Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

Berlayar Bersama Kapal Pelni

14 Juli 2023   23:30 Diperbarui: 14 Juli 2023   23:41 288
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Catatan Mudik (100)
PELAYARAN HARI PERTAMA
MAKASSAR - SURABAYA  - Catatan: Nur Terbit 

Tulisan ini awalnya adalah status FB (Facebook) yakni "Catatan Mudik" yang kemudian saya kembangkan untuk artikel di Kompasiana. Catatan ini yang ke-100 dari 101 yang sudah rampung. Berikut catatannya...


Jumat pagi 26 Mei 2023, hari dimana saya mempersiapkan perjalanan balik ke Jakarta setelah mudik ke Makassar sejak 7 Februari 2023 lalu dengan KM Ciremai, kapal milik PT Pelni yang berangkat dari Pelabuhan Tanjung Priok Jakarta Utara.

Ketika mudik ke Makassar dengan KM Ciremai, maka saat balik ke Jakarta saya menggunakan KM Gunung Dempo, masih kapal milik PT Pelni.


Sebagai persiapan berlayar untuk arus balik ke Jakarta yang waktunya sudah telat jauh (lebaran sudah lewat soalnya hehe..), adalah booking tiket kapal Pelni via online. 

Ya ini sistem baru di era digital. Tidak lagi harus antre di loket penjualan tiket secara manual, atau melalui travel.

Nomor kode pesanan tiket hasil booking via online yang masih berupa screenshot di handphone, Alhamdulillah mau dibayarkan oleh adik saya Prof Gemini Alam, di mini market tak jauh dari komplek perumahan dosen Universitas Hasanuddin (Unhas) di Antang, Kota Makassar. Adik saya tinggal di kompleks ini, sehari-hari guru besar di almamaternya.

Dengan sistem online sekarang ini, kebutuhan apa saja bisa dipesan melalui online shop, termasuk pembelian (booking) tiket kapal laut PT Pelni. Cukup masuk ke website, atau aplikasi what's app (WA) milik perusaan BUMN Kementerian Perhubungan ini. Pesan. Beres. Yang penting ada uang aja, apa saja bisa kebeli hehe...

Nah, bukti pembayaran dari minimarket tadi (sengaja tidak saya sebutkan namanya, kecuali beriklan dan diendors hehe..), lalu ditunjukkan di Pelabuhan Soekarno Hatta Makassar, tempat kami berangkat, untuk dicetak menjadi tiket fisik.

Pada hari keberangkatan Jumaat 26 Mei 2023, saya diantar mobil oleh suadara sepupu, Dr Johamran Pransisto, SH, MH, PhD. Dari kediaman di Sudiang, pinggiran Kota Makassar, melintas di tol Reformasi tujuan pelabuhan laut Soekarno Hatta, jaraknya sekitar 20 km ditempuh 30 menit hingga 1 jam jika arus lalulintas mulai padat.

Ini kalau kapal laut. Sementara jika melakukan perjalanan dengan pesawat terbang, cukup 15 menit sudah tiba di bandara Internasional Sultan Hasanudin. Maklum rumah kami berada di balik pagar tembok bandara hehe ...

Hari pertama di atas kapal:

Setelah menemukan tempat tidur sesuai seat yang tertera di tiket kapal, saya bergegas ke masjid kapal. Bermaksud menjalankan ibadah sholat Jumaat 26 Mei 2023 di Masjid Pagar Alam, KM Gunung Dempo yang terletak di lantai atas dek anjungan bagian belakang buritan kapal.

Khotibnya diisi dari penumpang setelah sebelumnya ditawarkan kepada jamaah siapa yang berminat jadi Khotib. "Kami belum punya Khotib tetap di kapal ini, jadi barangkali ada penumpang yang bisa ngisi khotbah?," kata pengurus DKM.

Seorang penumpang berdiri di saf depan. Menaiki mimbar lalu memberikan khutbah Jum'at.
Inti khotbah: mengajak bagaimana menjalankan syariat Islam dan menjauhi segala larangan-Nya. Renungan dan introspeksi diri masing2 menuju manusia yang sempurna.

Kata Khotib, demikian juga dengan pemberian rezeki dari Allah, terkadang kita kalau untuk mengeluarkan zakat bagi fakir miskin atau orang2 yang membutuhkan bantuan kita.

Masihkah kita iri, dengki kepada tetangga padahal juga saudara kita juga dalam bertetangga. Sementara Allah sudah memberi kesempatan menggunakannya selama kita hidup.

"Mumpung masih diberi kesempatan hidup di dunia, ayo mari kita beribadah agar bisa diampuni dosa2 kita," kata penceramah.

Usi sholat Jum'at, dilanjutkan sholat Ashar jamaah qoshar (digabung). Begitu pula sholat Maghrib digabung jadi Isya. Praktik sholat lima waktu hanya dilaksanakan 3 kali sehari.

Alhamdulillah, itulah "bonus" dari Allah bagi ummatnya yang tengah musyafir, atau sedang dalam perjalanan dalam menggabung dua waktu sholat sekaligus. Maha Besar Allah dengan segala kebesaran-Nya. Allahu Akbar.

Demikian catatan mudik saya kali ini, maaf agak terlambat untuk memposting karena terkendala sinyal selama pelayara. Ini juga tulisan draft sejak dari Makassar dan baru bisa posting setelah KM Gunung Dempo sandar di Pelabuhan Tanjung Perak Surabaya, Sabtu siang pukul 12.00. WIB.

Yuk, kita jumpa lagi pada episode berikutnya tentang pengalaman di atas kapal. Salam #nurterbit

Karena Tulisan ini awalnya adalah status FB yang kemudian saya kembangkan untuk artikel di Kompasiana. Itu sebabnya tulisan ini lengkap dengan kode tembusan. Kepada:

Cc. Winda Rosetty, Pelayaran Nasional Indonesia, HjSulaeha Gemini Alam, Hajjah Hamsiah, Fifi Akbar Ramadhan, Bunda Sitti Rabiah

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun