Â
Hal unik lainnya adalah sebuah gereja yang sudah rubuh dengan makam tua di sekitar gereja tersebut. Tepat setelah berjalan sekitar 400m dari dermaga, ketika menengok ke kanan akan terlihat reruntuhan gereja tua dengan makam disekitarnya. Tertutupi oleh semak dan ilalang membuat gereja ini tak tampak dari pandangan. Sisa tiang yang berdiri tampak telah lapuk, sisa menunggu waktu tiang itu juga akan ikut runtuh. Berdasarkan cerita Sang Kapten gereja ini sudah berusia ratusan tahun, konon inilah gereja pertama yang berada di Kab. Tambraw.
Cerita sang kapten memang ada benarnya, dibuktikan makam-makan tua di sekitar gereja yang juga diperkirakan berusia ratusan tahun. Sulit mendekati makam tersebut karena ilalang yang tinggi, ditambah lagi tim saya sudah bergerak maju menyisakan saya sendiri yang sedang asyik mendekati makam untuk mengambil gambar. Saya tidak berani berlama-lama, sendiri tertinggal di sebuah gereja dengan makam kuno sepertinya bukan hal yang menarik. Bukannya takut cuma tidak berani aja. Hehe
Diujung jalan kami menjumpai keunikan lainnya yaitu terdapat gereja tetapi bukan sembarang gereja karena disampingnya terdapat tugu Salib yang tingginya kurang lebih 10m. Selain Tugu Salib juga terdapat prasasti injil yang dibuatkan bangunan sedemikian rumah sehingga menyerupai bangunan kecil. Gereja ini terbilang cukup lengkap, terdapat ruangan berupa aula, kursi berjejerang, dan mimbar. Seperti gereja pada umumnya, sekali lagi anehnya karena terletak di pulau terluar dan tidak berpenduduk. Di luar gereja terdapat sumur yang konon katany merupakan sumber air yang tidak pernah kering di pulau ini. Terdapat banyak sumur di pulau ini, tetapi hanya sumur samping gereja ini yang tidak pernah kering, setidaknya begitu kata Sang Kapten.
Keunikan terakhir, yang menunjukkan pentingnya eksistensi pulau ini adalah banyaknya bangunan reruntuhan menyerupai menara dan pos jaga. Beberapa yang dapat saya kenali adalah menara suar, terutama menara suar yang tampak eksis saat ini sepertinya baru selesai dibangun. Saya berhitung, satu...dua...tiga...empat...lima. Astaga...setidaknya ada lima menara berbahan besi (mirip BTS) yang dibangun di pernah dibangun di pulau ini. Beberapa menara pun sebenarnya masih berdiri.
Saya kemudian berfikir tidak hanya mercusuar yang telah dibangun di wilayah ini, berdasarkan posisi strategisnya setidaknya menara komunikasi pernah dibangun disini. Tempat mereka memantau musuh yang datang dari utara sebelum bermanuver ke arah Biak yang lebih strategis lagi. Berdasrkan informasi Sang Kapten, terdapat satu bangkai kapal dan dua bangkai pesawat jet tempur yang tertidur di kedalaman perairan Pulau Miossu. Entah tertidur karena peperangan atau karena karam.
Empat hal itulah yang menurut saya unik dari pulau ini, mungkin umum bagi kebanyakan orang tetapi jika dilihat dari lokasinya yang berada di titik terluar negeri ini dan tidak adanya penduduk menjadi hal menarik untuk kita kaji. Di zaman kolonial, Belanda menyebutnya dengan Amsterdam dan Middleburg Airfield. Sebelum Belanda masuk, pulau Dua dihuni oleh marga Paraibabo-Sarwa dan pada tahun 1912 menjadi wilayah Zending UZV Doom dibawah penginjil Yonas Nandissa.