang disukai penyu mengalami tren penurunan penyu yang bertelur, di Taman Nasional Taka Bonerate pun demikian. Di beberapa pulau di Makassar seperti Barrang Caddi dan Barrang Lompo, karapaks atau sisik penyu dijadikan gelang atau cincin. Sisiknya yang mengkilap dan hitam antik terlihat menawan jika disematkan di pergelangan tangan atau jemari. Di beberapa toko suvenir kota Makassar, masih banyak dijumpai gelang dari sisik penyu. Di Pulau Kapoposang, saya pernah melihat dua ekor penyu sisik teronggok di pantai bagian selatan. Tapi sisiknya sudah hilang. Penyu itu membusuk. Menurut warga, nelayan lokal lebih suka mengambil tempurungnya ketimbang dagingnya. Di Taka Bonerate, utamanya di Pulau Tarupa dan Pasitallu, antara tahun 1996-1998 masih dilaporkan adanya nelayan penangkap sekaligus pembeli penyu dari Bali. Warga yang berdiam di sisi timur kawasan itu berbondong-bondong menawarkan penyu ke para pembeli, beruntung, kegiatan ini terlacak dan kemudian dihentikan oleh otoritas setempat. Tahun 2007 saat melakukan perjalanan ke Pulau Simeulue, Nangroe Aceh Darussalam, saya masih melihat warga di sekitar pasar Sinabang, menjajakan telur penyu. Di Simeulue, berburu telur si fauna tak setia ini masih menjadi kebiasaan warga untuk diperjual-belikan. Sisik penyu  jadi incaran pada nelayan untuk dijual ke pembuat benda kerajinan tangan. Mereka membuat cindera mata seperti cincin hingga miniatur kapal. Di beberapa daerah seperti Bali dan Lombok, sate penyu dipercaya sebagai obat dan ramuan untuk mempercantik diri. Banyak kelas menengah ke atas pun menjadikan penyu sebagai hiasan. Penyu diawetkan dan ditempel di dinding rumah. Bagi sebagian orang penyu adalah mahluk langka nan unik. Faktanya, penyu terus diburu hingga kini, dibantai demi daging dan tempurungnya. Selain penyu, banyak sekali biota laut yang diyakini manusia sebagai sumber energi dengan beragam kelebihan. Seperti hiu, kerang raksasa (kima), kuda laut (sea-horse). Hiu diburu siripnya, kima diuber ototnya karena diyakini dapat meningkatkan libido, kuda laut pun demikian. Hampir semua jenis penyu termasuk ke dalam daftar hewan yang dilindungi oleh undang-undang nasional maupun internasional karena dikhawatirkan akan punah disebabkan oleh jumlahnya makin sedikit. Sebagai tambahan, untuk bisa bertelur penyu membutuhkan waktu bertahun-tahun. Berpuluh tahun. Ketersediaan di alam kian langka serta masih tingginya animo warga memburunya sehingga diperlukan upaya konservasi. Peraturan Pemerintah bernomor 7 tahun pada 1999 tentang Pelestarian Jenis Tumbuhan dan Satwa merupakan salah satu solusinya walau partisipasi masyarakat tetap paling penting. Jika seperti itu situasinya, mari dukung upaya pelestarian penyu, si fauna yang tak setia ini. [caption id="attachment_202948" align="alignleft" width="300" caption="Penyu tersangkut jaring (Foto: Wikipedia)"][/caption]

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun