Kita tahu, Akbar Faizal salah satu tokoh dalam Rumah Transisi Jokowi-JK, yang berjuang dalam Pilpres 2014. Dia salah satu dari empat deputi dalam Tim Transisi diketuai Kepala Staf Rini Soemarno. Selain AF, ada  Hasto Kristiyanto, Anies Baswedan, dan Andi Widjajanto. Ada juga tim penasihat, Jenderal (Purn) Luhut Binsar Pandjaitan, Jenderal (Purn) AM Hendropriyono, KH Hasyim Muzadi, dan Syafii Maarif.
Tim ini, termasuk Akbar Faizal, ikut merancang arsitektur kabinet, yang belakangan bernama Kabinet Kerja, sebelum Jokowi dan Jusuf Kalla dilantik menjadi Presiden dan Wakil Presiden 2014-2019.
Mayoritas anggota dan penasihat tim transisi dapat posisi penting, berikut pentolan tim sukses di semua parpol, Koalisi Indonesia Hebat, pendukung Jokowi-JK. Katakanlah, misalnya, Rini Soemarno, Menteri BUMN, Anies Baswedan jadi Menteri Pendidikan Dasar dan Kebudayaan, Andi Widjajanto, Seskab. Yang tak kebagian selain Akbar Faizal adalah Hasto, kini Plt Sekjen PDI Perjuangan.
Pada jajaran penasihat tim transisi, yang paling mencorong memanglah Luhut Pandjaitan. Pensiunan jenderal bintang empat, dan pengusaha tambang itu, menjadi Kepala Staf Kepresidenan, sebuah lembaga yang tak ada dalam postur arsitektur kabinet rancangan tim transisi.
Bekas Ketua Umum PBNU Hasyim Muzadi, menjadi anggota Wantimpres. Lainnya, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah Syafii Maarif menolak jabatan. Lalu, bekas Kepala BIN Hendropriyono, meski resminya tak ada jabatan resmi, tetaplah bersinar. Guru besar bidang ilmu intelijen dari Sekolah Tinggi Intelijen Negara itu, 'dipercaya' Â mengembangkan mobil nasional. Diantar Presiden Jokowi, CEO PT Adiperkasa Citra Lestari itu, menjalin kerja sama dengan Malaysia Proton Holdings Berhard, di Proton Centre of Exellence, Jumat (6/2/2015), di Malaysia.
Kepada pers, Luhut sudah menjawab tudingan Akbar itu. Intinya, dia tidak mengistimewakan, apalagi mengagung-agungkan lulusan Harvard. Karena, dalam timnya, banyak lulusan perguruan tinggi dalam negeri. Juga ada Akademi Militer Magelang, seperti dirinya.
Bagi Menteri Perindustrian dan Perdagangan (2000-2001) itu, siapapun yang berkualitas, sah saja dipromosikan. Apalagi, anak-anak muda lulusan luar negeri, yang mau berkarir dan membangun Tanah Air.
Apapun, tetap menarik ada penjelasan resmi dari dua pihak, Akbar Faizal dan Luhut Binsar Panjaitan, apalagi kalau dalam satu panggung. Intinya, agar semua berlangsung transparan, karena menyangkut 'urusan negara', sehingga siapapun bisa mengambil hikmah. Selain itu, agar tak ada kebingungan di masyarakat, melihat 'pertengkaran' para elit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H