Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Diary

Cerita Tentang Lagu "Balada Pelaut"

21 Agustus 2023   21:17 Diperbarui: 21 Agustus 2023   21:38 317
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Mudik (72)

"BALADA PELAUT" ITU LAGUNYA, EH PELAUTNYA KETEMU DI UDIK - Catatan : Nur Terbit

Mendengar lagu ini, kembali teringat waktu masih bujangan. Lagu "Balada Pelaut" ini menjadi lagu favoritnya teman-teman pelaut waktu kami tinggal di Tanjung Priok Jakarta Utara, era 1980-an.

Baca juga: Cerita Reuni

Berikut lirik dari lagu "Balada Pelaut".

Sapa bilang palaut mata karanjang

Kapal bastom lapas tali lapas cinta

Sapa bilang palaut pambatunangan

Jangan parcaya mulut rica rica

Ref So balayar so sampe ka ujung dunia

Banya doi baroyal habis parcuma

Dorang bilang palaut obral cinta

Dompet so kosong baru inga' rumah

Advertisement


Mana jo ngana pe sumpa

Maja jo ngana pe cinta

So samua kita pe punya ngana so menta

Kita bale ngana so laeng

Kita bale ngana so kaweng

Cikar kanan paya condios, 

cari laeng.

kembali ke Ref.

Ada rumah di Kebon Bawang dijadikan "basecamp" yakni berupa asrama bagi pelaut anak Makassar, dekat rumah kontrakan kami. Selalu lagu ini kita nyanyikan bersama diiringi gitar hehe...

Masih satu kelurahan dengan Bang Sabri Saiman di Kebon Bawang. Beliau adalah pengusaha besi tua di Pelabuhan Tanjung Priok, kemudian terpilih ke Senayan jadi anggota DPR RI dari Partai PAN.

Di wilayah Kelurahan Kebon Bawang, kami juga bertetangga keluarga Monoarfa. Yakni almarhum Amir Biki, tokoh sentral peristiwa tragedi Tanjung Priok, 12 September 1984.

Kami juga akrab dengan adik-adik Amir Biki. Misalnya dengan  Rusli Biki, terakhir bertugas di KBN (Kawasan Berikat Nusantara) Marunda. 

Ada lagi adiknya, Beni Biki, yang pernah berjuang utk korban Priok hingga ke Komnas HAM. Sering mengundang untuk diliput setiap ada acaranya.

Waktu mudik Februari tahun 2023 ini (bahkan sempat 4 bulan betah di kampung), eh tidak menyangka kalau PELAUTNYA ada di sini. Di udik (kampung). 

Kebetulan ketemu teman pelaut saat sama-sama pulang mudik. Ada juga yang sudah lama di kampung. Itu setelah "turun" ke darat, dan tidak "melaut" lagi.

#nurterbit 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun