Mohon tunggu...
Kamaruddin Azis
Kamaruddin Azis Mohon Tunggu... Konsultan - Profil

Lahir di pesisir Galesong, Kab. Takalar, Sulsel. Blogger. Menyukai perjalanan ke wilayah pesisir dan pulau-pulau. Pernah kerja di Selayar, Luwu, Aceh, Nias. Mengisi blog pribadinya http://www.denun89.wordpress.com Dapat dihubungi di email, daeng.nuntung@gmail.com.

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Bertemu Mr.Bernhard di Bandara Aroeppala, Selayar

29 Desember 2009   03:29 Diperbarui: 26 Juni 2015   18:44 752
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_45038" align="alignleft" width="150" caption="Mr.Berhard saat menjemput tamunya di Bandara Aroeppala, Selayar Kepulauan"][/caption] Hari Jumat pukul 15.00 wita, di Selayar. Saat saya mengantar seorang kawan yang hendak ke Makassar via Bandara Aroeppala, terlihat dua mobil kijang berstiker www.selayarislandresort.com dan stiker tabung scuba bertuliskan “dive center” terparkir tidak jauh dari pintu kedatangan bandara. Seorang lelaki berkacamata hitam, berbaju putih dan bercelana hitam mondar mandir dari pintu ruang keberangkatan bandara ke mobil. Hilir mudik. Sesekali mendekati tiga orang lelaki muda yang mengenakan tshirt berwarna krem. Di punggung t-shirt mereka bertuliskan “attitude keeps you alive – selayar trekkies”. Lelaki itu adalah Bernhard. Dia sempat menyebutkan nama belakangnya yang terkesan Jerman namun saya tidak bisa mengeja dan menuliskannya. Lelaki inilah yang saya temui pada Selasa lalu, yang saat itu juga sedang menunggu pesawat SMAC penerbangan dari Makassar-Benteng. Dia hendak bepergiaan dengan pesawat itu. Seperti yang saya dengar dari seorang kawan di Benteng, Bernhard adalah General Manager (GM) pengelola resort di Baloiya atau resort kedua setelah Resort Jochen di pantai timur Appatanah yang sedang mengais rejeki di Bumi Tanadoang, Selayar. Kini, dia sedang berada di beranda bandara Aroeppala menunggu tamu yang datang dari Makassar. “I am waiting for my guests from Makassar” Katanya saat saya ingin memastikan siapa yang ditunggu. Saya memperkenalkan diri dan mengajaknya ngobrol karena pesawat belum tiba. Walau terlihat masih tidak tenang, karena tanda kedatangan pesawat belum terdengar dari sirene kedatangan dia sesekali menjawab dengan singkat. “We just back from Appatanah for fishing” Kataku membuka percakapan. Saya tersenyum puas seraya menyatakan bahwa kami beruntung karena memperoleh banyak ikan saat memancing di perairan Jammeng, pantai timur Selayar. Seketika wajahnya, mengkerut dan berujar. “Oh no, that’s not good for our business” Katanya dengan senyum kecut. Ikan sangat penting bagi kami yang bergerak di pariwisata. Ikan-ikan karang merupakan obyek wisata yang penting. Jadi jika anda mengambilnya, tentu kerugian bagi sektor ini. Perkataan Bernhard tidak membuat saya kaget karena demikianlah adanya. Tentang makna biota laut bagi turis. Untuk beberapa jenak saya menimpali bahwa, apa yang dilakukan Bernhard tentu sangat positif bagi pengembangan wilayah ini. Apalagi Selayar telah menetapkan sektor pariwisata sebagai lokomotif pembangunan daerah. Saat menyebut bahwa salah satu kawasan yang potensial dikembangkan adalah Taka Bonerate. Dia mencibir dan dengan perlahan berujar, “Don’t you know that in that area only 30% coverage of coral reefs are good?” Katanya. Saya manggut saja. Saya tahu bahwa pada tahun 2002, berdasarkan data LIPI Indonesia, tingkat kepadatan terumbu karang di sana memang sangat rendah. “Coral reefs are important for this business” Katanya lagi. “Kita perlu konsistensi untuk mencegah kegiatan merusak seperti pemboman ikan dan pembiusan” usulnya. Bernhard sesekali menanyakan jam. Dia terlihat gelisah dan menggumam, “Oh come on, air plane”. Dia berharap pesawat itu segera datang. Dia bercerita bahwa saat ini dia sedang mengelola resort di Baloiya, selatan Benteng. Resort itu dulunya merupakan lokasi yang dikelola seorang Jepang bernama Momiyama namun kemudian diambil alih oleh satu perusahaan wisata dari Jakarta. “Dibanding resort lainnya, resort kami tergolong lengkap. Kami melayani wisata penyelaman, dan berbagai kegiatan wisata lainnya, termasuk memberi pengajaran teknik menyelam bagi pemula. Sudah lebih setahun mengelola resort tersebut dan ramai dikunjungi wisatawan mancanegara maupun domestik” Katanya. “Kami melayani dua wilayah wisata, baik di pantai barat maupun pantai timur Selayar” Kata lelaki yang pernah menghabiskan waktunya mengelola wisata yang sama di Philipina dan Mesir ini. Ini berarti kami tidak akan vakum walau musim barat menyerang pantai barat karena kami juga beroperasi di pantai timur” Ungkapnya. “Yang perlu dimantapkan adalah moda transportasi seperti kelancaran pesawat ini” Katanya lagi. Bernhard tahu bahwa SMAC yang melayani rute Makassar – Selayar adalah satu kegiatan subsidi penerbangan antara pemerintah dan swasta. Dengan hanya membanderol harga tiket pesawat Rp. 200an ribu lebih sekali jalan, tentu ini akan sangat murah bagi turis yang ingin menikmati keindahan pesisir dan laut Selayar yang konon tergolong lengkap. Slop dan rataan terumbu karang di pantai timur merupakan asset wisata yang bernilai tinggi. Dua resort wisata yang dikelola oleh dua orang Jerman di Selayar merupakan contoh betapa menggiurkannya bisnis ini. Resort yang satunya bahkanbertahan hingga lebih sepuluh tahun. Apakah yang dikelolanya milik perusahaan yang berbasis di Jakarta atau bukan, paling tidak mereka berdua telah memberi pilihan berusaha. Tenaga kerja yang melayani tamu-tamu Bernhard adalah warga Indonesia, tentu telah memberi manfaat nyata bagi mereka. Hingga pukul 15.20 pesawat SMAC mulai terlihat melayang dari arah utara Bandara Aroeppala. Dimulai dari sirene kedatangan, beberapa penumpang yang akan berangkat ke Makassar mulai berkemas.Bernhard telah berdiri tegak di pintu gerbang bandara. Tiga stafnya mengikut di belakang. Saat pesawat telah mendarat dengan mulus dan membuka pintu kabin, Bernhard bergegas menuju pesawat. Tidak sampai 20 meter dari pesawat Bernhard terlihat menjabat tangan seorang pria tinggi besar berkulit putih, seorang lelaki berkacamata dan wanita semampai berbaju hitam dengan rambut panjang tebal. Mereka tamu Bernhard sore itu. Sesampai di ruang kedatangan, tiga orang pria dengan kostum seragam tersebut satu persatu menjabat tangan tamu tersebut. Bukan hanya mereka bertiga, rupanya di rombongan kali ini terdapat lima orang lagi yang ikut bergabung dengan mereka. Mereka ada berdelapan. Kelima yang menyusul ini berwajah oriental, plus satu sepertinya dari Eropa dan seorang wanita cantik berwajah India serta seorang berkacamata dengan rambut tipis,berbaju lengan panjang warna abu-abu. Sepertinya dialah bos pada rombongan tamu Bernhard kali ini. Bernhard tersenyum ceria. Kini dia siap mengantar tamunya ke Cottage Baloiya sekitar 15 kilometer ke selatan Kota Benteng. Mungkin mereka akan menginap sampai hari empat hari karena pesawat yang akan membawa mereka pulang ke Makassar hanya tersedia pada hari Selasa atau Jumat .

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun