"Saya makan Soto Ceker, Teh Manis, Kerupuknya satu," kata saya. Lalu saya masih dapat uang sisa kembalian. Total tidak lebih dari Rp18 ribu. Untuk satu porsi Soto Ceker campur nasi dijual Rp11 ribu, kalau nasinya dipisah dengan wadah lain Rp13 ribu.
"Masnya mau sotonya dicampur nasi, apa dipisah nasinya?," kata Mbak Ceker, saat awal mesan sarapan pagi soto ceker.
"Dicampur aja Mbak, jangan dipisah. Kasian nasi dan sotonya kalau dipisah, ntar kangen...". Huuuuu..... penonton teriak, hehehe...
*****
Pertama kali saya tahu Soto Ceker Surabaya ala Mustikajaya ini, bermula dari informasi teman Mas Maryoto, "wartawan tiga zaman" yang tinggal di perumahan Dukuh Zamrud, Mustikajaya. Sama-sama di Kota Bekasi tapi lain kecamatan.
"Kapan-kapan boleh juga makan soto di dekat gerbang MGT (maksudnya, Mutiara Gading Timur). Lumayan enak. Tempatnya di sebelah kanan gerbang, di situ tapi biasanya jam 8-9 suka abis," kata Mas Maryoto, berpromosi hehe...
Maka pagi itu, saya mencoba mampir di Soto Ceker ini, setelah pulang mengantar istri ke sekolah, tempatnya dia mengajar. Saya videoin warungnya lalu saya teruskan ke Mas Maryoto via japri WA.
"Mas Maryoto, yang ini ya yang pernah mas cerita ada Soto Ayam Ceker di dekat gerbang masuk Mutiara Gading Timur? Di sini juga ada Ketupat Sayur gaya Padang Uda-Uni, yang mana?," kata saya via japri. Maryoto pun langsung merespon.
"Intinya tetap enak, gak berubah dalam rasa. Hanya saja saya yang biasanya sering berdua sarapan bareng, tapi setelah istri jarang ada waktu pagi jadi mulai jarang mampir lagi," katanya.
"Coba unjukin foto saya, Mas atau Mbaknya mungkin kenal," usul Mas Maryoto. Masih lewat WhatsApp.