Catatan Mudik (67)
WISATA KE AIR TERJUN, RUMAH KURCACI, HINGGA HUTAN PINUS MALINO - Catatan : Nur TerbitÂ
Senin pagi 24 April 2023, adalah hari ketiga kami menginap di Malino, Kabupaten Gowa, Provinsi Sulawesi Selatan. Agenda hari ini adalah berkunjung ke obyek wisata.
Setidaknya, baru 4 (empat) obyek wisata yang sempat kami kunjungi, dan keburu sudah Magrib. Padahal berkemas dan berangkatnya sudah sejak pagi. Tokh sepanjang jalan, kendaraan sudah mulai merayap.
Keempat obyek wisata tersebut, masih satu kecamatan di Malino, Kabupaten Gowa. Yang pertama: Air Terjun Takkapala di Kelurahan Bontoberu, Kecamatan Tinggi Moncong, Kabupaten Gowa. Lokasinya di atas bukit.
"Kita beruntung ini Om. Kunjungan kali ini bisa ketemu pelangi di dasar air terjun," kata Ilham Akbar driver kami. Oh iya, di dalam "mobil perang" Mitsubishi Pajero, kami bertujuh.
Untuk mencapai lokasi Air Terjun ini, jalan berkelok dan juga tikungan tajam. Kiri kanan adalah jurang. Rasanya kita berada di atas awan. Ada motor dan mobil ramai melintas.
Kedua jenis kendaraan yang berpapasan ini, harus saling mengala. Saling memberi jalan. Berhenti, atau maju pelan-pelan. Â Untungnya driver Pajero kami, sudah mengenal medan. Ya setingkat sopir bus malam lintas Sulawesilah hehe....
Obyek wisata kedua berikutnya, kami mampir di destinasi unik, rumah kurcaci. Di depan lokasi sudah tertulis petunjuk: ada Rumah Kurcaci, Rumah Avenger, Taman Kelinci dan Kolam Renang, Flying Fox.
Obyek wisata ketiga, adalah Hutan Pinus Malino. Areal lahannya cukup luas. Meski begitu, halaman parkir motor dan mobil dalam sekejap sudah penuh.
Kami harus antre dan memilih tempat menggelar tikar. Satu pendopo berdekatan dengan musholah dan toilet, di sinilah kami menyiapkan makan siang.
Ada kompor gas mini, yang sengaja dibawa dari rumah bersama tikar dan peralatan dapur lainnya. Di atas kompor gas mini tadi, Â digelar potongan daging untuk dibakar.
Di sampingnya ada speaker aktif untuk berkaraoke. Kami semua mendadak jadi "penyanyi" dangdut dan pop, juga lagu-lagu dari Bugis Makassar. Asyik kan?
Di Hutan Pinus ini, adalah hamparan tanah berbukit, dipenuhi berbagai jenis spot untuk foto. Setiap spot harus bayar. Saya mengitari semuanya. Ada Rumah Miring dan lain-lain.
Selain itu, juga ada Flying Fox dan Berkuda. Untuk Flying Fox, cucu ponakan kami, Andi Virdza yang baru duduk di kelas 1 SD, termasuk bocah pemberani.
Terbukti, putra tunggal dari Ilham, driver kami, ikut uji nyali bersama anak ABG, bahkan orang dewasa meluncur dari ketinggian. Jarak meluncurnya juga cukup jauh.
Di sini, kami juga bertemu Wandi, tukang bersih kotoran kuda. Dia menyapu kotoran yang berceceran di jalan, dari kuda tunggangan yang baru saja buang "air besar".
Wandi sedang menyapu sepanjang jalur berkuda, saat saya temui murid kelas 4 SDN Paranglambere ini. Dia mengaku digaji perhari Rp 100 ribu, jam kerja pukul 07.00 sampai Sore. Setiap bulan dia kumpulkan gajinya untuk membeli peralatan sekolahnya.
Obyek berikutnya, memang bukan lagi destinasi seperti lainnya yang sudah kami singgahi sebelumnya. Tapi, kami sengaja "ngelayap" hingga sampai di ketinggian di ujung Malino.
Tepatnya adalah daerah perbatasan Kabupaten Gowa, arah Kabupaten Sinjai dan Bulukumba. Kedua daerah yang disebut terakhir, adalah bagian selatan dari Kota Makassar berjarak 80-an kilometer.
Ya, semacam "Puncak Pas" setelah "Rindu Alam" di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Udaranya dingin dan kami harus siap berselimut jaket tebal.
Seperti juga di daerah wisata lainnya, hari libur adalah saat obyek wisata ramai dikunjungi wisatawan. Itu sebabnya terjadi kemacetan arus lalulintas dari dan ke destinasi wisata.
Demikian catatan mudik saya kali ini. Sampai ketemu di episode berikutnya. Salam #nurterbit.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H