Catatan Mudik (16)
IN MEMORIAM: USAMAH KADIRÂ (UKA) YANG SAYA KENAL: MULTI TALENTA Â - Catatan Nur TerbitÂ
Saya mengenalnya ketika masih sama-sama kuliah di Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Alauddin Makassar (sekarang UIN - Universitas Islam Negeri). Dia senior saya di kampus. Sama-sama satu fakultas di Syari'ah (Hukum) jurusan Peradilan Agama, era 1979.
Belakangan kami semakin akrab. Karena ternyata ada persamaan hobi di antara kami: menulis dan bermusik. Sama-sama menulis di koran kampus, bahkan sering turun meliput kegiatan di sela-sela kuliah. Juga sama-sama bermusik di band kampus.
Modal kami, terbatas dari pengalaman sehari-hari menulis. Juga karena sering sama-sama menulis artikel di "Pedoman Rakyat" (almarhum), koran tertua di Makassar bahkan Indonesia Timur.
Dia jago main gitar dan organ, selain baca puisi dan membaca Alquran (qori). Dia multi talenta menurut saya. Serba bisa. Saya belakangan ikut juga latah bermusik, vocal grup, atau memukul drum di band kampus mengikuti kegemarannya. Kini, saya bermusik masih terbatas di kalangan sendiri
Usamah Kadir Daud, nama lengkapnya. Di beberapa tulisan berita dan artikel, dia menyingkat namanya dengan inisial UKA, yuniornya menyebut Pak UKA. Saya sendiri memanggilnya Sam. Orangnya humoris, pandai bergaul. Aktivis kampus. Kabarnya, masih anak cucu dari Kahar Muzakkar, tokoh pejuang asal Sulsel.
Di luar kampus, kami juga sering satu tim di penerbitan media. Baik media internal maupun yang meanstream. Meski saya terkadang lebih awal di sana, Sam beberapa kali malah menyusul bergabung kemudian.Â
*Profesi Wartawan*
Bermula di "Mimbar Karya" (MK), salah satu koran mingguan pimpinan Moh Anis. Kami berkantor di Bakti Baru milik pengusaha media Alwi Hamu (terakhir staf khusus Pak Jusuf Kalla -JK, Wakil Presiden era SBY dan Jokowi).
Di gedung yang berlokasi di Jl. Ahmad Yani ini, juga kami satu kantor dengan koran sore "Tegas", sekaligus satu gedung dengan percetakannya.
Belakang di gedung yang sama, menyusul berkantor koran "Harian Fajar", sebelum merger dengan Jawa Pos Grup seperti sekarang ini dan pindah ke Racing Center Panaikang, lalu menetap sekarang di Maccini, tepatnya Jl. Urip Sumoharjo, samping fly over.
Sam kemudian bergabung di media yang lain, di saat saya sudah di ujung waktu dalam proses pindah ke Jakarta di Harian Terbit (koran terbitan Jakarta dari Pos Kota Grup) sebagai koresponden di perwakilan Indonesia Timur berkedudukan di Makassar.
Ketika beberapa tahun saya masih sebagai koresponden Harian Terbit, berkantor di Jl. Penghibur, tepi pantai Losari Makassar, saat itulah Sam menyusul bergabung. Dia belakangan tinggalkan Mimbar Karya. Kami satu tim kembali.
Meskipun pernah satu kampus, juga satu profesi sebagai wartawan. Tapi saya sering bergurau dan menggodanya. "Iya, Sam memang senior saya di kampus, tapi di dunia wartawan saya seniornya Sam. Saya lebih dulu jadi wartawan hahaha..."
*Bersaing Nulis Cerpen*
Suatu hari, Harian Terbit edisi Minggu (SKM Terbit Minggu) mengadakan sayembara menulis cerita pendek (cerpen). Saya dan Sam sepakat ikut lomba. Kami masing-masing menulis satu cerpen dan mengirimkannya ke redaksi di Jakarta.
Cerpen yang terpilih sebagai juara 1, adalah karya Luqman Hakim Gayo, wartawan yang pernah hilang di perang Irak. Cerpennya berkisah tentang narapadina yang menunggu eksekusi mati. Disusul cerpen karya Sam, juga salah satu pemenang. Cerpen saya sendiri, hanya mendapat hadiah hiburan.
Sekedar diketahui, cerpennya Sam mengangkat kisah unik. Dia berdialog sendiri dengan cerpennya. Berdiskusi tentang apa tema cerpen, bagaimana karakter tokoh-tokohnya? Lalu cerpen diakhiri dengan cerita yang menggantung.Â
Ketika saya hijerah ke Jakarta bergabung di redaksi "Pos Kota Grup" (1984), beberapa tahun kemudian, seorang pria terlihat berjalan kaki melintas di depan rumah kontrakan saya di Kebon Bawang, Tanjung Priok, Jakarta Utara.
