Begitulah juga di Jalan Perintis Kemerdakaan Kota Makassar. Bahkan kadang tak bergerak. Situasi ini terjadi pada pagi hari, sore, Magrib terutama jam berangkat dan pulang kerja.
Maka tempat strategi untuk singgah istirahat dari kemacetan ini, adalah di "rest area" khas Kota Daeng: yakni di warung makan Coto Makassar.Â
Atau mampir ke Sop Saudarata "ASSAUNA" -- yang paket menunya murah-meriah -- dan belakangan ini lagi "naik daun". Harga Sop cuma Rp6.000/mangkuk, nasi Rp4.000/piring.
Ada satu lagi, tempat minum Sarabba, minuman khas Makassar terbuat dari jahe merah + susu + gorengan. Cocok bagi pemotor seperti saya, yang pulang larut malam dan perlu kehangatan.
Minuman Sarabba cukup terkenal di Makassar di antaranya  adalah di Jalan Sungai Cerekang. Berderet Sarabba yang "numpang" di teras toko dan buka malam hari hingga pagi.
Tapi karena saya mau pulang ke Sudiang arah ke Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, jadi saya cari Sarabba yang arah ke rumah. Minimal satu jurusan. Maka akhirnya mampir di penjual Sarabba tepi jalan di Pai, tak jauh dari kebon bibit Kanwil Pertanian.Sata
Demikian catatan saya dari Kota Makassar. Salam #nurterbit
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H