Cerita Ringan Nur Terbit (67) -Â KASUS FERDY SAMBO DANÂ SEL PENJARA YANG SEPI
Belakangan ini masyarakat terlihat semakin berani dan kritis. Ini mungkin karena para penegak hukum ikut mempermainkan hukum. Pemberantas korupsi ikut korupsi, pemeras diperas, bos ASN ikut kampanye, wasit ikut bertanding.
Akibatnya, hukum terkesan tajam ke bawah, tumpul ke atas. Istilah usang KUHAP, agaknya ada benarnya. KUHAP di sini bukan akronim Kitab Undang-undang Hukum Acara Pidana. Tapi...Kalau (ada) Uang HAbis Perkara. Parah kan?....
Dimana-mana pencitraan dipamerkan, ketidakadilan dipertontonkan, aturan hukum diterabas. Yang terbaru, aroma tidak sedap berhembus dari balik jeruji besi penjara atau Lapas (lembaga pemasyarakatan).
Konon, Ferdy Sambo tidak pernah sehari pun menghuni selnya di Lapas Salemba. Pasalnya, pria Toraja Sulsel ini dianggap berhasil mengelabui petugas karena diduga tidak pernah menjadi "binaan" -- nama halus bagi penghuni penjara -- di Lapas Salemba, Jakarta Pusat. Namanya "doang" tercantum di daftar nama para napi.
*****
Menurut Alvin Lim, seorang pengacara, Sambo si terpidana seumur hidup (sebelumnya divonis hukuman mati) dari kasus pembunuhan berencana terhadap Brigadir Joshua, lagi "dikontrakkan" selnya di Lapas Salemba karena mubazir. Kosong tak ditempati oleh penghuninya, sang mantan Kadiv Propam Mabes Polri ini.
Kontan saja kalau berita Sambo dikabarkan tak ada di penjara ini, mengguncang dunia. Setidaknya viral di media sosial dan "membangunkan" para pemangku kepentingan yang mungkin lagi "tertidur pulas". Kelapa eh Kepala Lapas Salemba, disusul Yasonna Laoly, bosnya di Kemenkumham, buru-buru membantah. Mereka langsung "kebakaran jenggot" semua, rupanya.
Alvin Lim sebut Ferdy Sambo tak pernah ditahan di Lapas Salemba. Alasan Alvin, dia saat itu juga ditahan di Lapas Salemba, tempat pimpinan Pondok Pesantren Al Amin Ngeruki Surakarta Abu Bakar Ba'asyir, dan artis yang juga komika Vicky Prasetyo pernah dipenjara.
Kepala Lapas Kelas IIA Salemba, Beni Hidayat pun meradang. Namun bantahan Kalapas ini juga terkesan kurang akurat. Kalau memang Ferdy Sambo pernah ditahan di Lapas Salemba, mana foto dokumentasinya? atau mana video CCTV-nya?
Menteri Hukum dan HAM, Yasonna Laoly kepada reporter televisi dan media sosial, malah menuduh Alvin Lim sebagai (maaf) orang gila. Pernyataannya kalau Ferdy Sambo tak pernah menghuni sel Lapas Salemba, ngawur..wur.
Sementara kalau dibuka lagi file lama, rekam jejak dan catatan para jurnalist, kasus seperti ini sudah bukan rahasia lagi, permainan seperti ini sudah sering terjadi. Nah, karena sudah terbiasa, maka dianggap sudah biasa hehe ..
*****
Adalah Najwa Shihab - lewat acara andalannya sebagai tuan rumah "Mata Najwa" di televisi, sudah pernah membongkar permainan seperti ini di Lapas. Salah satunya tempat "sekolah" para koruptor di Lapas Sukamiskin Bandung, Jawa Barat. Kamar sel atau kamar tahanan Setya Novanto, mantan Ketua Umum Partai (kasus korupsi e-KTP), ditemukan kosong saat disidak oleh Mbak Nana...hahaha..
Dulu juga pernah ada kasus serupa terjadi di sel Lapas Sukamiskin. Sel ini dihuni MM, seorang mantan Walikota dalam kasus korupsi, kembali ditemukan selnya kosong. Ternyata dia "diizinkan" oleh oknum petugas Lapas untuk jalan-jalan menghirup udara segar di luar penjara. Di sel tahanan kegerahan, rupanya.
Sebelumnya, masih ada kasus serupa. Narapidana Gayus (kasus manipulasi pajak), Â meski berstatus narapidana tapi bisa bebas "hiling-hiling" dan "halang-halang" nonton pertandingan olahraga di luar penjara.
Dari sekian kasus "pelarian dari penjara" di atas, tidak heran kalau Edy Tanzil, bos "Golden Key" distributor sepeda di Makassar Sulsel (kasus pembobol Bank Bapindo, melibatkan Sudomo), bisa bebas kabur karena dibantu sipir penjara Lapas Cipinang Jakarta Timur. Beruntung, adik Benny Raharja, pemilik BHS Bank ini, sampai sekarang gak ketahuan dimana rimbanya.
*****
Masih banyak contoh kasus lain yang serupa tapi tak sama. Tak serupa kasus kejahatannya, tapi sama lokasinya. Sama-sama tidak menghuni kamar selnya di penjara hehehe...Seperti cerita SS, seorang teman di bawah ini.
Gara-gara mengkonsumsi barang terlarang, dirazia di satu club malam, SS akhirnya harus mendekam di salah satu penjara di Jakarta. Kebetulan dia bertetangga dengan sel koruptor, seorang tokoh daerah, pengurus koperasi dan organisasi salah satu cabang olah raga.
Setiap malam, begitu cerita SS, dia rela dan ikhlas pindah sel ke tetangganya dan tidur di sana. Subuh sebelum terbit matahari, dia buru-buru kembali lagi ke selnya sebelum sipir penjara datang mengontrol sel narapidana (atau bisa saja cuma trik dari oknum petugas dan narapidana, TST, karena sudah saling pengertian?).
Kemana si penghuni sel asli? Ya, Â kemana lagi kalau gak pulang ke rumah "ngelonin" bininya. Setelah selesai melaksanakan "sunnah rosul" dia balik lagi ke selnya di penjara. Dan untuk upah balas jasa karena menggantikan sel tetangganya, teman SS ini mendapat "tunjangan" hari tua alias uang sogokan hehe...
Itulah sedikit cerita dari negeri Konoha. Di mana hukum mulai tidak menjadi "panglima" lagi. Slogan lama, "hukum harus ditegakkan, sekalipun dunia akan runtuh" agaknya sudah masuk museum. Sudah dianggap tidak penting dan kurang relevan lagi dengan situasi sekarang.
Mereka semua -- meminjam istilah Menko Polhukam Prof Mahfud MD -- patut diduga telah bersama-sama ikut  "menyesengsarakan" rakyatnya sendiri. Astaghfirullah.
Salam #nurterbit
Bekasi Jumat 5 Januari 2024.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H