Loh, koq mirip Usama Kadir? Saya keluar rumah dan mengejarnya. Ternyata benar. Saya pun mengajak mampir, memperkenalnya dengan istri. Saat itu (sekitar 1988-1989), saya masih status pengantin baru.
Kami pun kembali bernostalgia. Sam bercerita kalau keberadaan dia di Jakarta saat itu, dalam rangka ikut pelatihan dan pendidikan di "Jawa Pos". Menurut pengakuan Sam, Jawa Pos kerja sama "Harian Fajar". Sam ikut bergabung dengan "Harian Fajar" Makassar.
Sejak saat itu, beberapa teman wartawan di Makassar memang membenarkan kalau Sam ikut di koran Fajar saat merger dengan Jawa Pos. Dia bahkan ikut membidani terbitnya koran "Berita Kota Makassar" yang semula bernama "Bina Baru".
Pada 2015, saya ke Makassar bersama teman-teman wartawan dan blogger dari Jakarta: Kang Arul Bunda Sitti Rabiah Ahmed Tsar Blenzinky Hazmi Srondol @Rosid, Alhamdulilah Sam membantu memfasilitasi kami menggelar pelatihan menulis di kantor PWI Sulsel di Makassar bagi wartawan dan blogger tahun 2015.
Ketika mudik ke Makassar Februari 2023 ini, saya kembali mencarinya. Kontak ke sana - ke mari dari teman-teman seperjuangan kami, saya dan Sam. Secara kebetulan, saya mampir ke "Harian Fajar", di gedung Graha Pena, Jl. Urip Sumoharjo.
"Betul, Pak UKA (Usamah Kadir) adalah salah satu senior kami. Beliau pemimpin pertama di sini," kata Rustam, Pemred dan penanggungjawab "Berita Kota. Makassar", ketika Senin malam (20/02/23) saya mampir di sini.
Malam itu saya mencari seorang teman, dia wartawan "Fajar" di gedung Graha Pena, Jl. Urip Sumoharjo ini. Namun gagal bertemu, malah nyasar ke ruang redaksi "Berita Kota Makassar".Â
Di sini, sang Pemred koran ini, rekan Rustam mengabarkan kalau Sam (Pak UKA) dirawat di RS Stella Maris (?) Saya berniat akan membesuknya di rumah sakit, mengingat sudah lama saya mencari keberadaan Sam.
Padahal sore hari sebelum mampir di redaksi Berita Kota Makassar di Gedung Fajar (Graha Pena), saya malah melintas di depan RS Stella Maris Jl. Penghibur sekedar bernostalgia di Pantai Losari sambil mencicipi Pisang Epe khas Makassar.
Malam harinya (Selasa 21/02) di acara santai, saya sempat membicarakan kondisi terakhir Sam dengan istri dan keluarga di Sudiang. Sam memang pernah ke rumah orang tua saya, ketika saya mudik beberapa tahun lalu.Â
Dia juga akrab dengan keluarga besar saya di Sudiang, Biringkanaya. Bahkan salah satu adik ipar, pernah bertetangga dengan Sam.
Setiap kali mudik, saya mudik ke Makassar, saya selalu menemuinya. Terakhir kami bertemu ketika Sam masih menjadi pengurus DKM mesjid di komplek PDAM Kota Makassar di Jl. Ratulangi.Â
Tapi beberapa tahun lalu ketika mudik, saya ke Komplek PDAM lagi, tapi rumah tempat kediaman Sam, sudah kosong dan mendapat kabar dia sakit dan kembali ke rumah keluarganya di Jl. Abubakar Lambogo.Â
Di rumah di Jl. Abubakar Lambogo ini juga, saya pernah menemuinya ketika masih sama-sama kuliah di IAIN Alauddin Makassar (sekarang UIN), atau di rumah keluarganya di Pasar Cidu, Jl. Tinumbu.Â
*Selamat Jalan Kawan*
Saya belum sempat ke RS Stella Maris membezuk dan baru merencanakan, ketika Rabu dini hari (22/02/23), secara tidak sengaja notifikasi akun Facebook (FB) Sam muncul di layar handphone saya.
"Innaa Lillaahi wa innaa ilayhi Rojiuun.
Telah berpulang ke rahmatullah ayahanda kami Usamah Kadir (Pak Uka) pada dini hari 01.23 WITA.
Mohon doaTa semua semoga almarhum husnul khatimah, diampuni dosa2nya dan amal ibadahnya diterima di sisi Allah SWT"
Dari info di atas, pagi-pagi pun saya mengontak teman-teman jurnalis di Makassar. Takut berita hoax. Mereka juga belum mengaku belum dapat kabar. Beberapa saat, menyusul foto jenazah diunggah di FB. Lalu saya makin yakin, Sam telah menghadap Tuhan-nya.
Selamat jalan kawan, saya bersaksi kamu orang baik
#nurterbit Makassar 220223
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H