Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Kisah Bung Karno, Kakek Kami, dan Maros

15 Agustus 2023   08:32 Diperbarui: 15 Agustus 2023   08:36 438
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kakek H. Abdul Rivai Daeng Marala duduk memangku cucu, diapit nenek (kiri) dan kakaknya kakek H. Yusuf Daeng Pasau (foto dok Nur Terbit)

KAKEK KAMI DAN SEJARAH BERDIRINYA KAB MAROS SULSEL  - Catatan kecil oleh : Nur Terbit

Mungkin peran kakek kami Abdul Rivai Daeng Marala (Puang Rala), tidak seberapa atas berdirinya Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan.

Tapi sejarah mencatat, bahwa kakek ada di sana saat awal berdirinya "Butta Salewangang" - nama lain dari Maros.

Ya, kakek adalah salah seorang dari sekian anggota panitia pembentukan Kabupaten Maros. Satu kebanggaan bagi anak cucu beliau.

Ketika itu Maros masih bagian (bergabung) dari Kabupaten Pangkajene Kepulauan (Pangkep).

Inilah kisah atau cerita di balik pembentukan panitia berdirinya Kabupaten Maros, dikutip dari Viva.co.

Di balik cerita sejarah berdirinya Kabupaten Maros, di sana juga ada jejak Bung Karno (Soekarno, Presiden RI pertama). Semoga bermanfaat. Salam

Bung Karno saat mampir di Maros (Nur Terbit/dok Muh Makmur)
Bung Karno saat mampir di Maros (Nur Terbit/dok Muh Makmur)

*****

Inilah bingkai kecil sejarah berdirinya Kabupaten Maros, Provinsi Sulawesi Selatan. Tidak menyangka kalau kakek kami: Abdul Rivai Daeng Marala, Gallarrang Sudiang, ternyata pernah menjadi salah satu bagian dari anggota Panitia Persiapan Kabupaten Maros.

Abdul Rivai Daeng Marala, semasa hidupnya selain Gallarrang -- perangkat pemerintahan Kerajaan Gowa setingkat camat -- juga pernah menjabat sebagai Kepala Distrik, lalu Camat Mandai setelah Maros resmi jadi kabupaten yang berdiri sendiri.

Itu sebabnya, setiap kali digelar peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) Kabupaten Maros, Abdul Rivai Daeng Marala sering diundang hadir. Sertifikat dan piagam juga diterima dari Pemerintah Kabupaten Maros.

Gubernur Sulawesi Selatan Prof. Dr. Ir. HM Nurdin Abdullah, M.Agr hari ini, Jum'at 26 Pebruari 2021, telah melantik sebelas Bupati dan Wakilnya yang terpilih saat Pilkada Serentak 2020 atas nama Presiden Republik Indonesia, salah satunya adalah Bupati dan Wakil Bupati Maros.

Lainnya adalah Bupati Gowa, Bulukumba, Kepulauan Selayar, Pangkajene Kepulauan, Barru, Soppeng, Tana Toraja, Luwu Utara, Luwu Timur dan Kota Makassar.

Kakek H. Abdul Rivai Puang Rala dan nenek Hj Basse Puang Ci'nong (foto dok Nur Terbit)
Kakek H. Abdul Rivai Puang Rala dan nenek Hj Basse Puang Ci'nong (foto dok Nur Terbit)

BINGKAI KECIL SEJARAH MAROS

Mungkin masih banyak yang belum tahu, sejarah berdirinya Kabupaten Maros. Terutama anak generasi milenial sekarang ini. Yang mengejutkan adalah, ada jejak Soekarno (Bung Karno), Presiden RI pertama di "Butta Salewangang" -- nama lain dari Tanah Maros.

Fakta sejarahnya begini : Pada tanggal 25 Juli 1956, DPRDS swatantra Makassar memutuskan menggabungkan tiga kewedanaan yaitu Maros, Pangkajene dan Pulau-pulau dengan rencana ibu kotanya "Pangkajene".

Tanggal 26 Agustus 1956, Rakyat Maros melalui federasi Toddo'Limayya, Lebbo'Tengngae, Gallarang Appaka, Parpol dan beberapa Organisasi Massa mengadakan Konferensi yang melahirkan satu mosi yang mengusulkan "Maros" sebagai Ibu Kota Kabupaten.

Harian Marhaen terbitan pada tahun 1957 menuliskan bahwa mosi hasil konferensi 26 Agustus tersebut dibawa oleh Utusan Maros yang diwakili H. A. Mapparessa Dg. Sitaba (Karaeng Turikale) dan H. A. Siradjuddin Dg. Maggading (Karaeng Simbang) menghadap Gubernur Militer Andi Pangerang Petta Rani di Makassar.

Pada saat pertemuan yang berlangsung kurang lebih 2 jam, Gubernur didampingi oleh residen Abd. Razak Dg. Patunru dan Kabag Otonomi/Desentralisasi menerima utusan dari Maros yang membawa mosi hasil konferensi.

Resolusi yang diperhadapkan tersebut bertujuan bilamana tuntutan "Maros" sebagai Ibu Kota Kabupaten tidak terpenuhi, maka badan yang telah dibentuk akan memperjuangkan Maros "sebagai kabupaten tersendiri".

Badan yang dibentuk tersebut dinamakan "Panitia Persiapan Kabupaten Maros". Susunan Panitia Persiapan Kabupaten Maros :

Ketua Umum :

H. A. Mapparessa Dg. Sitaba (Karaeng Turikale VII).

Ketua I : A. Abd. Rahman Dg. Mamangung (ex. KPN Maros).

Ketua II : Intje Mannambai Ibrahim (KPN Maros).

Penulis I : Djaya Amir Dg. Ngalle (unsur Parpol).

Penulis II : Abd. Bakir Dg. Nai (Peg. Kantor KPN Maros)

Bendahara : A. Abd. Rahim Dg. Manippi (Pengusaha Tembakau Maros).

Pembantu Umum :

- Mangngassengi Dg.Manaba (Penilik SD).

- Mustafa Kamal (unsur Persatuan Guru).

- A. Mardjan Dg. Malewa (Arung Cenrana).

- Abd. Rivai Dg. Marala (Gallarang Sudiang).

- H. Muhaedi (unsur Petan/Nelayan)

- Abd. Salam Tamma' (cendikiawan).

Tindak lanjut pertemuan tersebut adalah kunjungan Gubernur ke Maros dan Pangkajene pada tanggal 19 Januari 1957 dan secara prinsip tetap pada keputusannya, yakni Ibu Kota Kabupaten adalah Pangkajene.

Pasca kunjungan Gubernur, Panitia Persiapan Kabupaten Maros tetap memperjuangkan terbentuknya Kabupaten Maros sebagai Kabupaten tersendiri sampai dikeluarkannya Undang2 No.29 Tahun 1959 tentang pembentukan Kabupaten Daerah Tingkat II se-Sulawesi.

Pada tanggal 1 Februari 1960, Nurdin Djohan dilantik sebagai BKDH TK. II Maros yang pertama. "Terima Kasih Para Pejuang Pembentukan Kabupaten Maros," sambut warga Maros, seperti diceritakan Muhammad Makmur, keluarga dan kerabat Karaeng Turikale Maros.

Sekali waktu, Presiden RI pertama Ir. Soekarno mampir di Maros tahun 1953. Proklamator Bung Karno (BK) ini -- sapaan akrab Soekarno -- ketika itu disambut oleh H. A. Mapparessa Dg. Sitaba Karaeng Turikale VII dan para Karaeng Toddo'Limayya, para Arung/Puwatta Lebbo'tengngae, Gallarang Appaka.

Penyambutan presiden yang meriah itu, juga dihadiri para pengurus parpol dan tokoh masyarakat Maros. Soekarno disambut di Alun-alun Maros, yang kini jadi Kantor Bupati lama.

Demikian secuil kisah sejarah berdirinya Kabupaten Maros dan keterlibatan kakek kami di kepanitiaan pembentukan Kabupaten Maros. Juga ternyata ada jejak Bung Karno di sana. 

Kakek H. Abdul Rivai Daeng Marala duduk memangku cucu, diapit nenek (kiri) dan kakaknya kakek H. Yusuf Daeng Pasau (foto dok Nur Terbit)
Kakek H. Abdul Rivai Daeng Marala duduk memangku cucu, diapit nenek (kiri) dan kakaknya kakek H. Yusuf Daeng Pasau (foto dok Nur Terbit)

Terima kasih.

Salam : Nur Terbit

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun