Mohon tunggu...
Nur Terbit
Nur Terbit Mohon Tunggu... Jurnalis - Pers, Lawyer, Author, Blogger

Penulis buku Wartawan Bangkotan (YPTD), Lika-Liku Kisah Wartawan (PWI Pusat), Mati Ketawa Ala Netizen (YPTD), Editor Harian Terbit (1984-2014), Owner www.nurterbit.com, Twitter @Nurterbit, @IniWisataKulin1, FB - IG : @Nur Terbit, @Wartawan Bangkotan, @IniWisataKuliner Email: nurdaeng@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Makassar

Berita Kasus Lahir Dari Losari Makassar

17 Januari 2023   21:43 Diperbarui: 18 Januari 2023   01:21 1055
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dengan kendaraan operasional dari kantor, menjelajah daerah Sulawesi Selatan (foto dok Nur Terbit)

PANTAI LOSARI & BERITA - BERITA
"PANAS" DARI KOTA MAKASSAR

Melihat foto-foto album dokumentasi pribadi saya selama menjadi reporter di lapangan -- sebagian saya tampilkan di sini -- kembali ingatan saya waktu masih bujangan di Kota Makassar, Sulawesi Selatan era tahun 1980-an. 

Salah satunya adalah tanggul pantai Losari. Dalam foto di bawah ini, terlihat kondisi tanggul masih masih asli, belum bersolek bak putri ayu. 

Belum seperti kondisi sekarang yang sudah menjadi Anjungan Pantai Losari. Itu mulai didandani sejak era Walikota Makassar Ilham Arief Sirajuddin, diteruskan oleh Ir Muhammad Ramdhan Pomanto atau Danny Pomanto.


Ketika era Walikota Makassar dijabat Abustam, lalu diteruskan oleh Janci Raib dengan Gubernur Sulawesi Selatan Ahmad Lamo dan Prof Amiruddin, tidak bisa terlupakan dengan tanggul Pantai Losari ini, khususnya era 1980-an.

Maklum, karena kebetulan di seberang jalan dari foto Pantai Losari ini, adalah Jalan Penghibur (bersebelahan dengan CV Alam - membelakangi toko olah raga "Akbar Ali" di Jalan Somba Opu), persis berdiri kantor Perwakilan Surat Kabar Harian Terbit & Pos Kota milik mantan Menteri Penerangan Haji Harmoko untuk Wilayah Indonesia Timur berkedudukan di Kota Makassar.

Kepala Perwakilan kami adalah almarhum M. Thahir Ramli, pensiunan TNI dari Kodam XIV Hasanuddin (sempat berganti nama Wirabuana lalu kembali lagi menjadi Hasanuddin). Sebelumnya, putra KH Ramli, ulama besar Sulsel ini memegang perwakilan Surat Kabar Mingguan Bharata, milik almarhum Zainal Bintang, mantan anggota DPR RI dari Partai Golkar.

Perubahan nama Kodam dan juga nama kota seperti yang disebutkan di atas, memang bukan hanya satu-satunya yang pernah terjadi di "Kota Anging Mammiri" ini. Sebab Kota Makassar yang memang begitu namanya sejak awal, juga pernah berganti nama menjadi Ujung Pandang. Lalu kembali lagi bernama Makassar. 

Untuk pergantian nama Kodam XIV Hasanuddin ke Wirabuana, atau Makassar ke Ujung Pandang, memang perlu tulisan tersendiri untuk mengulasnya. Ceritanya cukup panjang, dan tentu saja saya harus mencari literatur dan sumber bacaan yang banyak 😃

Kepala Perwakilan Harian Terbit Indonesia Timur M Thahir Ramli (tengah) tim wartawan / koresponden (foto dok Nur Terbit)
Kepala Perwakilan Harian Terbit Indonesia Timur M Thahir Ramli (tengah) tim wartawan / koresponden (foto dok Nur Terbit)

Markas Lahirnya Berita Kasus

Kembali ke cerita awal, asal mula keberadaan kantor Perwakilan Surat Kabar Harian Terbit & Pos Kota untuk Wilayah Indonesia Timur berkedudukan di Kota Makassar, di Jalan Penghibur depan tanggul Pantai Losari. Juga punya cerita dan kisah tersendiri.

Di kantor berlantai dua ini, bolehlah saya sebut sebagai "Markas Lahirnya Berita Kasus Panas" yang pernah terjadi di seantero Kota Makassar, bahkan se Provinsi Sulawesi Selatan, Tenggara, Tengah dan Utara serta Gorontalo. 

Kenapa? Karena dari sekian daerah yang disebutkan tersebut di atas, ada teman-teman saya yang lain sebagai koresponden atau wartawan daerah, yang juga punya andil menyuplai berita ke Makassar, sebelum kemudian dikirim ke kantor redaksi Pos Kota Grup di Jakarta. Ya,  melalui kantor perwakilannya di tanggul Losari ini.

Saya mejeng di anjungan Pantai Losari Makassar (foto dok pribadi)
Saya mejeng di anjungan Pantai Losari Makassar (foto dok pribadi)

Adapun "laskar" pemburu beritanya ketika itu adalah, antara lain: almarhum Sirajuddin Palaguna (Udin Palaguna) pernah ditugaskan di Kendari Sulawesi Tenggara, Andie H Makkasau di Palu Sulawesi Tengah, Chalid Said di Gorontalo, Kingfri Gusumolo di Luwuk Banggai, dan almarhum Abdul Kadir Parewe di Kabupaten Maros.

Sedang yang memantau peristiwa di Kota Makassar dan daerah Sulawesi Selatan secara umum, ada almarhum Mas Alim Katu dan adiknya Samiang Katu (Kini Profesor, guru besar UIN Makassar), Andi Andi Salman Maggalatung (kini juga Profesor, guru besar UIN Jakarta dan mantan anggota Komisi Fatwa MUI Pusat), juga almarhum Moh Arief Gekosa.


Sempat juga bergabung sebagai editor, almarhum Syahrir Makkuradde (Koresponden Majalah Tempo Jakarta, terakhir Ketua Panwaslu Sulsel) dan almarhum Burhanuddin Amin (koresponden Harian Pelita Jakarta).

Sementara "pasukan muda" di garis depan sebagai reporter ketika itu, selain saya Nur Terbit atau "Wartawan Bangkotan", juga ada Theten Alhabsy (jadi pengusaha) Andi Bustamin Amin, Ibrahim Manisi, M Said Muchtar (kini lawyer), Agung Nugraha (kini dosen), M Saleh Yadaeni (jadi guru), Usamah Kadir Daud, La Ode Hiari Zaidin (kini ASN Sulawesi Tengah), almarhum Syahrul Ode, Yusman Hasan dan almarhum Hasan Mintaraga. Juga ada dua fotografer: Chandra Noor dan L. Hasan.

Selain itu masih ada dua "Srikandi" kami, yakni Rabiatun Drakel dan Ilham Nur Putri (kini Wakil Ketua KKSS Pusat). Tak ketinggalan di bidang pemasaran dan keuangan, ada Hj-Rosniati, Hj Junaenah Karim, Ida Farida, Asni, Rina, Syarifah, Sabar, Ali, Pak Lili dan lain-lain.

Pantai Losari Makassar terkini, latar belakang mesjid 99 kubah.(foto dok : Adnan Muthalib)
Pantai Losari Makassar terkini, latar belakang mesjid 99 kubah.(foto dok : Adnan Muthalib)

Nah, selama kurun waktu tahun 1980-1984 (setidaknya ketika saya bergabung sebagai koresponden), banyak kisah dan cerita serta berita yang lahir dari kantor Perwakilan Surat Kabar Harian Terbit & Pos Kota di tepi Pantai Losari ini. Sejumlah kasus besar yang tergolong "kakap" menghiasi lembaran halaman depan koran sore Harian Terbit Jakarta, yang dikirim dari laporan reporternya di Makassar.

