Mohon tunggu...
Muhammad Nur Abdurrahman
Muhammad Nur Abdurrahman Mohon Tunggu... -

alumni Ilmu Politik, Universitas Hasanuddin, Makasssar. Hobi menulis, traveling dan fotografi

Selanjutnya

Tutup

Travel Story

Pantai Losari Tak Seindah di Layar Televisi

21 Maret 2014   20:30 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:39 198
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
13953885091389998600



Di tahun 1975, sebuah film drama berjudul 'Senja di Pantai Losari',

yang dibintangi aktor Deddy Sutomo dan Emilia Contessa, telah

memperkenalkan nama pantai yang dimiliki kota Makassar hingga seantero

nusantara.

Sekitar 35 tahun berselang, Pantai Losari kembali banyak disorot di

layar kaca, sebagai penanda kota Makassar. Dari produk tertentu hingga

parpol menggunakan ikon Pantai Losari.

Dibandingkan dengan pantai di daerah lain, memang lokasi pantai yang

persis menghadap ke barat sangat strategis untuk memandang senja.

Makanya, senja di pantai ini kemudian banyak diabadikan lewat kamera

lalu menyebar ke social media, seperti Instagram atau Twitter.

Meskipun saya warga Makassar, saya sangat jarang mengunjungi Pantai

Losari. Kadang hanya lewat tapi urung untuk singgah. Kalau pun harus

singgah tentu saya harus menimbang segala kemungkinan-kemungkinan.

Suatu waktu seorang kawan yang sedang dinas di Makassar mengajak

janjian di Pantai Losari. Akhirnya saya pun bertemu dengan kawanku itu

dan berusaha untuk membanggakan Pantai Losari.

Dalam hati saya pun menunggu pujian dari kawan saya yang tinggal di

Jakarta itu. Ia kemudian berkomentar: tempat ini memang bagus,

sayangnya bau pesing dan cahayanya remang-remang. Rasa penasarannya

pada Pantai Losari kemudian sirna akibat aroma pesing yang ia hirup.

Saya lalu terhenyak dan tidak tahu harus bilang apa. Saya hanya bisa

cengengesan dan mencoba mengalihkan perhatiannya. Sambil jalan,

kawanku tidak lupa untuk berfoto dengan latar belakang tulisan Pantai

Losari.

Sebagai warga yang membayar pajak, saya terus-terang kecewa dengan

buruknya penanganan fasilitas rekreasi warga Makassar. Bukan hanya

soal bau pesing, tapi juga keramah-tamahan petugas parkir anjungan

Pantai Losari, masih di bawah standar umumnya daerah wisata lain.

Belum lagi bejubelnya pengamen dan pengemis yang menjejali pelataran

anjungan.

Seorang kawan yang pernah berbelanja di sebuah mini market depan

anjungan Pantai Losari, pernah jadi korban pencopetan kawanan pengamen

yang masih belia. Termasuk kawan-kawan yang bekerja di stasiun

televisi swasta yang ingin menggelar siaran langsung, tidak luput dari

pungutan liar dari juru kunci Pantai Losari.

Sekitar dua bulan lagi, sang pemangku kepentingan di Makassar akan

berganti. Saya berharap citra Pantai Losari kembali cemerlang dengan

penataan yang paripurna. Agar warga Makassar kembali merasa bahagia

menikmati kotanya sendiri. Sebab ciri kota yang maju menurut Walikota

Bandung Ridwan Kamil, dapat diukur dari tingkat kebahagiaan warganya.

Liveable and Loveable.

Saya tidak mau kehilangan "alun-alun" kotaku lagi, sebagaimana

Lapangan Karebosi yang dirampas pengusaha Tionghoa yang bersekongkol

dengan Pemkot Makassar. Memang Karebosi kini lebih rindang dan lebih

modern. Tapi itu hanya kamuflase. Sebab, warga tidak bebas lagi

berkumpul, bercengkerama, sebagaimana hari-hari sebelum Karebosi

di-revitalisasi. Karebosi kini separuhnya dijadikan mall dan

separuhnya lagi jadi jogging track kelompok orang berpunya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun