Alhamdulillah, baru sadar kalau ternyata sudah 36 tahun kami lalui bersama (1987 - Â 2023), menjalani bahtera rumah tangga dalam suka dan duka.Â
Pahit manis kami telan bersama. Jika terasa pahit, maka kami jadikan obat, dan kalau terasa manis, kami simpan dan awetkan biar bisa jadi kenangan yang abadi.
Itulah kehidupan rumah tangga, perpaduan dua hati dan perasaan suami-isteri. Wajar jika dalam kurun waktu 36 tahun ini, tentu mengalami pasang surut.Â
Jangankan kehidupan suami isteri, gelas, piring dan cangkir di dapur juga bisa berbenturan hingga pecah (kecuali yang terbuat dari bahan plastik, itu aman biar pun dibanting hehe..).
Demikian pula kami berdua suami istri, berempat dengan anak, atau berdelapan dengan anak mantu dan cucu -- yang lebih banyak menghabiskan usia di perantauan. Jauh dari kampung halaman dan keluarga sanak saudara.
Begitu juga saat "bahtera rumah tangga" ini kami jalani. Tentu saja sekalipun sudah dipersiapkan dengan matang, terkonsep dan terencana, pun dijalani dengan hati-hati, tokh rintangan dan cobaan bahkan ujian, tetap saja datang dan hadir hingga mau tak mau, harus diterima dan disyukuri.
Karena rumah tangga itu ibarat satu "bahtera" yang berlayar di tengah "lautan kehidupan" yang luas, wajar saja jika terkadang harus mengalami situasi diterpa ombak yang menggunung, dihantam badai pula, bahkan perahu ini sempat karam, badan bahtera bocor, layar perahu terkoyak, tapi itulah "bahtera rumah tangga".
Seperti kata orang bijak, "jika tak ingin dihempas ombak dan diterpa badai, ya jangan coba memilih membangun rumah di tepi laut. Jika tak ingin terbakar api, jangan coba bermain api".Â
Begitu juga jika sudah memutuskan berumahtangga, berkeluarga dengan segala lika-likunya, apa pun yang terjadi harus ditanggung berdua suami istri.Â