Antara lain kasus pembunuhan Bupati Bone PB Harahap dan Sidang Kaseng Terdakwa Pembunuh Bupati Bone, kasus Korupsi Dana Reboisasi dan Sidang Terdakwa Dinas Kehutanan, Proyek Fiktif gedung SD Inpres dan gedung KUD, Penemuan Mayat Wanita Hamil Tanpa Kepala, Kisruh Pembebasan Ganti Rugi Proyek Gula Camming (Bone), Ganti Rugi Perumnas Sudiang,  Selingkuh oknum Bupati, Manipulasi APBD, hingga Komersialisasi Foto Gubernur dan lain-lain. 

Ya, semua ini ditulis oleh kami semua sebagai koresponden, alias wartawan yang menulis berita untuk koran nasional tapi meliput beritanya dari daerah.

Konten video tentang Pantai Losari di channel YouTube saya @ Nur Terbit, seperti di bawah ini :


Hijerah ke Jakarta Bergabung di Kantor Redaksi Pulogadung



Ketika tahun 1984 -- saya hijerah ke Jakarta dan Perwakilan Harian Terbit diteruskan oleh Ibu Bulkis, istri Pak Thahir Ramli (kini sudah sama-sama almarhum), saya bergabung ke kantor "pusat" Harian Terbit - Pos Kota Jakarta, hingga Februari 2014. Praktis bertahan selama 34 tahun. 

Menyusul kemudian dua rekan saya, Muhammad Said Mochtar dan Rabiatun Drakel, ikut hijerah ke Jakarta dan bergabung di kantor redaksi di Pulogadung, Jakarta Timur. Belakangan rekan Said, lebih fokus menjadi pengacara hingga sekarang, dan saya juga ikut terjangkit "virus" menjadi praktisi hukum tanpa berani meninggalkan dunia wartawan sedetik pun. Ciieeh....😃

Pantai Losari doeloe (atas, bawah) dan tanggul yang tersisa kini (foto dok : Adnan Muthalib dan Nur Terbit)
Pantai Losari doeloe (atas, bawah) dan tanggul yang tersisa kini (foto dok : Adnan Muthalib dan Nur Terbit)
Pantai Losari doeloe (atas, bawah) dan tanggul yang tersisa kini (foto dok : Adnan Muthalib dan Nur Terbit)
Pantai Losari doeloe (atas, bawah) dan tanggul yang tersisa kini (foto dok : Adnan Muthalib dan Nur Terbit)
Pantai Losari doeloe (atas, bawah) dan tanggul yang tersisa kini (foto dok : Adnan Muthalib dan Nur Terbit)
Pantai Losari doeloe (atas, bawah) dan tanggul yang tersisa kini (foto dok : Adnan Muthalib dan Nur Terbit)

Selanjutnya setelah Harian Terbit "dijual" pemiliknya dan sekarang sudah manajemen baru, kami semua yang di-PHK tetap berusaha bangkit untuk tetap "hidup" dengan mendirikan media baru, namun hanya bertahan 1-2 tahun menyusul terbatasnya modal dan munculnya era digital. Kini kami semua ikut trend jaman, menjadi wartawan (di antaranya jadi pemilik) dengan membuat sendiri media online.

Terus terang kenangan Pantai Losari masih tersimpan aman di dalam ingatan. Terutama bagi saya pribadi selama 4 tahun itu (1980-1984) saat masih berkantor di tepi Pantai Losari. 

Kenapa? karena sebagai bujangan waktu itu, saya lebih suka tidur di kantor dari pada pulang ke rumah orangtua di Sudiang, Biringkanaya, batas kota Kabupaten Maros - Kota Makassar. Atau balik ke Gunung Sari, tempat kos, karena waktu itu masih berstatus mahasiswa IAIN Alauddin (UIN Makassar).

Demikian sekedar catatan nostalgia, menjelang Hari Pers Nasional, 9 Februari 2023 mendatang. Kan masih lama? Ya, mumpung masih ingat dan masih segar di ingatan sabagai kuli tinta, eh sekarang kuli digital ya 😃

Salam : Nur Terbit

Tulisan tentang Pantai Losari di blog Nurterbit.com (foto repro)
Tulisan tentang Pantai Losari di blog Nurterbit.com (foto repro)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Makassar Selengkapnya
Lihat Makassar Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun