Dalam teori usang mengenai teknik menulis artikel, ada beberapa cara agar pembaca penasaran.
Dua cara di antaranya adalah, judul menarik (bikin penasaran) dan yang kisah yang ditulis dekat dengan pembaca.
Saran pertama agar "pakailah judul yang menarik perhatian pembaca dan membuat penasaran". Tapi jangan juga bombastis. Judul tidak sesuai dengan isi hehe...
Saran kedua, tulislah obyek cerita yang mungkin akan dekat dengan pembaca. Baik lokasi, daerah, dan tempat yang kemungkinan pernah dikunjungi pembaca.
Atau sebaliknya, penasaran setelah membaca tulisan kita karena mereka belum pernah ke sana.
Nah, apa yang ditulis Omjay atau lengkapnya Doktor Wijaya Kusumah di Kompasiana berikut ini, rupanya sudah memenuhi dua teknik dalam menulis, seperti yang saya sebutkan di atas.
Yakni selain judul menarik perhatian dan bikin penasaran pembaca, guru Labschool Rawamangun Jakarta Timur dan blogger ini menulis sesuatu artikel yang juga dekat dengan lokasi pembaca, setidaknya bagi saya hehe....
Coba perhatian judulnya: Â "Ada Apa di Bandara Sultan Hasanuddin Sulawesi Selatan?" Saya yang membaca judulnya saja sempat kaget, ada apa ya? Itu kan dekat rumah saya di Makassar?
"Ada Apa di Bandara Sultan Hasanuddin", tentu bikin penasaran, karena keluarga besar saya tinggal di luar tembok bandara dan saya memang lahir di sekitar bandara.
Saya sendiri saat ini sudah bermukim di perantauan sejak 1980-an sampai sekarang. Sudah berkeluarga dan bercucu di negeri orang hehe...
Banyak kisah menarik di sini, maksudnya Bandara Sultan Hasanudin. Misalnya kenapa masih sering orang menyebut Bandara Makassar, padahal lokasinya di Kabupaten Maros, Sulawesi Selatan?
Sama dengan bandara lain. Misalnya Bandara Juanda Surabaya, padahal adanya di Kabupaten Sudiarjo, Jawa Timur. Begitu juga Bandara Soekarno Hatta Jakarta, eh lokasinya di Tangerang, Banten, dan lainnya.
Kisah menarik di Bandara Sultan Hasanuddin Makassar di Maros ini menurut saya, ketika terjadi perluasan bandara ini.
Di mana sebagian sawah warisan kakek terkena proyek untuk runway-nya atau landasan pesawat. Alhamdulillah gara-gara perluasan bandara, keluarga besar saya bisa ramai-ramai naik haji.
Tapi gara-gara perluasan
Bandara Sultan Hasanuddin ini pula, banyak oknum pejabat di daerah ini yang terpaksa masuk penjara gara-gara korupsi uang perluasan bandara hahaha.....
Masih di area Bandara Sultan Hasanuddin Sulawesi Selatan ini, persis di luar pagar tembok bandara tempat pesawat landing, ada lahan seluas 7-10 hektar berupa Taman Pemakaman Umum (TPU). Nah itulah TPU Sudiang.
Lahan TPU Sudiang ini dibebaskan oleh Pemerintah Kota Makassar dalam 3 (tiga) tahap. Untuk tahap pertama era Wali Kota Ilham Arief Sirajuddin, tahap kedua oleh Wali Kota Moch Ramdhan Pomanto atau dikenal dengan nama Danny Pomanto.Â
Ketika tahap ketiga, dan masih era Danny Pomanto tahun 2015, malah macet pembayaran ganti ruginya. Dengan berbagai alasan, Pemkot Makassar beralih ke Moncongloe Kabupaten Maros membebaskan lahan TPU baru pengganti TPU Sudiang. Akibatnya sudah 8 (delapan) ini belum tuntas juga ganti ruginya. Seperti pernah saya bikin video YouTube di bawah ini:Â
Saya pernah menulis kisahnya di blog, tapi hanya sebagian. Setelah tulisan Omjay ini saya baca, merangsang saya untuk menulis lagi cerita korupsi di balik perluasan bandara Hasanuddin ini. Insya Allah. Tks Omjay. Salam...
Biar tidak penasaran soal "Ada Apa"-nya Omjay ini, saya sertakan link tulisan beliau di Kompasiana seperti di bawah ini...#nurterbit
Ada Apa di Bandara Sultan Hasanuddin Sulawesi Selatan
Tulisan ini adalah bagian dari status FB di Cerita Ringan Nur Terbit (43) - OMJAY, KOMPASIANA DAN
BANDARA HASANUDDIN
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI